Batik tenun adalah kain tenun yang telah melewati proses pembatikan. Proses pembuatannya masih sangat tradisional. Menggunakan alat tenun bukan mesin. Setelah proses penenunan selesai, berlanjut ke proses pembatikan yang juga menggunakan cara tradisional. Menghasilkan kain batik yang natural dan berkarakter. Karena proses pembuatannya, sehingga banyak yang menyebutnya juga dengan sebutan batik ATBM.
Tenun batik berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan. Dikenal dengan nama batik lurik Galumpang. Lalu kemudian menyebar ke beberapa daerah lain. Seperti Bali, Jepara, Tuban, hingga Kalimantan. Motif batik menyesuaikan dengan adat masing-masing daerah. Selain menggunakannya untuk acara adat, banyak juga yang menggunakan kain ini untuk acara formal seperti pernikahan.
Bisanya dijual di butik, atau tailor Indonesia di kota-kota besar, beberapa gerai terkenal ada di Jakarta, Bandung, Bali, Medan dan kota lainnya. Lazimnya penjahit busana pria, terkemuka menyediakan bahan dan jasa jahit.
Mengapa Batik Tenun Mahal
Banyak yang mengatakan bahwa batik tenun mahal. Memang realitanya demikian. Ketimbang jenis kain lainnya, termasuk juga kain variannya yang pembuatannya menggunakan mesin, jenis kain tenun batik tradisional memang lebih mahal. Sebabnya ada beberapa hal. Di antaranya :
1. Â Â Waktu yang dibutuhkan Cukup Lama
Untuk bisa membuat selembar kain tenun memakan waktu tidak hanya satu dua hari. Bisa sampai 2 hingga 3 bulan. Tergantung dari rumitnya motif yang akan dibuat.
Mulai dari memintal benang, memberi warna benang, hingga menyusunnya menjadi motif yang unik dan artistik. Dari penyusunan benang ini akan menyisakan area kain berwarna putih. Di atas area putih itulah para pengrajin akan melukis dengan malam. Membuat motif batik untuk menambah keindahannya.
Tidak hanya membutuhkan waktu yang lama saja untuk membuat sebuah kain yang indah. Tapi juga fokus, ketelitian, kesabaran, dan kreatifitas tanpa batas. Maka wajar jika harga kain ini sangat mahal.
2. Â Â Tebal Tipisnya Kain
Kain yang tebal akan lebih mahal daripada yang tipis. Karena pada saat proses penenunan menggunakan alat tanpa mesin, pengrajin harus menarik alat tenun dengan keras. Sehingga menghasilkan serat kain dengan tingkat kepadatan yang tinggi.