Mohon tunggu...
Rachel Williams
Rachel Williams Mohon Tunggu... -

Rumors are started by haters, spread by fools, and accepted by idiots

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mau Beli HP? Bingung Pilih Android, BB, WP atau iOS?

14 Mei 2013   04:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:37 72200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Nokia Lumia, BB, Android, dll Produk Gagal?


“Apakah Nokia Lumia, BB, Android, dll adalah produk gagal?” Itu adalah pertanyaan yang paling banyak diajukan bahkan dijadikan judul artikel di blog-blog tertentu.
Entah tulisan-tulisan tersebut memiliki tendensi tertentu, bagian dari “black campaign” atau sekedar menarik traffic ke blognya dengan membuat judul yang kontroversial.

Perlu dipahami bahwa ada banyak indikator yang perlu dipakai dalam menentukan sebuah produk berhasil atau gagal. Keberhasilan atau kegagalan sebuah produk juga tidak mutlak di setiap pasar.

Untuk pasar Indonesia sendiri, sebagian besar konsumen Indonesia bukan merupakan tipe early adpoters. Mereka cenderung mengikuti apa yang menjadi tren sebelum pada akhirnya mengadopsi teknologi atau gaya tertentu setelah banyak orang mengadopsinya terlebih dahulu.

Dalam kasus ponsel, ambil contoh saja ketika awal-awal munculnya BlackBerry belum banyak yang melirik. Ketika pasar lain mulai mengadopsi BB konsumen Indonesia masih asyik dengan sistem operasi Symbian yang kala itu menjadi andalan Nokia. Fitur-fitur seperti layar berwarna, resolusi tinggi, mengatur nada dering sendiri dan sebagainya lebih menjadi perhatian.

Lalu lambat laun bersamaan dengan menurunnya popularitas Nokia (dengan OS Symbian) dan semakin banyaknya pengguna BB di luar negeri (termasuk product placement BB di film-film asing) konsumen Indonesia mulai mengadopsi BB hingga akhirnya menjadi tren.

Sama halnya kondisi ketika Nokia menjadi “ponsel sejuta umat”, BB pun pada akhirnya menjadi “ponsel sejuta umat”. Begitu fanatiknya konsumen Indonesia terhadap BB sampai-sampai bersama dengan India, Indonesia menjadi pangsa pasar utama produk BlackBerry pada saat penjualannya di negara lain merosot.

Tak mengherankan jika pada awal munculnya ponsel-ponsel dengan sistem operasi Android tak banyak konsumen Indonesia melirik atau bahkan pernah mendengar namanya.

Ketika cukup terlambat, baru pada akhirnya perlahan-lahan beralih ke ponsel Android dan mulai muncul fenomena “fanatik terhadap Android”.

Bagaimana dengan iPhone dan iOS nya? Setali tiga uang, alias tak jauh berbeda nasibnya. Tengok saja antrian pembeli ketika iPhone 5 di-launching. Padahal kala itu pasar iPhone di luar Indonesia mulai decline.
Konsumen lain sudah lama “bermain” iPhone ketika konsumen Indonesia masih asyik dengan BB nya.

“Pengguna iPhone merosot? Siapa bilang? Dari data yang saya baca iPhone masih mengalahkan penjualan Android tuh?”

Perlu diingat bahwa pengguna iPhone rata-rata adalah konsumen di negara barat. Ada banyak faktor yang menjadikan penjualan iPhone masih tinggi di pasar negara-negara Barat meski popularitasnya menurun:
Pertama: Mayoritas pengguna ponsel di negara-negara tersebut merupakan pelanggan tetap di operator tertentu. Misalnya berlangganan ke Vodafone, AT&T, Optus dan sebagainya.
Sebagian besar ponsel yang dijual resmi di negara-negara ini bukan ponsel unlocked seperti halnya di Indonesia, melainkan ponsel locked pada operator tertentu baik pra-bayar maupun pasca bayar. Dan tidak semua operator menyediakan semua tipe ponsel terbaru dari berbagai merk dan sistem operasi.

Katakan misalnya Optus (salah satu nama operator) hanya menyediakan iPhone 5 dan Samsung Galaxy S4 untuk model flagship maka jelas pelanggan Optus hanya diperhadapkan pada dua pilihan tersebut ketika kontrak lamanya habis. Kecuali jika pelanggan yang bersangkutan memilih pindah ke operator lain, yang mana jarang sekali terjadi jika tidak ada masalah dengan operator lama.

Kedua, tidak banyak konsumen di negara-negara tersebut yang suka otak-atik ponsel. Sebagian besar dari mereka adalah user murni yang perlu ponsel dengan realibilitas tinggi. Alasan ini masuk akal sebab ponsel-ponsel dengan sistem operasi non open sourceseperti iOS, WP dan BB tentu bisa lebih diandalkan ketimbang open source seperti Android. Kalau sebelumnya mereka sudah menggunakan iPhone, yang berarti kemungkinan besar juga sudah memiliki akunnya dan menyimpan semua kontak atau bahkan data-data lainnya di iCloud, mengapa harus berganti dengan resiko selain harus menyesuaikan dengan OS baru juga harus memasukkan kembali nama-nama kontak dan data-data ke akun dan ponsel baru?

Justru yang mengherankan adalah konsumen Indonesia yang kini mulai fanatik pada Android padahal tidak pernah berkeinginan mengutak-atik sistem operasi ponselnya atau mengembangkan aplikasinya sendiri.

iOS dan Windows Phone ponselnya Babe-babe?


Banyak pengguna Android yang ketika ditanya mengapa pilih Android daripada iPhone atau Nokia Lumia?
“Nokia dan iPhone kan smartphone buat bokap-nyokap” jawabnya dengan lugu.

Benarkah demikian?
Bisa ya bisa tidak, tergantung!

Saya sendiri adalah pengguna BB di tahun 2009, kemudian berganti ke iOS tahun 2010, lalu Android tahun berikutnya (2011) dan kini menggunakan WP.
Kenapa berganti-ganti? Simple, karena saya ingin mencoba semuanya sebelum menentukan mana yang terbaik.

Terbaik tentulah dalam arti terbaik bagi saya sendiri, penilaian baik atau buruk sangatlah relatif bagi setiap orang. Karena itu bagi saya adalah sebuah pertanyaan menggelikan ketika seseorang bertanya ke forum atau ke Yahoo:
“Ponsel apakah yang terbaik?”
Atau
“Lebih bagus mana Android atau iPhone?”
Dan sebagainya.

Mana yang terbaik antara Android, BB, iPhone dan WP tentulah berpulang pada individu masing-masing. Tergantung kebutuhan, tergantung kondisi keuangan juga.

BB, iPhone dan WP berdasar pengalaman saya menawarkan kemudahan bagi pengguna baru, karena user interface-nya mudah dipahami. Mungkin itu sebabnya sering dikatain sebagai ponselnya bokap-nyokap mengingat orang tua biasanya lebih sulit mempelajari hal-hal baru ketimbang yang lebih muda.

Namun lagi-lagi yang perlu diingat bahwa ada konsekuensi-konsekuensi ketika Anda memilih sebuah sistem operasi. WP, BB dan iOS membatasi keleluasaan pengguna dibanding Android. Namun kalau Anda sekedar user murni, tidak pernah otak-tail sistem operasi dan mengembangkan aplikasi lantas kenapa pilih Android?

Penting untuk calon pembeli ponsel Android


Ya, tentu ada kelebihan lain dari Android. Mengingat sifatnya yang open source maka lebih banyak aplikasi yang tersedia dibanding BB, WP ataupun iOS. Namun perlu diingat juga bahwa aplikasi-aplikasi yang dikembangkan di sistem operasi open source juga tidak semuanya bisa dijamin bebas dari malware, virus dan sebaainya sehingga dituntut kehati-hatian ekstra sebelum mengunduh dan menggunakan.

Beda kalau alasannya adalah soal budget, memang karena sistem operasi Android bisa dibilang gratis sehingga menghemat biaya produksi dan bisa digunakan oleh pabrikan mana saja maka muncul banyak pilihan ponsel Android harga terjangkau mulai dari merek-merek ternama seperti Samsung dan LG sampai merek-merek abal-abal yang tidak jelas.

Yang perlu diperhatikan sebelum membeli ponsel Android adalah: jangan menggunakan merek sebagai patokan!

Samsung memang terkenal karena model-model flagship nya seperti Galaxy S, S2, S3 dan kini Samsung Galaxy S4. Performa dan kualitas line model “S” tersebut tak perlu diragukan. Masalahnya Samsung juga berkesan “keblinger” dengan popularitas Galaxy tersebut sehingga lama-lama berkesan asal ketika meluncurkan produk baru. Seolah kalau sebuah produk sudah diembel-embeli label “Samsung Galaxy” pasti akan laku di pasar.

Dan kenyataannya memang konsumen memiliki persepsi yang sama sehingga semua produk yang dilabeli “Samsung Galaxy” lantas dipersepsi unggul. Padahal kenyataannya tidak selalu demikian.

Model flagship Android memang masih didominasi oleh Samsung dan HTC. Namun kalau budget Anda tidak cukup untuk model flagship maka sebaiknya pertimbangkan juga merk lain di luar Samsung. Biasanya dengan harga sama atau lebih murah fiturnya lebih kaya.

Saran saya kalau mau membeli model non flagship (model termahal) Android, coba pertimbangkan HTC, LG dan Sony.

Bagaimana dengan merek China? Tidak semua merk China punya kualitas atau reputasi buruk.
Salah satu yang saya rekomendasikan adalah “Huawei” seri “Ascend”. Meski tidak populer di Indonesia namun Huawei Ascend merupakan salah satu merek yang disegani di pasar Eropa. Saya pernah memiliki Huawei Ascend P1 dan menurut saya kualitasnya lebih baik ketimbang device-device BlackBerry yang pernah saya pakai (saya belum pernah punya BB Z10 tapi sekedar sempat mencoba).

Last but not least


Terakhir yang tak kalah penting untuk dipertimbangkan adalah bahwa sistem operasi non open source seperti iOS, BB dan WP memiliki ekosistem lebih baik ketimbang Android.

Jangan sekedar tergiur karena ponsel Android menawarkan spesifikasi hardware dengan prosesor quad core misalnya. Ekosistem yang baik dalam ponsel BB, WP dan iOS menjadikan ponsel-ponsel tersebut bisa berjalan dengan sangat baik hanya dengan menggunakan single core atau dual core prosesor, dimana untuk performa yang sama ponsel Android memerlukan prosesor quad core.

Akhir kata, jangan pernah fanatik dengan merek/sistem operasi tertentu. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, pertimbangkan dan sesuaikan dengan kebutuhan dan budget Anda jangan sekedar ikut-ikutan orang lain.

Jangan mudah percaya opini atau pendapat orang (termasuk opini saya he..he..). Cari fakta, pelajari fakta dan tentukan pilihan sekalipun harus berbeda dengan orang lain. Jangan sekedar mengikuti arus!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun