Mohon tunggu...
Smiling Ajah
Smiling Ajah Mohon Tunggu... -

ngasal... :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perbedaan Dosa, Kualat, dan Karma

3 September 2012   05:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:59 2378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nanyamulu: As kamu tahu nggak bedanya antara dosa, kualat, dan karma itu? Kenapa para orangtua itu kok sedikit-sedikit bilang awas dosa, awas nanti kualat, awas nanti kena karmanya gitu? Kok seolah-olah buat nakut-nakutin kita kalau mau ngapa-ngapain. Jadi nggak bebas deh.

Asbunaja: Waduh, aku juga nggak begitu paham tuh. Tapi kira-kira gini, kalau dosa itu adalah catatan perbuatan buruk kita yang nanti pasti akan mendapat pembalasan hukuman dari Tuhan, kalau kualat itu kelihatannya seperti jika kita melakukan perbuatan yang salah maka mekanisme alam akan bekerja entah bagaimana sehingga kita pasti akan mendapat balasan dari perbuatan buruk kita itu, lha kalau karma itu mungkin seperti kualat tapi karma itu ada dua yaitu karma baik dan karma buruk gitu. Ngerti nggak?

Nanyamulu: Nggak.

Asbunaja: Ya udah kalo nggak ngerti, nggak usah dipaksa, aku juga asbun aja kok. Tapi yang aku faham adalah bahwa ketiganya itu kelihatannya sebenarnya tujuannya sama, yaitu agar orang tidak melakukan perbuatan yang salah, yang bisa merugikan dirinya sendiri juga terutama orang lain. Dan memang sih sepintas kelihatannya jadi seperti membatasi kebebasan seseorang gitu.

Nanyamulu: Iya, terlebih lagi ada faham A yang mengatakan bahwa 'kebebasan seseorang hanya dibatasi oleh kebebasan orang lain'. Ini kan artinya setiap orang boleh-boleh aja kumpul kebo, atau bahkan bunuh diri. Ngeri kan. Dan itu jelas beda dengan pembatasan kebebasan yang berdasar agama kan.

Asbunaja: Entah ya Nan, aku juga kurang paham teori-teori tingkat tinggi itu. Tapi kalau boleh disederhanakan, faham A tersebut aku sederhanakan menjadi bahwa 'kebebasan seseorang tidaklah boleh merugikan orang lain', sedangkan definisi pembatasan kebebasan menurut agama aku sederhanakan menjadi bahwa 'kebebasan seseorang tidaklah boleh merugikan diri sendiri dan orang lain', gitu.

Nanyamulu: Jadi maksudmu definisi agama lebih luas dibanding dengan definisi faham A tersebut.

Asbunaja: Ya kira-kira gitulah. Kalo faham A itu hanya berdasar pada perlakuan fisik atau lahiriah saja, dan mungkin juga sedikit tentang aspek pikiran. Tetapi kalau agama menyangkut keseluruhan aspek, ya lahir, batin, dan pikiran. Agama memikirkan efek buruk suatu perbuatan secara luas, berkaitan dengan segala rentetan akibat yang bisa terjadi, baik bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan sekitarnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, bahkan sampai ke akhirat kelak, baik di alam nyata maupun di alam yang kurang nyata. Dan ini tentu saja dibantah habis oleh mereka yang menganut faham A tersebut, karena ya memang kurang logis kalau dilihat dari sudut pandang mereka.

Nanyamulu: Jadi kelihatannya antara faham A dan agama nggak akan bisa ketemu dong.

Asbunaja: Ya kelihatannya gitu sih. Kan perdebatan gitu itu sudah terjadi sejak dulu, dan mungkin akan terus terjadi sampai kiamat kelak. Jadi kalau sekarang ada yang memperdebatkannya ya itu sih biasa. Bukan barang baru. Ya biarin aja, nanti kalau sudah tua kan capek-capek sendiri hahaha.

Nanyamulu: Hahaha nunggu tua dulu ya baru capek.

Asbunaja: Iya, ya yang namanya suka ngeyel itu kan watak. Watak manusia susah berubah, jadi ya terpaksa nunggu sampai badannya melemah dulu.

Nanyamulu: Kenapa ya orang kok suka ngeyel. Apa dipikir kalau ngeyel itu sama dengan menang, dan menang itu sama dengan benar. Kan nggak gitu kan?

Asbunaja: Entahlah Nan. Orang sekarang memang banyak yang melupakan ajaran-ajaran luhur lama seperti 'yang ngalah itu yang menang', artinya menang melawan hawa nafsunya sendiri, bukannya malah yang ngalah itu kalah. Banyak yang menganggap bahwa yang kuat ngomong itu yang benar, sehingga orang lebih banyak belajar ngomong daripada belajar mendengar. Dan akhirnya orang tidak lagi peduli mana yang benar mana yang salah, tapi yang penting mana yang menang mana yang kalah, dan akhirnya ya ngeyel itu.

Nanyamulu: Tapi kalau aku nanya melulu nggak apa-apa kan, nggak termasuk ngeyel kan?

Asbunaja: Ah nggak apa-apa kok Nan, kan aku juga asal bunyi aja kok hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun