Mohon tunggu...
Rochman Hadi Mustofa
Rochman Hadi Mustofa Mohon Tunggu... Human Resources - Educator

Tertarik pada dunia Pendidikan dan Ekonomi. Berbagi pemikiran layaknya diskusi. Boleh setuju boleh tidak.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Akhir "Saga Game of Thrones": Mencari Pemimpin Terbaik

17 Mei 2019   20:25 Diperbarui: 17 Mei 2019   20:54 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai salah satu TV Series tersukses, Game of Thrones (GoT) memasuki musim terakhirnya. Episode terakhir akan ditayangkan pada Senin, 20 Mei 2019 setelah berjalan selama kurang lebih 8 tahun sejak musim pertama tahun 2011. 

Saya pribadi merupakan penggemar serial satu ini karena selain alur ceritanya yang menarik juga tidak dapat ditebak. Formula kharakter utama yang selalu "selamat" hingga akhir film tidak berlaku dalam series besutan David Benioff & D.B. Weiss ini, istilahnya "No One is Safe". 

Series ini sukses membangkitkan hype bahkan dijadikan bahan meme di dunia maya. Episode pertama musim ke-8 saja ditonton lebih dari 17.4 juta penayangan (yang tercatat di HBO, belum yang dibajak dan copy paste lho ya).

Sesuai judulnya, inti dari ceritanya adalah perebutan tahta, tentang siapa yang paling layak (atau setidaknya bisa, karena beberapa kharakter juga tidak layak) menjadi raja dan lord. 

Ada 2 benua fiksi (Westeros dan Essos) yang diceritakan namun mayoritas cerita terjadi di Westeros yang terbagi ke dalam beberapa House (seperti suku, marga) dan masing-masing House ini bertarung mendapatkan tahta utama Iron Throne yang bertempat di Kings Landing, semacam ibukota di Westeros. Banyak intrik dan muslihat yang terjadi dalam cerita Game of Thrones ini.

            --------------------------------------SPOILER ALERT----------------------------------------------------------

Nah menjelang series ini berakhir, akan diketahui siapa yang layak menduduki tahta Iron Throne. Seperti yang diketahui penikmat series GoT, House Lannister yang dikenal penuh muslihat menguasai Iron Throne paling lama semenjak peristiwa digulingkannya House Targaryen. Keturunan yang tersisa dari House Targaryen yaitu Daenerys berambisi merebut kembali tahta tersebut dengan naga dan pasukan aliansi yang dimiliki.

Twist muncul ketika Daenerys ternyata bukan satu-satunya keturunan tersisa House Targaryen. Jon Snow, pemimpin aliansi The North sekaligus kekasihnya ternyata adalah keponakannya sendiri. 

Memang, Jon Snow sendiri seperti yang diketahui lebih mendukung Daenerys untuk berada di tahta Iron Throne, namun orang-orang di sekitar Jon Snow (dan Daenerys) lebih mendukung Jon Snow sebagai raja.

Sumber: The Wrap
Sumber: The Wrap

Penyair legendaris Italia, Niccolo Machiavelli, pernah berkelakar "to be a good ruler, is it to be loved more than feared, or feared more than loved?". Kedua sosok pemimpin utama GoT, Daenerys Targaryen dan Jon Snow, semakin lama menjadi cerminan dua jenis pemimpin tersebut.

Daenerys yang diceritakan sudah terbuang sejak kecil, berbekal nama besar House Targaryen dan kecantikan fisiknya harus rela dijodohkan oleh saudaranya dengan ketua suku Dothraki yang terkenal bengis namun jago perang, supaya dapat memperoleh pasukan. 

Berbekal dukungan sedikit pasukan Dothraki, Ser Jorah sebagai pengawal dan 3 bayi naga ia kemudian bertekat membebaskan tirani dan perbudakan. Dalam waktu relatif singkat ia berhasil mendapatkan dukungan dari The Unsullied, Second Sons, aliansi Dornish-Greyjoy, dan pasukan Dothraki yang jauh lebih besar. 

Sumber: HollywoodReporter
Sumber: HollywoodReporter
Dalam series, Daenerys memang digambarkan sering menjumpai perbudakan dan kesewenang-wenangan dari penguasa sehingga ia bertekad dengan pasukan yang dimilikinya akan menghapus tirani dan perbudakan. Semangat itu lah yang tampaknya menarik semakin banyak kharakter penting di sekitarnya. 

Selain sisi militer, kekuatan politik dan diplomasi Daenerys juga menjanjikan dengan adanya Tyrion Lannister sebagai Hand of The Queen (Semacam penasihat ratu) dan Varys sebagai Master of Whisperers (semacam penasihat sekaligus kepala intel). 

Daenerys sebenarnya sudah memperoleh apa yang dibutuhkan untuk menjadi ratu yang adil ketika ia berkuasa di Essos, ia membebaskan perbudakan, ia dicintai sekaligus ditakuti rakyatnya. Namun ambisinya untuk merebut kembali Iron Throne membuatnya menyeberang ke Westeros bersama pasukannya (kecuali Second Sons).

Sumber: aminoapss
Sumber: aminoapss
Di Westeros, sekali pun sebagai ratu dan kekasih Jon Snow yang dianggap pemimpin di utara, Daenerys merupakan orang asing. Ia tidak bisa akur dengan saudari-saudari Jon, Arya dan Sansa. 

Saat membantu The North melawan invasi Night King dan pasukannya, ia harus kehilangan seekor naga, Ser Jorah selaku pengawal setianya, dan separuh pasukannya. Bahkan saat akhirnya mereka menang secara dramatis, Daenerys belum mendapat respect yang ia harapkan dari penduduk The North. 

Sumber: Vullture
Sumber: Vullture

Sumber: Inverse
Sumber: Inverse
Saat menuju Kings Landing, ia harus kembali kehilangan seekor naga dan Missandei, penerjemah sekaligus teman dekatnya yang dieksekusi Cersei. Tidak cukup disitu, ia juga dikhianati oleh penasihat kepercayaannya, Lord Varys, yang lebih memilih Jon Snow untuk Iron Throne.

Sumber: Esquire
Sumber: Esquire

Sumber: Esquire
Sumber: Esquire

Rasa kehilangan, dikhianati dan tidak mendapatkan apa yang diharapkan setelah semua yang dikorbankan tersebut lah yang mengubah kharakternya menjadi Mad Queen. 

Daenerys memilih untuk mengapus perbudakan dengan tirani, ia memilih untuk menjadi pemimpin yang ditakuti ketimbang dicintai. Hal yang sama seperti yang dilakukan Thanos di Marvel Cinematic Universe. Padahal, Daenerys merupakan salah satu kharakter terfavorit penikmat GoT selama kurang lebih 8 season, sebuah antiklimaks yang tidak disangka-sangka oleh penonto

Sumber: cosmopolitan.com
Sumber: cosmopolitan.com

Sumber: HBO
Sumber: HBO

Berbeda dengan Jon Snow yang digambarkan sangat heroik, ia juga menjadi kharakter terfavorit dalam series ini. Sama dengan Daenerys yang tampaknya tidak berpotensi menjadi siapa-siapa, namun melalui serangkaian perjuangan ia menjadi pahlawan perang. 

Bagaimana ia menyatukan Wildling yang liar dengan Northmen yang terpecah-pecah, merebut kembali Winterfell hingga mendapatkan aliansi-aliansi kuat menghadapi Night King. 

Dari Bastards (isitilah anak haram hasil hubungan gelap raja dengan rakyat biasa) menjadi Lord Commander Nightwatch, kemudian menjadi King in the North, hingga berpeluang menjadi raja di Seven Kingdoms. Dia lebih dicintai oleh pengikutnya ketimbang ditakuti, itu sebabnya ia memiliki semakin banyak aliansi.

Sumber: Vox.com
Sumber: Vox.com

Sumber: Popsugar
Sumber: Popsugar
Sebenarnya cara termudah untuk mengakhiri series ini adalah keduanya memerintah bersama-sama, baik Jon Snow dan Daenerys, terlepas dari hubungan darah yang mereka ketahui belakangan. Hingga sebelum season 8 bergulir, Daenerys dan Jon Snow tampak dapat memerintah secara berdampingan, menjadi raja dan ratu yang bijak. Namun tampaknya sutradara David Benioff & D.B. Weiss merasa kurang "greget" kalau harus memiliki ending seperti itu. 

Duo sutradara mengingatkan bahwa tidak ada yang benar-benar happy ending apalagi happily ever after dalam series GoT. Pada episode final mungkin akan kita lihat pemberontakan dan beberapa kharakter penting yang mati. Daenerys tampak tidak akan begitu saja menyerahkan Iron Throne sekalipun kepada kekasihnya, tidak setelah apa yang ia korbankan untuk sampai pada titik itu.

 Jon Snow yang sebelumnya mengalah untuk memberikan Iron Throne ke Daenerys, menjadikan ia Queen of Seven Kingdoms, tampaknya akan berubah pikiran setelah melihat Daenerys menjadi Mad Queen yang membakar seisi Kings Landing pada episode 5 kemarin.

sumber: Youtube
sumber: Youtube

Sumber: BusinessInsider
Sumber: BusinessInsider
Jadi, kembali lagi pada ungkapan Macchiavelli, manakah yang menjadi pemimpin terbaik untuk menutup saga Game of Throne? Apakah pemimpin yang lebih ditakuti ketimbang dicintai, atau yang lebih dicintai ketimbang ditakuti?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun