Suatu hal yang jamak atau umum, hampir di seluruh belahan dunia, menjelang tanggal 25 Desember ( Hari Natal ) , ornamen ataupun benda-benda yang dianggap mewakili momen kelahiran Kristus tersebut, muncul menghiasi berbagai tempat umum.
Hal Hal tersebut antara lain :
- Diorama Tuhan Yesus dilahirkan dikandang ditampilkan secara baik. Pada tahun 2017 ini, Â saya melihat diorama tersebut di satu hotel di Bali.
- Pohon Natal menjadi salah satu "best  selling item" di toko retail karena dibeli oleh shopping mall ataupun "office building" dan pihak pihak lain
- Santa Claus bermunculan di berbagai mall ataupun sekolah membagikan permen ataupun mengajak foto selfie.
Â
Saya melihat ini adalah suatu branding yang hebat, karena berhasil mengkaitkan hal-hal diatas dengan kelahiran Yesus Kristus. Kenapa saya mengatakan demikian ? Alkitab tidak pernah menuliskan Yesus lahir di Kandang. Pohon Natal dan Santa Klaus / Sinterklas juga tidak ada hubungan dengan kelahiran Yesus, apalagi mengharapkan 2(dua) hal tersebut tertulis di Alkitab. Juga tidak ada bukti bahwa Yesus lahir tanggal 25 Desember. Namun saya tidak akan mendiskusikan hal branding ini lebih jauh.
Hal lain yang seringkali lebih menarik berkaitan dengan momen Natal, adalah adanya pemberian diskon ( yaitu pengurangan dari nilai sebenarnya ) di berbagai tempat belanja ( baik on-line ataupun off-line) dan tempat makan. Tidak jarang mereka menyebutkan sebagai "Christmas Discount" atau "Diskon Natal" . Ini tentunya bukan hal yang berbahaya , karena pada umumnya manusia menyukai diskon.
Yang saya lihat berbahaya adalah apa yang saya sebut sebagai "Discounted Christmas" . Bilamana saya terjemahkan secara literal kedalam bahasa Indonesia, bisa diterjemahkan sebagai "Mendiskon Natal" atau "Natal Yang di-diskon"
Seringkali umat Kristen,termasuk saya, jatuh didalam kondisi "Discounted Christmas" menjelang Christmas / Natal.
Discounted Christmas bisa didefinisikan sebagai Pengurangan Nilai akan Momentum Kelahiran Yesus.
Saya memberikan beberapa contoh akan kondisi "Discounted Christmas" tersebut :
- Menjelang Natal, banyak Yayasan Yatim Piatu dan Janda serta manula, mengalami over supply sumbangan. Beberapa tahun lalu, ketika menelpon suatu yayasan, berkaitan dengan kegiatan sosial di hari Natal, Â mereka menjawab "harap jangan memberi beras karena sudah banyak" , dan selanjutnya (yang membuat saya tertegun) dia berkata "biasa seperti ini kalau natalan".
- Untuk umat Kristen, Kegiatan gerejawi tentunya sangat penuh / padat. Tidak aneh ada panitia Natal yang terbentuk beberapa bulan sebelumnya. Sumbangan-Sumbangan juga mengalir kedalam gereja, karena dibutuhkan dana untuk berbagai kegiatan natal. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan sosial, drama musikal, membeli hiasan natal dan sebagainya
- Merayakan Kelahiran Yesus sebagai suatu hal yang terjadwal. Dalam arti "tanggal 25 Desember" adalah tanggal ulang tahun Yesus, jadi mari kita rayakan. Sama seperti kelahiran teman, ayah, ibu ataupun orang lain pada umumnya.
Kenapa saya mengatakan 3(tiga) hal diatas dapat berpotensi masuk dalam kategori "Discounted Christmas" ?
Yang pertama adalah bahwasanya memperhatikan Yatim Piatu serta Janda dan manula, harusnya dilakukan setiap saat. Bukan hanya pada hari Natal. Hal ini bisa dianggap sebagai menyamakan hari Kelahiran Yesus sebagai Hari mengingat kaum yang butuh pertolongan. Umat Kristen "tiba-tiba" mengingat anak anak Yatim Piatu, janda dan manula pada bulan Desember. Padahal mereka butuh perhatian di bulan lainnya juga, bukan hanya di Desember.