Mohon tunggu...
Rochim
Rochim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance journalist.

Hobi naik gunung.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Novel Lebih Senyap dari Bisikan

14 Desember 2023   15:11 Diperbarui: 14 Desember 2023   15:21 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Lebih Senyap dari Bisikan. Foto oleh Gramedia Pustaka Utama/Goodreads

Lebih Senyap dari Bisikan mengisahkan sebuah kisah rumah tangga yang seolah mencerminkan dinamika kehidupan keluarga pasangan muda dalam kehidupan nyata. Penciptaan narasi dimulai dengan kebahagiaan awal Baron dan Amara sebagai pasangan suami istri yang tengah menikmati hari-hari indah tanpa beban. Namun, kebahagiaan tersebut mulai terusik oleh tekanan sosial yang seringkali dialami oleh banyak pasangan muda, yakni pertanyaan tentang kapan mereka akan memiliki anak.

Penulis, Andina Dwifatma, dengan cermat membawa pembaca melalui perjalanan penuh liku-liku Amara dan Baron. Sentilan satire dalam novel ini menciptakan gambaran kritis terhadap norma-norma sosial yang melekat pada pernikahan dan kehidupan keluarga. Seiring berjalannya waktu, tekanan untuk memiliki anak menghadang kedamaian hidup mereka, menjadi benang merah yang membentuk dasar konflik dalam novel ini.

Amara, tokoh utama dalam cerita ini, merespons tekanan sosial tersebut dengan berbagai upaya keras untuk memenuhi ekspektasi masyarakat. Begitu terasa keinginan kuatnya untuk menjadi seorang ibu, dan novel ini merinci bagaimana Amara berjuang melalui tahap-tahap sulit menjadi ibu baru. Namun, kehidupan yang diimpikannya ternyata tidak semudah yang dia bayangkan.

Munculnya konflik, seperti baby blues, tekanan finansial, dan sikap egois Baron, pasangan Amara, memberikan dimensi yang lebih dalam pada narasi. Kesulitan-kesulitan ini menjadi ujian yang menguji ketangguhan Amara sebagai seorang perempuan, istri, dan ibu. Novel ini tidak hanya menggambarkan kebahagiaan menjadi seorang ibu, melainkan juga berbicara tentang ketidakpastian, rintangan, dan konflik yang mungkin dihadapi dalam perjalanan menjadi orangtua.

Keputusan Amara untuk fokus pada peran ibu baru membuka jendela ke dalam tantangan-tantangan yang sering dihadapi oleh perempuan dalam menggabungkan peran keluarga dan karier. Dengan kehilangan pekerjaannya, Amara harus berjuang melawan stigma masyarakat terhadap perempuan yang memilih fokus pada keluarga. Pembaca diberikan gambaran nyata tentang bagaimana peran seorang ibu terkadang dianggap enteng, padahal melibatkan banyak usaha dan pengorbanan.

Perasaan Amara yang merasakan kehilangan identitas, depresi pasca melahirkan, dan ketakutan sebagai ibu baru diungkapkan secara mendalam dalam novel ini. Hal ini menciptakan kekayaan emosional yang menghubungkan pembaca dengan perjalanan pribadi karakter. Kesulitan Amara menciptakan resonansi yang kuat, mengingatkan pembaca bahwa di balik senyuman seorang ibu, seringkali tersembunyi ketidakpastian dan ketidakamanan.

Selain itu, hubungan Amara dengan Baron menjadi pusat dari konflik yang semakin merajut benang kisah ini. Egoisme Baron dan keputusasaan Amara menciptakan ketegangan yang tajam. Novel ini menjadi kritik terhadap asumsi-asumsi tradisional dalam pernikahan dan tuntutan terhadap peran masing-masing pasangan. Keputusan Baron untuk pergi dan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai suami dan ayah menghadirkan klimaks dramatis dalam cerita.

Lebih Senyap dari Bisikan tidak hanya sekadar menggambarkan konflik, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung tentang peran perempuan dalam masyarakat. Amara, sebagai perwakilan dari banyak perempuan, menghadapi pertarungan melawan stereotip dan harapan yang ditempatkan padanya. Dia harus mempertahankan kewarasan dan kekuatannya, meskipun badai kehidupan datang menghantamnya.

Novel ini berhasil menyajikan gambaran yang kompleks dan mendalam tentang kehidupan rumah tangga modern. Melalui cerita Amara dan Baron, penulis mengingatkan kita bahwa setiap pernikahan memiliki tantangan tersendiri dan tidak selalu sesuai dengan ekspektasi. Lebih Senyap dari Bisikan bukan hanya sekadar cerita, melainkan juga cermin yang mencerminkan realitas yang mungkin dihadapi oleh banyak pasangan muda di era ini.

Sebagai penutup, Lebih Senyap dari Bisikan adalah karya fiksi yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan, pernikahan, dan peran perempuan dalam masyarakat. Dengan memperkuat dimensi emosional dan konflik yang kompleks, novel ini berhasil menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun