Mohon tunggu...
Rochma Ummu Satirah
Rochma Ummu Satirah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Translator, Freelance Copywriter, Editor

Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pinjol Bukan Solusi

15 April 2024   20:18 Diperbarui: 15 April 2024   20:20 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pinjol Bukan Solusi


Rochma Ummu Satirah

Sudah menjadi kebiasaan meningkatnya kebutuhan masyarakat di bulan Ramadan dan Lebaran. Sayangnya, kebutuhan yang meningkat ini tak dibarengi dengan pemasukan yang sepadan. Terlebih, ekonomi terasa merosot bagi sebagian masyarakat. Sebagian masyarakat pun akhirnya menjadikan pinjol sebagai solusi atas persoalan keuangan mereka.

Pinjol Menjadi Jalan Pintas

Walaupun sudah terdapat beberapa korban pinjol, masyarakat seakan menutup mata dan tetap menjadikan pinjol sebagai jalan pintas atas persoalan mereka. Himpitan ekonomi membuat mereka tak jera untuk kembali berkubang dengan pinjol ini.

Shafiq.id (21-03-2024) menjelaskan tiga alasan kenapa masih banyak sebagian masyarakat yang terjerat pinjol. Pertama, tuntutan konsumsi di momen spesial. Sangat jelas bahwa kebutuhan masyarakat meningkat di bulan Ramadan dan lebaran, baik untuk konsumsi dan yang lainnya.

Kedua, keterbatasan dana tunai. Pilihan masyarakat kepada pinjol juga karena tidak tersedianya dana yang mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan. Kemudahan akses pinjol membuat godaan pinjol ini tak bisa terelakan.

Ketiga, kurangnya edukasi keuangan. Masyarakat grass root tentu tak memiliki pengetahuan manajemen keuangan yang memadai. Yang mereka pahami adalah adanya kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi sedangkan kenyataannya adalah keterbatasan dana. Sehingga tawaran solusi mana saja yang dirasa mampu menolong akan diambil. Sayangnya tanpa melihat secara detail konsekuensi dan akibat dari hal ini.

Pinjol Bukan Solusi

Terjerumusnya sebagian masyarakat kepada pinjoll membuktikan bahwa tidak ada jaminan kebutuhan masyarakat. Negara seharusnya memberikan akses yang mudah pada masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pokok atau publik. Sayangnya, negara malah berlepas tangan dari tanggung jawab ini. Parahnya lagi, negara malah memberikan ruang kepada perusahaan atau pemilik modal mendirikan perusahaan vintage dengan pinjol sebagai produknya.

Iming-iming pinjaman mudah dan langsung cair sejatinya memberikan dampak buruk, terutama bagi nasaban yang tak mampu membayar. Ada ancaman kerugian finansial dan psikologis bagi mereka. Belum lagi tekanan mental yang harus mereka hadapi karena ketidakmampuan ini.
Bahaya ini selain dari bahaya riba itu sendiri yang melekat pada pinjol. Riba menjadi satu bentuk kemaksiatan yang mendapatkan ancaman dosa besar yang harus ditinggalkan. Tak hanya itu, riba juga menjauhkan keberkahan Allah dalam masyarakat yang berhubungan dengan pinjol.

Islam Hadir Sebagai Solusi

Islam menetapkan negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. Kesejahteraan inu terwujud dalam terpenuhinya semua kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar publik masing-masing individu. Kebutuhan ini meliputi sandang, pangan dan papan.

Islam juga menggariskan negara untuk secara tidak langsung memberikan jaminan lapangan pekerjaan terbuka luas dan cukup untuk semua laki-laki. Serta adanya jaminan gaji yang layak atas semua pekerjaan ini. Dengan ini, rakyat akan mudah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Misal, ada sebagian rakyat yang membutuhkan pinjaman, negara juga memiliki kewajiban untuk memberikan pinjaman halal negara kepada rakyatnya. Bagi sebagian masyarakat yang tak memiliki skill memadai untuk mendapatkan pekerjaan, negara juga menyediakan pelatihan atau training secar agratis guna meningkatkan kapasitas masyarakat tersebut. Semua dana untuk hal ini diambil dari Baitul Mal.

Bagi laki-laki yang tak mampu bekerja karena ada uzur syar'i seperti sakit parah, negara akan memberikan santunan kepadanya dan keluarganya secara layak dan cukup. Tujuannya agar terpenuhi semua kebutuhan hidupnya.

Islam juga memberikan kewajiban kepada negara untuk menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan dasar publik secara baik dan berkualitas. Misal pada sektor pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Inilah mekanisme detail pengaturan Islam yang dijalankan negara guna menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Bahkan, hal ini diberikan secara cuma-cuma tapi tetap berkualitas. Konsep riayah atau pelayananlah yang menjadi dasar pelaksanaan hal ini. Bukan malah menjadikannya sebagai ajang bisnis antara negara dengan rakyatnya.

Inilah perbedaan sistem Islam dengan sistem kapitalis sekuler yang saat ini diemban oleh negara ini. Sistem saat ini mengamini negara untuk melepaskan tanggung jawabnya kepada rakyatnya terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Negara menyerahkan urusan ini kepada masing-masing rakyat tanpa memberikan pengaturan yang jelas dengan dasar konsep pelayanan.
Sehingga rakyatnya pun harus terjebak ke dalam jerat riba yang jelas-jelas haram dan memberikan beberapa dampak buruk dalam kehidupan mereka. Islam dengan konsepnya yang jelas dan detail telah nyata memberikan solusi atas hal ini. Tinggal kita saja yang mau mengambilnya atau tidak yaitu menjadikan Islam sebagai landasan kehidupan kita. Wallahu'alam bishowab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun