Wonka dari masa kecilnya, terutama melalui film "Charlie and the Chocolate Factory" yang dirilis pada tahun 2005? Pemilik pabrik cokelat eksentrik ini memang menjadi ikon dalam dunia perfilman. Baru-baru ini, Warner Bros. memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang masa muda Willy melalui film musikal terbaru yang diberi judul "Wonka".
Siapa di antara kita yang tidak mengenali sosok WillySutradara Paul King, yang sebelumnya sukses menyutradarai seri film Paddington, dipercayakan untuk mengarahkan proyek ini. Dalam kisah masa mudanya, Willy Wonka diperankan oleh aktor berbakat, Timothee Chalamet. Film ini juga menampilkan sejumlah aktor lain seperti Calah Lane, Keegan-Michael Key, Paterson Joseph, Matt Lucas, dan banyak lagi.
Diceritakan bahwa setelah menjelajahi samudera untuk mencari bahan terbaik guna membuat cokelat, Willy Wonka memutuskan untuk menuju sebuah kota yang terkenal dengan produksi cokelatnya. Dia berharap bisa membangun usaha cokelatnya sendiri di sana. Namun, begitu tiba di kota tersebut, Willy malah dihadapkan pada kartel cokelat yang tidak menyukai kehadirannya. Intrik dan tantangan pun menghiasi perjalanan masa mudanya yang penuh petualangan ini.
Bagi mereka yang menghabiskan masa kecil di era 1990-an atau 2000-an, film-film Hollywood dengan nuansa liburan yang cocok untuk semua penonton pasti menjadi kenangan yang tak terlupakan. Sayangnya, sejak era 2010-an hingga saat ini, film-film semacam itu semakin sulit ditemukan. Bagi para penggemar yang merindukan kehadiran film keluarga dengan nuansa liburan seperti di era 2000-an, "Wonka" mungkin bisa menjadi jawaban yang dinanti.
Meskipun film ini mengisahkan masa mudanya Willy Wonka, versi Willy yang diperankan oleh Timothee Chalamet sama sekali tidak terkait dengan interpretasi Johnny Depp atau Gene Wilder. "Wonka" sebenarnya lebih pantas disebut sebagai prekuel dari novel "Charlie and the Chocolate Factory". Sutradara Paul King, yang juga berperan dalam penulisan naskah bersama Simon Farnaby, berhasil menciptakan kisah baru tentang Willy yang belum pernah diceritakan dalam novel atau film sebelumnya.
Sebagai film keluarga, "Wonka" membawa cerita yang benar-benar ringan dan menghibur. Sutradara King berhasil membawa penonton terhubung dengan berbagai karakter "teraniaya" dalam cerita ini. Meskipun Willy Wonka menjadi bintang utama yang mencuri perhatian, film ini memberikan simpati terhadap karakter-karakter lain dengan memberikan latar belakang yang menarik pada masing-masing.
Sutradara Paul King tidak lupa menyelipkan pesan tentang pentingnya keluarga dalam "Wonka", sehingga ceritanya terasa penuh kasih. Penonton tidak hanya merasakan kesenangan selama menonton, tetapi juga menemui momen-momen menyentuh yang membuat hati tetap bahagia. Selain dari sisi cerita, unsur musikal dalam film ini juga memainkan peran penting dalam memberikan kehangatan pada keseluruhan pengalaman menonton.
Willy Wonka versi Johnny Depp tanpa ragu meninggalkan kesan mendalam bagi mereka yang menghabiskan masa kecil pada era 2000-an. Namun, menurut pandangan saya, membanding-bandingkan Willy versi Timothee Chalamet dengan Willy versi Johnny Depp sebenarnya tidaklah perlu. Keduanya adalah interpretasi yang berbeda, dan Willy versi Chalamet bukanlah sekadar versi muda dari karakter yang diperankan oleh Depp.
Chalamet berhasil menghadirkan Willy dengan ciri khas baru yang diciptakan oleh sutradara Paul King. Saat menonton, saya tidak merasakan bayangan karakter Willy versi Depp pada interpretasi Chalamet. Willy versi Chalamet mungkin tidak se-eksentrik Willy versi Depp, namun dia memiliki keunikan sendiri yang menjadi ciri khas dari sosok Willy yang eksentrik.
Tidak hanya Chalamet, seluruh pemain yang bermain dalam "Wonka" memberikan penampilan yang memikat. Setiap aktor mendalami karakter mereka dengan pesona yang khas. Calah Lane, yang memerankan karakter Noodle, berhasil menciptakan chemistry yang luar biasa dengan Chalamet, terutama dalam adegan musikal. Tidak ada satu pun aktor yang tidak berhasil menghibur dalam film ini.
Sebagai sebuah karya yang mengisahkan sosok kreator cokelat, visual yang dihadirkan dalam "Wonka" begitu mencolok dengan keberagaman warnanya. Selama menikmati film ini, mata penonton disuguhkan dengan tampilan visual yang memikat. Meskipun kualitas CGI-nya tidak mencapai tingkat kesempurnaan, namun keindahan visual yang penuh warna berhasil menutupi kekurangan tersebut.
Dalam membandingkan unsur visual, terdapat aspek lain yang tampil sangat menonjol dalam film musikal ini, yaitu kehadiran lagu-lagu yang luar biasa. Penonton diajak untuk merasakan semangat dan sentuhan emosional melalui berbagai lagu yang dibawakan dalam satu film. Satu lagu yang benar-benar meninggalkan kesan mendalam selama saya menikmati film ini adalah saat Willy dan Noodle menyanyikan lagu mereka setelah menyusup ke kebun binatang pada malam hari.
Menyaksikan "Wonka" memberikan pengalaman seperti melintas kembali ke era film liburan tahun 2000-an. Film ini membawa nuansa ringan dan menyenangkan, namun tidak lupa menyuntikkan elemen yang menghangatkan hati, meninggalkan penonton dengan perasaan kebahagiaan setelah menikmatinya. Timothee Chalamet berhasil membawakan karakter Willy Wonka dengan keunikannya sendiri, menciptakan interpretasi yang berbeda dari versi-versi sebelumnya.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H