Mohon tunggu...
Rochim
Rochim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance journalist.

Hobi naik gunung.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film: Jatuh Cinta Seperti di Film-film (2023)

10 Desember 2023   21:39 Diperbarui: 12 Desember 2023   22:24 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh dok. Clover Films/IMDb

Tahun ini persembahan sejumlah film yang dapat dianggap sebagai bintang lima, dan di antaranya, "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" menonjol sebagai salah satu karya yang patut bersanding dengan rilisan kelas wahid sepanjang tahun 2023. Seiring dengan judulnya yang memikat, pengalaman menonton film ini tidak hanya sekadar menyaksikan cerita romansa biasa; sebaliknya, ia membawa penonton dalam perjalanan mendalam melalui nuansa perasaan jatuh cinta.

Film ini memukau dengan beragam cara dan 'senjata' yang digunakannya untuk merayu hati penonton. Mulai dari sinematografi yang memikat, dialog-dialog penuh emosi, hingga akting para pemain yang mampu menghidupkan karakter-karakter mereka. Segalanya dirancang dengan teliti untuk menyampaikan pesan cinta secara autentik dan menggugah perasaan penonton.

Kisah romansa yang dihadirkan dalam film ini tidak hanya sekadar klise, melainkan membawa kedalaman dan kompleksitas hubungan antar-karakter. Keunikan plot dan pengembangan karakter yang kuat menjadikan "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" sebagai karya yang mampu membuat penonton terhanyut dalam alur cerita yang penuh dengan liku-liku emosional.

Sejalan dengan banyaknya film berkualitas yang dirilis tahun ini, "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" berhasil menciptakan magnet tersendiri, menjadikannya sebagai salah satu pilihan utama bagi para pencinta film yang menginginkan pengalaman sinematik berkualitas tinggi.

Keunggulan "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" dapat ditelusuri hingga ke dalam fondasi skenario yang disusun dengan teliti dan cermat oleh Yandy Laurens, seorang sutradara dan penulis naskah berbakat.

Sebagai penikmat karya-karya sebelumnya yang dihasilkan oleh Yandy, dia memiliki ciri khas yang melekat pada film-filmnya sejak awal. "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" menciptakan nuansa yang begitu kental dengan identitas sutradara berusia 34 tahun tersebut.

Foto oleh dok. Clover Films/IMDb
Foto oleh dok. Clover Films/IMDb
Film ini membawa penonton melalui berbagai warna cinta yang dipaparkan dari premis yang segar, lalu dieksplorasi dengan imajinasi yang melampaui batas ekspektasi. Konsep yang terasa melawan arus mainstream dalam genre film cinta Indonesia mengingatkan pada karya-karya Yandy lainnya, seperti "Sore: Istri dari Masa Depan," "Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode," atau "Yang Hilang Dalam Cinta."

Dengan demikian, kehebatan film ini tidak hanya terletak pada eksekusi visualnya yang memukau, tetapi juga pada landasan cerita yang kuat dan berdaya kreatif tinggi, sebagaimana telah menjadi ciri khas dari karya-karya Yandy Laurens sepanjang karirnya.

Meskipun Yandy Laurens telah dikenal dengan karya-karya sebelumnya yang memukau, "Jatuh Cinta Seperti di Film-film" membawa energi berbeda yang dominan, suatu aspek yang rasanya belum pernah ada dalam repertoar sebelumnya.

Dalam film ini, Yandy terlihat dengan jelas berupaya untuk menggali lebih dalam dalam membedah cerita dan memberikan sentuhan-sentuhan personal yang khas. Terdapat usaha yang sangat nyata untuk melampaui batas konvensional dan menciptakan sesuatu yang istimewa.

Tampaknya tidak sulit untuk menemukan penyebab dari kesan unik ini. Yandy kini menceritakan kisah tentang cinta seorang penulis film, membuka kesempatan bagi dirinya untuk tidak hanya mengobservasi bahasa cinta yang ada di sekitarnya, tetapi juga untuk melakukan refleksi internal yang lebih mendalam. Dengan mengambil perspektif ini, Yandy berhasil mengeksplorasi dimensi-dimensi emosional yang lebih pribadi dan mendalam dalam karya terbarunya ini.

"Jatuh Cinta Seperti di Film-film" muncul sebagai karya yang sangat personal, mampu meraih hati penonton dengan kedekatan yang terasa begitu mendalam.

Dalam penggarapannya, Yandy Laurens meramu cerita ini dengan sentuhan konsep meta yang unik. Film romcom ini memaparkan kisah seorang penulis skenario yang bercita-cita menulis film romcom. Unsur meta tersebut tidak hanya sebatas konsep, namun juga merembes ke berbagai aspek cerita.

Pertemuan antara karakter Bagus (Ringgo Agus Rahman) dan Hana (Nirina Zubir) menjadi lebih istimewa karena panggilan mereka saling berima dengan nama panggilan sang aktor, menciptakan nuansa meta yang kreatif. Adegan syuting di dalam syuting, serta berbagai referensi lainnya, memberikan lapisan kaya dalam penceritaan.

Meskipun konsepnya terdengar kompleks dan berlapis-lapis, Yandy mampu mengungkapkannya dengan mulus. Ia berhasil menempatkan romansa antara Bagus dan Hana sebagai inti cerita, mengolah dinamika naik turun hubungan keduanya melalui dialog yang tak hanya mengalir lancar, tetapi juga solid dan memberikan kehidupan pada setiap momen.

Yandy Laurens menunjukkan keadilan yang cukup baik dalam mengalokasikan porsi cerita untuk setiap karakter, terutama fokus pada Bagus dan Hana.

Dalam penceritaannya, Yandy memberikan ruang yang luas untuk karakter pendukung menunjukkan kebolehan mereka. Celine (Sheila Dara), Dion (Dion Wiyoko), Yoram (Alex Abbad), dan bahkan kru produksi mendapat kesempatan untuk berkontribusi.

Foto oleh dok. Clover Films/IMDb
Foto oleh dok. Clover Films/IMDb
Ringgo Agus dan Nirina Zubir tampil luar biasa sepanjang film. Kedua aktor ini seperti terlahir untuk peran yang mereka bawakan, mengingat mereka merupakan langganan dalam film-film Yandy sebelumnya.

Nirina Zubir, khususnya, berhasil mencuri perhatian melalui penuturan perasaan Hana dengan kata-kata, gerakan, dan ekspresi wajahnya yang begitu memukau. Kehadirannya mampu membawa penonton terbawa dalam lika-liku emosi yang dialami karakternya.

Jatuh Cinta Seperti di Film-film juga menjadi bukti bahwa Nirina dan Ringgo adalah dua aktor yang mungkin kurang mendapat perhatian yang sebanding dengan bakat mereka. Film ini bukan hanya kisah tentang ungkapan cinta seorang penulis skenario, melainkan juga menjadi surat cinta Yandy Laurens terhadap dunia sinema Indonesia.

Dengan premis yang begitu sinematik, Yandy Laurens berhasil menyelipkan beragam referensi dari dunia perfilman ke dalam cerita Jatuh Cinta Seperti di Film-film. Ia menghadirkan celetuk, gimik, dan easter egg dengan berbagai cara yang memperkaya pengalaman penonton.

Yandy juga secara tajam mengomentari berbagai aspek dalam industri film, dari sikap produser yang terlalu mengedepankan profit hingga dinamika penonton di Indonesia yang kerap menjadi bahan perbincangan.

Cinta Yandy terhadap dunia perfilman semakin terasa dengan keberaniannya mengambil risiko membuat film berformat hitam putih. Keputusan ini bukan sekadar untuk menciptakan estetika atau kesan edgy, tetapi merupakan pilihan yang mendalam. Ia membuktikan bahwa warna hitam putih dapat menghadirkan keindahan visual yang begitu memukau, memberikan nuansa yang pas untuk cerita Hana dan Bagus, seperti yang diungkapkan dengan sangat baik di bagian akhir cerita.

Keharmonisan elemen visual dalam film ini semakin diperkaya oleh dua soundtrack yang mengisi alunan musik, yaitu "Bercinta Lewat Kata" oleh Donne Maula dan single Yura Yunita yang berjudul "Sudut Memori". Musik-musik ini memberikan nuansa emosional yang mendalam dan menyempurnakan pengalaman sinematik penonton.

Foto oleh dok. Clover Films/IMDb
Foto oleh dok. Clover Films/IMDb
Melalui melodi dan liriknya, kedua lagu tema tersebut memainkan peran sentral dalam mengungkapkan emosi yang tak terucapkan oleh Bagus dan Hana. Musik menjadi wadah yang menyampaikan secara mendalam perasaan keduanya.

Setelah menonton film ini, respon terbatas pada perasaan yang mendalam dan keberanian untuk mengakui bahwa hati ini dipenuhi oleh pengalaman sinematik yang begitu kuat. Rasa haru sulit dihindari, karena akhirnya ada sutradara yang mampu menyajikan film romantis komedi yang segar dan mengharukan.

Jatuh Cinta Seperti di Film-film dengan layak mendapatkan predikat sebagai film romcom terbaik dari generasinya. Demikian juga, Yandy Laurens harus semakin diakui sebagai sutradara muda berbakat, bahkan mungkin menjadi ikon genre romansa di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun