Mohon tunggu...
Smiling Ajah
Smiling Ajah Mohon Tunggu... -

ngasal... :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Korupsi dan Hukum Kekekalan Energi

12 September 2012   04:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:35 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keppi Ngyn: Kenapa ya orang-orang kok sudah nggak malu-malu lagi kalau korupsi. Mungkin karena enak ya? Jadi kepingin juga nih.

Fysi Kawan: Hush, ngawur. Jangan sekali-kali kamu ikutan. Itu perbuatan yang berbahaya. Mereka itu melakukan itu karena bodo, nggak ngerti fisika, terutama Hukum Kekekalan Energi.

Keppi Ngyn: Apa hubungannya korupsi sama hukum kekekalan energi?

Fysi Kawan: Energi itu nggak akan hilang, tapi hanya berubah bentuk. Demikian juga dengan korupsi, pasti mereka akan mendapatkan balasannya, karmanya, entah di dunia, dan yang pasti di akherat kelak. Nggak mungkin mereka akan lolos dari dosa-dosa korupsinya, sampai kapanpun, sebelum mendapat balasannya.

Keppi Ngyn: Loh, tapi kata mereka semua orang kan korupsi, itu wajar, itu normal. Kalau dosapun mungkin cuman sedikit saja, dan bisa ditutupi dengan amal-amal baik mereka.

Fysi Kawan: Seenaknya saja mereka kalau ngomong seperti itu. Masih ada hukum fisika lain yang namanya Chain Reaction, atau reaksi berantai. Bom atom itu dibuat dengan prinsip itu, dan hasilnya, satu bom sebesar lemari, bisa menghancurkan satu kota besar. Demikian juga dengan korupsi.

Keppi Ngyn: Jelasnya?

Fysi Kawan: Katakan di suatu kantor total korupsinya 50 milyar rupiah. Lalu salah satu aparatnya hanya korupsi 50 juta rupiah, dan dia berkata ke dirinya sendiri bahwa apalah artinya 50 juta dibanding 50 milyar. Cuman seper seribu, 0.1 %, sama sekali nggak ada artinya. Nah bagaimana jika yang dia korupsi itu adalah dana untuk membuat sebuah jembatan di suatu desa, dan kualitas jembatan itupun jadi dikurangi, dan akibatnya jembatanpun ambruk, yang kebetulan sedang dilewati sebuah bus yang sedang mengangkut karyawan sebuah perusahaan, semuanya tewas termasuk sopirnya, 30 orang tulang punggung penghasil nafkah bagi keluarganya masing-masing tewas sia-sia. Siapa yang akan menanggung dosanya?

Keppi Ngyn: Ya jelas si koruptor 50 juta itu. Wah nggak nyangka ya, hanya korupsi 50 juta, bisa menghasilan bencana dan penderitaan yang sedemikian besarnya, bisa menghasilkan karma dan dosa yang susah untuk ditanggung. Tapi itu kan hanya fiksi saja kan? Mungkin nggak jadi kenyataan?

Fysi Kawan: Siapa bilang nggak mungkin? Mungkin sekali! Ingat nggak tragedi matinya 9 orang hanya karena seorang sopir yang teler? Itulah makanya kita harus selalu berhati-hati dan berpikiran panjang ke depan. Jangan membuat tindakan yang sepintas diremehkan, tapi bisa berakibat fatal. Lebih baik kita selalu di jalur yang lurus, dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang, sekecil apapun, demi kebaikan diri kita sendiri.

Keppi Ngyn: Iya ya, jadi surut nih kepinginku untuk ikutan korupsi.

Fysi Kawan: Lagian apanya yang mau kamu korupsi, lha kamu bukan pejabat kok, pengangguran malah.

Keppi Ngyn: Hihihi, kejauhan ya ngelamunnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun