Mohon tunggu...
Rochman Hadi Mustofa
Rochman Hadi Mustofa Mohon Tunggu... Human Resources - Educator

Tertarik pada dunia Pendidikan dan Ekonomi. Berbagi pemikiran layaknya diskusi. Boleh setuju boleh tidak.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Strategi Marketing Marvel yang Sukses Membangun "Hype"

26 April 2018   12:35 Diperbarui: 19 September 2018   14:27 5864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Screenrant.com

Penikmat film tanah air saat ini sedang dilanda hype Avenger Infinity War. Khusus di Indonesia, film yang mengisahkan berkumpulnya superhero semestanya Marvel bisa mulai menyaksikan pada 25 April 2018, atau lebih cepat 2 hari dari jadwal rilis internasional. Seperti diperkirakan, tiket penjualan untuk opening memecahkan rekor, bahkan untuk tiket pre sale sekalipun.

Melihat tingginya antusias masyarakat akan film ini, membuat kita sadar bahwa Marvel memang memiliki strategi jitu dalam membangun hype film-filmnya, terutama untuk film Avenger: Infinity War kali ini.

Hampir semua bioskop dipenuhi oleh penonton yang antre untuk menyaksikan film ini. Dimulai dari 10 tahun lalu saat proyek pertama film Iron Man muncul di layar lebar dan berlanjut rutin tiap tahun Marvel mengeluarkan setidaknya satu film superhero. 

Setiap kali Marvel memperkenalkan jagoan baru, bermunculan pula penggemar superhero tersebut. Bahkan bukan lagi dari kalangan anak-anak melainkan juga orang tua. Marvel benar-benar sukses mengubah citra film pahlawan berkekuatan super dari yang dulunya untuk anak-anak menjadi film yang ditunggu kalangan usia dewasa. 

Sebenarnya sebelum Iron Man muncul, citra superhero yang bukan film anak-anak sudah dilakukan oleh DC Universe melalui Batman Begins (2005) dan The Dark Knight. Namun saat itu film besutan sutradara Chritopher Nolan belum diproyeksikan menjadi bagian DC Universe, atau masih standalone.

Dari segi popularitas pun, generasi dibawah tahun 2000 lebih mengenal Superman atau Batman dibanding Ant-Man, Black Widow, Hawkeye, ataupun Black Panther. 

Superhero Marvel yang banyak dikenal pada generasi itu hanya Spiderman yang dari jaman kecil sudah ada action figure serta posternya. Namun jika saat ini dibandingkan pencapaian dan hype antara superhero DC Universe dengan Marvel Universe, sepertinya Marvel masih lebih unggul. Mengapa demikian? Padahal DC Universe sebenarnya sudah punya modal bagus melalui populernya karakter Superman dan Batman. 

Salah satu faktor yang tidak bisa dilepaskan adalah strategi Marvel dalam membangun semestanya. Pada awal proyek film Marvel, sudah dibangun grand design keseluruhan film yang nanti akan terlibat dalam universe yang dibangun, namun sekali lagi baru grand design nya saja, detail filmnya masing-masing adalah tugas sutradara yang mengambil proyek atau dipilih untuk menangani proyek. Setidaknya sejak tahun 2008, sudah ada lebih dari 10 film standalone Marvel yang mengisahkan masing-masing karakter. 

Penonton seolah diajak mendalami pembangunan karakter masing-masing superhero sebelum digabungkan dalam satu film besar yang melibatkan keseluruhan superhero tersebut, Avenger.

Bisa diprediksi, fans dari masing-masing superhero di film standalone-nya akan berkumpul juga dalam film Avenger. Fans nya Iron Man yang meskipun ia tidak terlalu suka Thor tetap akan melihat Avenger, fansnya Hulk yang tidak mengikuti jalan cerita Ant-Man juga akan berkumpul menyaksikan Avenger. Bisa dibayangkan jika hal itu berlangsung selama 10 tahun.

Sumber ilustrasi: forbes.com
Sumber ilustrasi: forbes.com
Faktor lain adalah Marvel yang tidak selalu mengikat jalan ceritanya dengan versi komik. Beberapa aspek seperti latar belakang superhero masih dipertahankan sesuai komik, namun pengembangan jalan cerita sudah berbeda sehingga penonton yang mengetahui jalan cerita versi komik sekalipun akan tetap seru mengikutinya.

Hal ini yang sedikit berbeda dilakukan oleh DC Universe. Mereka memang memiliki satu film yang mempertemukan para karakter superhero layaknya Avenger dan itu adalah Justice League.

Berhubung jalan cerita Batman-nya Nolan tidak diikutkan dalam DC Universe, DC praktis hanya memiliki stok film standalone Man of Steel dan Wonder Woman sebelum Justice League rilis. Batman baru diperkenalkan saat film Batman vs Superman Dawn of Justice. Itulah mengapa saat Justice League rilis tahun 2017 lalu hype yang muncul tidak sebesar saat Avenger: Infinity War. 

Karakter yang sudah muncul seperti Cyborg, The Flash dan Aquaman baru akan mendapat standalone-nya setelah Justice League tayang.

Di samping itu, superhero yang terlibat dalam Justice League juga tidak sebanyak dalam Avenger, entah karena faktor apa yang menghambat DC untuk memasukkan karakter mereka seperti Manhunter, Robin, atau Batwoman padahal mereka punya karakter yang juga melimpah.

Sumber ilustrasi: justiceleaguethemovie.com
Sumber ilustrasi: justiceleaguethemovie.com
Kita nantikan saja gebrakan selanjutnya dari DC maupun Marvel, sebagai penikmat film, persaingan kedua studio tersebut justru menguntungkan penontonnya karena masing-masing akan allout dalam memproduksi filmnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun