Mohon tunggu...
Andi Hamdan
Andi Hamdan Mohon Tunggu... -

Terlalu lemah untuk mengubah, terlalu tangguh untuk diubah. Rodagigi berputar terus.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gaya Pre-emptive Jokowi-JK yang Berhasil dan yang Tidak

7 September 2014   23:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:21 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara harfiah, pre-emptive adalah suatu aksi yang dramatis biasanya dengan pengorbanan yang besar namun dengan tujuan kemenangan mutlak yang mematikan lawan.

Kalau dalam kemiliteran tindakan pre-emptive juga sering dilakukan oleh pimpinan militer dalam memenangkan peperangan, kalau perlu dengan pengorbanan "kalah" pada pertempuran yang tak strategis.  Begitu juga dalam permainan catur, seorang pecatur lihai akan melakukan tindakan pre-emptive misalnya mengorbankan bidak, perwira bahkan menteri dengan perhitungan bahwa setelah itu ia akan menang mutlak.  Juga dalam permainan bridge, tindakan pre-emptive dilakukan dengan call yang "tak mungkin booked" namun sekedar mencegah lawan bermain dengan hasil kemenangan besar; misalnya "down dua" untuk 4-C lebih baik dari pada lawan bermain booked pada call 3-NT.  Walau tetap kalah, namun kalahnya tak banyak, sehingga secara hitungan akhir akan mendapat kemenangan.

Nah apa hubungannya aksi pre-emptive dengan Jokowi-JK? Mari kita ulas beberapa!

Pada saat akan pilpres - kira2 seminggu sebelumnya- ada ucapan Jusuf Kalla: "Jokowi-JK tidak mungkin kalah kecuali dicurangi". Kalimat itu kalau dibaca orang tak mengerti catur atau bridge biasa saja. Namun untuk orang yang mengerti strateginya, itu adalah semacam pre-emptive: " menyerang dengan seakan sacrifice, namun mematikan". Bukankah ternyata kecurangan itu justru dilakukan oleh pihak atau setidaknya yang berpihak pada Jokowi-JK? Terlepas dari putusan MK, kecurangan memang nyata seperti dibuktikan oleh Mahkamah Etisnya.

Jauh sebelumnya, pihak Jokowi-JK menyatakan menyediakan akan menyiapkan 3,5 juta saksi di TPS2 sedangkan saksi dari Prabowo-Hatta cuma 0,5 juta. Itu juga menggambarkan suatu pre-emptive yang dilakukan pihak Jokowi-JK. Pengorbanan biaya untuk saksi yang demikian besar tentulah dengan perhitungan menang diakhir pertandingan. Namun lagi2 pihak Prabowo-Hatta tak menggubris soal jumlah saksi yang timpang itu. Dan memang ternyata saksi2 yang dihadirkan Prabowo-Hatta waktu sidang di MK banyak tak berbobot, dan juga kesaksian2nya pun banyak yang tak lengkap.

Sekarang Jokowi-JK sudah pasti akan dilantik Oktober tahun ini. Mereka sudah berhasil melakukan siasat pre-emptive attack terhadap pihak Prabowo-Hatta. Rupanya siasat itu hendak dilakukan pula pada Presiden SBY sebelum Jokowi-JK dilantik. Dibentuklah tim transisi engan tujuan "katanya" agar serah terima jabatan nantinya berjalan mulus sehingga Jokowi langsung take off nantinya begitu dilantik.

Pertama dibuat ungkapan: "SBY jangan ngerecoki presiden terlipih Jokowi!" Itu adalah ungkapan yang tak lain dari pre-emptive attack terhadap pemerintahan SBY, sehingga SBY terpaksa membuat pernyataan "reaktif" dengan membantah hal itu, namun dalam posisi defensif, disangka akan mudah menaklukkannya. Maka mulailah gerilya dilakukan oleh tim transisi. Seakan mereka sudah punya mandat memerintah, mereka -seperti dijelaskan Presiden SBY dalam siaran persnya- seenaknya memanggil pejabat2 pemerintah bahkan pejabat BUMN. Disangka karena preemptive effeknya sudah berhasil membuat SBY dalam posisi defensif, tindakan illegal seperti itu akan "dibiarkan" oleh SBY dan pemerintahnya.Mereka seakan bukan tim transisi tapi Pemerintah Transisi.

Ternyata SBY memang seorang ahli strategi! Beliau langsung membaca arah pre-emptive itu. Walaupun banyak orang mengatakan SBY itu peragu, bimbang dsb, namun  ternyata ia "beraksi" sekali lagi "beraksi" bukan "bereaksi" terhadap hal itu. Langsung rapat kabinetnya memutuskan, tim transisi Jokowi-JK tidak boleh nyelonong semaunya ke departemen2 dan BUMN, harus melalui Menko. Terperanjat, tak menyangka SBY ternyata begitu pas dan tegas membuat aturan sehingga pihak Jokowi-JK mau tak mau seperti terbuka kedoknya oleh SBY. Beberapa pendukung Jokowi-JK bahkan masih menulis seakan SBY galau, padahal SBY dalam posisi 100% benar dalam masalah itu. Dan pre-emptive Jokow-JK ini bisa dikatakan gagal total.

Katanya SBY jangan merecoki Jokowi, eh ternyata tim Jokowi malah yang merecoki SBY. Mulai dari permintaan agar SBY menaikkan harga BBM, maksud menjual pesawat kepresidenan yang diumbar ke publik dan sebagainya.

Patut kita salut pada strategi SBY. Namun pantas pula saya berharap agar orang2 dekat Prabowo mau belajar bermain catur dan bridge sehingga tak gampang dikadali oleh aksi pre-emptive orang lain. Di tulisan saya sekitar 4 bulan yang lalu sebelum pilpres, sebenarnya saya sudah menulis dengan judul: "Pandangan Dan Saran Saya Pada Tim Prabowo". Sayang tulisan itu mungkin dianggap menggurui oleh timnya sehinga dicuekin, siapalah penulis itu, begitulah.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun