Mamat menghapus status yang belum sempat diposting. Tatapannya kosong. "Gue kenapa ya?" gumamnya pelan. Perlahan dia sadar, ini bukan cuma soal grup diskusi atau Tebe. Ada yang salah, ada sesuatu dalam dirinya yang berubah. Amarahnya tak pernah reda, malah semakin membesar.
Dari pesan Dani, Mamat mulai menyadari bahwa ini bukan sekadar dendam di media sosial. Dia mulai tenggelam dalam konflik batin yang tak bisa dia pahami. Terlalu banyak kemarahan, terlalu banyak kebencian, hingga kini dia merasa kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Di malam itu, ketika layar ponselnya padam, Mamat berbaring. Ada ketakutan baru yang menghantui dirinya, lebih besar dari sekadar dikeluarkan dari grup. Dan ironisnya, dia sendiri tak tahu bagaimana keluar dari pusaran kemarahan yang sudah memakan batinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H