Aku menatap kopi ku yang sedari 15 menit lalu belum kusentuh, "Jangan melamun, diminum dong kopi nya, sayang loh." ucap Isabel, sahabatku. Kami sudah seminggu ini mengunjungi cafe yang berbeda, berharap menemui cafe yang terbaik dan nyaman namun kami belum juga mendapat cafe yang pas. "Iya Bel, ini diminum kok." ucapku sembari mengangkat secangkir frappuccino panas milikku.Â
"Oh iya, kata Adam kamu kenapa kok udah jarang balas chat nya? udah 3 hari ini dia curhat terus ke aku loh, nanyain kamu terus." Aku sedikit tersedak saat ia menanyakan tentang Adam. Aku sebenarnya memang sengaja menjauhi nya karena kurang nyaman, apalagi mengenai first date yang tidak sesuai ekspektasi ku. "Ehm.." Aku bingung ingin menjawab apa "Atau, kamu memang belum bisa move on ya dari Abizar?" Hati ku sedikit berat saat mendengar nama dia lagi.Â
"Stop deh, nggak kok." Jawabku dengan senyum kaku, "Ah masa sih" Ejek Isabel iseng. Aku hanya tersenyum mendengar ejekan dari Isabel yang dimana sebenarnya dia tahu betul bahwa aku sebenarnya belum bisa melepaskan yang ada di masa lalu. Kring.. Lonceng bel pintu berbunyi, kepala ku reflek melihat kedatangan orang yang baru saja membuka pintu cafe.Â
Badanku terpaku seketika. Mataku menatap seolah tak percaya dengan apa yang baru saja kulihat barusan. Â "Gab.. Gaby!" saut Isabel yang dari tadi ternyata sedang berbicara padaku namun tak ku perhatikan. "Bel.. Itu dia kan?" tanya ku dengan nada yang masih terpaku.Â
Isabel melihat kearah kasir, dan melihat seorang lelaki dengan kaos polos hitam yang sedang memesan minuman melalui barista. "Ga mungkin.. kok bisa" Ucap Isabel yang ikut terpaku. Aku rindu, hanya itu yang bisa kukatakan didalam hatiku saat ini.Â
Sudah 3 tahun aku terus menanti kabarmu dan baru bisa kudapatkan saat ini, Abizar. Isabel sontak berdiri dan menarik tanganku, hendak membawaku keluar dari cafe ini. Aku tak bisa berbuat apa apa karena jujur saja aku masih tidak menyangka atas kehadirannya saat ini. Abizar tidak melihatku yang sedang ditarik keluar oleh Isabel. "Jangan ketemu dia lagi ya, tolong banget" Mohon Isabel kepadaku.Â
Aku menundukkan kepalaku, hanya Isabel yang tahu bagaimana hancurnya perasaanku saat Abizar meninggalkanku hanya karena pendidikannya di luar negeri dan menutup semua akses komunikasi kami berdua. "Kangen, Bel. Kangen banget" ucapku sedih, senang, semuanya bercampur aduk menjadi satu.Â
"Aku tahu Gab kamu kangen dia, tapi apa dia pernah mikirin perasaan kamu saat dia ninggalin kamu selama 3 tahun itu? Dia pernah nyoba untuk komunikasi sama kamu? Enggak kan." Aku menelan ludah ku yang terasa seperti menelan batu bata.Â
Aku menatap Kembali Abizar yang sedang duduk di kursi caf tersebut dan menatap Isabel Kembali lalu mengangguk. Kami akhirnya Kembali pulang, Isabel mengantarku ke rumah. Saat sudah sampai di rumah, aku langsung memasuki kamarku, aku merebahkan badanku ke kasur empuk yang dilapisi bed cover pink muda. Aku sebenarnya masih tidak percaya dengan kejadian tadi.Â
Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. Tiba-tiba sebuah ide muncul di benakku, aku ingin bermain di taman yang ada di Tengah kota untuk menjernihkan pikiranku, berusaha menghilangkan rasa rindu yang sudah lama terpendam. Aku langsung berdiri dari kasurku dan mengenakan jaket abu-abu ku, dan memilih untuk berjalan kaki menuju taman itu.Â
Ditengah perjalanan, cuaca menjadi gelap dan mendung. "Eh.. kayaknya sedikit lagi akan turun hujan" Suara dari dalam hatiku berkata demikian, aku sedikit khawatir karena aku tidak membawa payung. Rintik air perlahan mulai turun, membasahi kota Yogyakarta. Hujan mulai membasahi badanku.Â
Tiba-tiba aku bernostalgia akan memori yang terjadi beberapa tahun lalu Bersama Abizar. Aku merasa rindu dengan kenangan yang terputar dalam otakku saat ini. Aku merindukan saat kami kehujanan di atas motor, aku merindukan saat kami bermain hujan Bersama saat sepulang sekolah, aku merindukan semua momen bersamanya.Â
Hujan sudah deras, dan aku menjadi basah kuyup dengan air hujan. Aku masih duduk di bangku taman, dengan air hujan yang masih mengucur di seluruh badanku dengan kepalaku yang tertunduk. Beberapa saat kemudian, aku merasa ada seseorang yang duduk disebelah kanan ku. Aku mencium aroma parfum yang sangat ku kenali dari dulu.Â
Aku mengangkat kepalaku, dan menoleh ke arah kananku. Abizar. Ia muncul tepat disampingku. Tatapan manis miliknya masih terlihat sama persis dengan 3 tahun yang lalu. Ia berdiri dan menarik tangan ku agar aku berdiri juga.Â
Ia menggenggam kedua tanganku, dan berkata "Aku minta maaf.. Maaf atas seluruh kesalahanku" ucap Abizar serius. Aku masih menatap tak percaya dengan perkataannya. Rintik hujan disini menjadi saksi betapa bahagianya aku saat ini, rintik hujan selalu membawa memori baik kedalam hidupku, memori yang tidak akan pernah aku lupakan.Â
"Abizar.. tolong jangan pergi lagi.." air mata ku bercucuran bercampur dengan air hujan yang masih membasahi kami. "Maaf aku sudah pergi waktu itu.. Gaby, aku sebenarnya tidak ingin melakukan hal ini. Tetapi aku terpaksa karena tuntutan orang tua ku. Aku disana juga tidak bisa berhenti memikirkanmu." Ucap Abizar menyakinkan ku dengan perkataannya itu.Â
"Gaby.. apakah kamu mau merangkai seluruh momen ini Kembali? Merakit seluruh kenangan di setiap rintik hujan ini lagi?" lanjut Abizar. Aku hanya mengangguk kepadanya. "Iya.. ayo merangkai seluruh momen ini Kembali." Ucapku dengan girang dan senyum lebar yang kini sudah menghiasi muka ku. Kini, kami sudah Kembali Bersama.
 Menjalani setiap musim yang ada dengan tangan saling menggenggam satu sama lain, dengan dukungan yang setiap hari kami berikan, dan dengan afeksi yang kami buat. Hanya ada satu momen bahagia selama masa muda ku saat ini, yaitu Bersama dengan Abizar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI