Mohon tunggu...
Rochim
Rochim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance journalist.

Hobi naik gunung.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film: Past Lives (2023)

12 Desember 2023   22:36 Diperbarui: 12 Desember 2023   23:11 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Past Lives (2023). Foto oleh dok. IMDb

Past Lives, sebuah karya debut yang memukau dari sutradara Kanada-Korea, Celine Song, menghadirkan sebuah kisah romansa sederhana yang mengoyak hati penonton menjadi berkeping-keping. Dalam eksplorasinya yang manis, cerita ini mempersembahkan penuturan cerita luar biasa yang sulit dipercaya berasal dari seorang sutradara debutan.

Celine Song membuktikan dirinya sebagai seorang sutradara yang patut mendapat pujian. Melalui Past Lives, ia menghadirkan kualitas penyutradaraan yang memukau, seolah-olah telah mengumpulkan segudang pengalaman dalam industri perfilman. Karya ini tidak hanya menjadi pengantar karir Song yang gemilang, tetapi juga sebuah bukti kemampuannya untuk menyentuh hati penonton melalui cerita yang sederhana namun mendalam.

Premis yang bersumber dari kehidupan pribadi Celine Song mungkin menjadi kunci mengapa sang sutradara begitu mendalam memahami alur cerita dalam film ini. Namun, kepiawaiannya dalam merangkai cerita dengan berbagai dialog juga tak dapat diabaikan.

Celine Song membawa penonton masuk ke dalam dunia romansa dengan berfokus pada konsep In-Yun, sebuah frasa Korea yang diyakini memiliki makna takdir. Konsep ini seolah menjadi kekuatan tak kasat mata yang mampu menyatukan manusia, namun sekaligus kerap memisahkan mereka.

Melalui gagasan tersebut, sutradara ini berusaha mengisahkan hubungan antara Hae-sung (Yoo Teo) dan Nora (Greta Lee) dengan pendekatan yang mirip dengan film romansa klasik, Before Sunrise (1995). Dengan sentuhan ini, Celine Song menciptakan sebuah narasi yang menggugah perasaan penonton, mengeksplorasi dinamika hubungan manusia dan takdir yang membentang di sepanjang kisah ini.

Celine Song memilih pendekatan yang berbeda dalam mengarahkan jalannya film, tanpa membebani plot dengan banyak twist atau adegan teatrikal yang dramatis. Sebaliknya, "Past Lives" memilih jalur yang lebih tenang, mengadopsi dialog kontemplatif, mirip dengan kisah Jesse dan Celine dalam karya Richard Linklater.

Meskipun gaya penceritaan seperti ini mungkin memancing rasa bosan bagi beberapa penonton, tapi juga langkah Celine Song membuka peluang untuk meresapi setiap ungkapan dan gerak setiap karakter dalam film ini.

Pendekatan ini semakin mencolok karena Celine Song, yang juga menjadi penulis skenario "Past Lives," menunjukkan disiplin yang tinggi dalam menyusun cerita. Setiap dialog disusun dengan penuh kesabaran, tanpa terburu-buru untuk membangun ketegangan atau emosi, seolah mengajak penonton untuk menelusuri cerita dengan ritme yang tenang.

Keputusan untuk tetap setia pada kesabaran tersebut ternyata memberikan hasil yang memuaskan. "Past Lives" meninggalkan kesan yang mendalam, membuat penonton terkesima dan bertanya-tanya, bagaimana mungkin sebuah cerita yang disampaikan dengan lembut dapat memiliki dampak begitu kuat di hati?

Past Lives (2023). Foto oleh dok. IMDb
Past Lives (2023). Foto oleh dok. IMDb
Saat menyaksikan "Past Lives," perasaan campur aduk tak terhindarkan. Di satu sisi, penonton dibuat merasa pilu melihat kisah Nora dan Hae-sung, di mana takdir sepertinya tidak berpihak pada mereka. Namun, di sisi lain, penonton juga dibuat merasa bahwa takdir tidak bisa disalahkan ketika melihat Nora menjalani hidup di New York bersama pasangan yang baik, Arthur.

Perasaan kompleks ini adalah hasil dari keahlian Celine Song dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki jawaban pasti dalam alur cerita.

Bagaimana jika Nora dan Hae-sung bertemu sebelum ada Arthur? Apakah mereka memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersama? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memenuhi pikiran, menciptakan gelombang pemikiran tentang berbagai kemungkinan dan bagaimana jika skenario tertentu terwujud.

Salah satu aspek luar biasa dari "Past Lives" adalah perlakuan yang diberikan pada karakter-karakternya. Celine Song menggambarkan ketiga karakter tersebut dengan penuh kemanusiaan, kecermatan, dan keadilan, menyajikan berbagai sudut pandang dengan cermat.

Penonton diajak untuk melihat jalan hidup Hae-sung dan Nora, yang masing-masing memiliki alasan kuat untuk setiap keputusan yang diambil. Percakapan di antara mereka saat bertemu memberikan kesan mendalam, merangkum nuansa yang kaya dan beragam dari kehidupan keduanya.

Song menghindari jebakan klise cerita romansa, seperti pengkhianatan dalam hubungan dan konflik dramatis dalam merebut hati kekasih. Pilihan ini terwujud dalam akhir pertemuan Nora dan Hae-sung yang, meskipun melibatkan rasa kehilangan, disajikan dengan keseimbangan dan keadilan yang terasa mendalam.

Di sisi lain, kepuasan dalam menonton "Past Lives" semakin terasa berkat karakter Arthur yang ditulis dengan sangat baik. Arthur tidak disajikan sebagai suami yang jahat atau penghalang bagi 'cinta sejati,' melainkan sebagai sosok yang memiliki kedalaman dan kebaikan hati.

Arthur, justru menjadi pilar kedewasaan di tengah dinamika hubungan Nora dan Hae-sung. Dalam dialog yang khas, Arthur diizinkan mengungkapkan kerumitan perasaannya, tergambar jelas dalam kata-kata "You dream in a language that I can't understand."

Pujian untuk Celine Song semakin terwujud melalui penampilan luar biasa dari Greta Lee, Yoo Teo, dan John Magaro. Ketiganya memberikan kontribusi yang mengesankan sesuai dengan porsi peran masing-masing.

Tak berlebihan jika Greta Lee dan Yoo Teo pantas mendapat perhatian di bursa nominasi Aktor dan Aktris Terbaik untuk Piala Oscar 2024, diperkuat oleh penampilan memukau yang mereka bawakan.

Sementara itu, suguhan visual dan audio dalam Past Lives turut memberikan akomodasi yang memikat, seolah menjadi langkah-langkah harmonis mengiringi jejak Nora dan Hae-sung.

Past Lives (2023). Foto oleh dok. IMDb
Past Lives (2023). Foto oleh dok. IMDb
Dalam berbagai riuhnya Seoul dan kegemparan New York City, dua kota megapolitan yang memiliki kehidupan riuh rendahnya sendiri, dipotret oleh Past Lives dengan sentuhan yang jauh lebih sunyi. Seolah-olah, keduanya turut meresapi dan memahami ungkapan hati sepasang kekasih masa kecil, Hae-sung dan Nora.

Lanskap dua kota besar itu tak lagi hadir dalam keramaian dan kegaduhan, melainkan menjadi latar yang menunjukkan kedamaian dan kerindangan hubungan dua insan. Semua itu diperkuat oleh sentuhan magis dari scoring musik yang disusun oleh Christopher Bear dan Daniel Rossen.

Eksplorasi visual dan auditif tersebut menjadi puncak keindahan yang menambah kedalaman kisah. Jelas, pasti akan memberikan pengalaman yang luar biasa kepada penonton, seolah mendengar nadanya sendiri dari kehidupan dan cinta yang tumbuh dalam keheningan.

Pencapaian ini sejalan dengan kemampuan Celine Song yang tak hanya merangkai cerita dengan apik, tetapi juga mampu memimpin para pemain dan kru untuk menyampaikan emosi dan atmosfir yang dibutuhkan. Past Lives tak hanya sebuah film, melainkan sebuah karya seni yang merefleksikan talenta dan kepekaan sang sutradara.

Terlepas dari itu, debut yang memukau ini membuat kita tak sabar menantikan karya-karya mendatang Celine Song. Past Lives bukan hanya sebuah film, melainkan karya yang menempatkan Song sebagai sutradara muda yang bakal mengukir prestasi selanjutnya di dunia perfilman.

Namun, di luar apresiasi terhadap aspek-aspek teknis dan kreatif, Past Lives memberikan pengalaman yang tak terlupakan untuk pencinta genre romansa. Dengan narasi sederhana yang ditawarkannya, film ini mampu mengubahnya menjadi serangkaian emosi yang mengacaukan hati. Menjadikan setiap momen kehidupan dan cinta seakan terangkum dalam setiap adegan dan dialognya. Past Lives memang bukan sekadar film yang disaksikan, melainkan perjalanan emosional yang menyentuh, menggugah, dan meresapi setiap jengkal cerita cinta yang tak terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun