Mohon tunggu...
Rochella Gracia
Rochella Gracia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa SMA

hobi saya mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan di Setiap Rintik Hujan

19 November 2024   21:30 Diperbarui: 19 November 2024   22:38 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menatap kopi ku yang sedari 15 menit lalu belum kusentuh, "Jangan melamun, diminum dong kopi nya, sayang loh." ucap Isabel, sahabatku. Kami sudah seminggu ini mengunjungi cafe yang berbeda, berharap menemui cafe yang terbaik dan nyaman namun kami belum juga mendapat cafe yang pas. "Iya Bel, ini diminum kok." ucapku sembari mengangkat secangkir frappuccino panas milikku. 

"Oh iya, kata Adam kamu kenapa kok udah jarang balas chat nya? udah 3 hari ini dia curhat terus ke aku loh, nanyain kamu terus." Aku sedikit tersedak saat ia menanyakan tentang Adam. Aku sebenarnya memang sengaja menjauhi nya karena kurang nyaman, apalagi mengenai first date yang tidak sesuai ekspektasi ku. "Ehm.." Aku bingung ingin menjawab apa "Atau, kamu memang belum bisa move on ya dari Abizar?" Hati ku sedikit berat saat mendengar nama dia lagi. 

"Stop deh, nggak kok." Jawabku dengan senyum kaku, "Ah masa sih" Ejek Isabel iseng. Aku hanya tersenyum mendengar ejekan dari Isabel yang dimana sebenarnya dia tahu betul bahwa aku sebenarnya belum bisa melepaskan yang ada di masa lalu. Kring.. Lonceng bel pintu berbunyi, kepala ku reflek melihat kedatangan orang yang baru saja membuka pintu cafe. 

Badanku terpaku seketika. Mataku menatap seolah tak percaya dengan apa yang baru saja kulihat barusan.  "Gab.. Gaby!" saut Isabel yang dari tadi ternyata sedang berbicara padaku namun tak ku perhatikan. "Bel.. Itu dia kan?" tanya ku dengan nada yang masih terpaku. 

Isabel melihat kearah kasir, dan melihat seorang lelaki dengan kaos polos hitam yang sedang memesan minuman melalui barista. "Ga mungkin.. kok bisa" Ucap Isabel yang ikut terpaku. Aku rindu, hanya itu yang bisa kukatakan didalam hatiku saat ini. 

Sudah 3 tahun aku terus menanti kabarmu dan baru bisa kudapatkan saat ini, Abizar. Isabel sontak berdiri dan menarik tanganku, hendak membawaku keluar dari cafe ini. Aku tak bisa berbuat apa apa karena jujur saja aku masih tidak menyangka atas kehadirannya saat ini. Abizar tidak melihatku yang sedang ditarik keluar oleh Isabel. "Jangan ketemu dia lagi ya, tolong banget" Mohon Isabel kepadaku. 

Aku menundukkan kepalaku, hanya Isabel yang tahu bagaimana hancurnya perasaanku saat Abizar meninggalkanku hanya karena pendidikannya di luar negeri dan menutup semua akses komunikasi kami berdua. "Kangen, Bel. Kangen banget" ucapku sedih, senang, semuanya bercampur aduk menjadi satu. 

"Aku tahu Gab kamu kangen dia, tapi apa dia pernah mikirin perasaan kamu saat dia ninggalin kamu selama 3 tahun itu? Dia pernah nyoba untuk komunikasi sama kamu? Enggak kan." Aku menelan ludah ku yang terasa seperti menelan batu bata. 

Aku menatap Kembali Abizar yang sedang duduk di kursi caf tersebut dan menatap Isabel Kembali lalu mengangguk. Kami akhirnya Kembali pulang, Isabel mengantarku ke rumah. Saat sudah sampai di rumah, aku langsung memasuki kamarku, aku merebahkan badanku ke kasur empuk yang dilapisi bed cover pink muda. Aku sebenarnya masih tidak percaya dengan kejadian tadi. 

Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. Tiba-tiba sebuah ide muncul di benakku, aku ingin bermain di taman yang ada di Tengah kota untuk menjernihkan pikiranku, berusaha menghilangkan rasa rindu yang sudah lama terpendam. Aku langsung berdiri dari kasurku dan mengenakan jaket abu-abu ku, dan memilih untuk berjalan kaki menuju taman itu. 

Ditengah perjalanan, cuaca menjadi gelap dan mendung. "Eh.. kayaknya sedikit lagi akan turun hujan" Suara dari dalam hatiku berkata demikian, aku sedikit khawatir karena aku tidak membawa payung. Rintik air perlahan mulai turun, membasahi kota Yogyakarta. Hujan mulai membasahi badanku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun