Mohon tunggu...
Roby Martin
Roby Martin Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Paruh Waktu

Penulis Buku Sepi-Ritual, Galau Inside dan Ngerasa Paling Hijrah dan Suka Nyebelin | robymartin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Debat Seru Guru Gembul dan Rabithah Alawiyah tentang Keturunan Nabi

9 September 2024   20:58 Diperbarui: 9 September 2024   21:03 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu hari yang penuh dengan obrolan serius di Jakarta, Guru Gembul---seorang tokoh yang kontroversial karena sering menentang pandangan umum---memutuskan untuk datang ke Rabithah Alawiyah, organisasi yang mewadahi keturunan Ba'alawi, yakni mereka yang mengklaim nasab langsung dari Nabi Muhammad SAW. Ini bukan kunjungan biasa, tetapi sebuah momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Pasalnya, Guru Gembul secara terang-terangan menolak klaim nasab ini dan siap berdebat.

Dengan gaya santai namun tajam, Guru Gembul memasuki ruangan diskusi. Rabithah Alawiyah, sebagai tuan rumah, menyambutnya dengan ramah. Bukan sekadar perdebatan panas yang mungkin dibayangkan banyak orang, mereka justru memberikan ruang aman bagi Guru Gembul untuk menyampaikan gagasannya tanpa rasa tertekan. Diskusi ini dimulai dengan Guru Gembul menyatakan keraguannya terhadap nasab Ba'alawi, yang menurutnya tidak bisa diterima begitu saja tanpa verifikasi sejarah yang kuat.

Rabithah Alawiyah dengan tenang menjelaskan bahwa nasab bukan hanya soal klaim pribadi, tetapi sebuah warisan sejarah yang dijaga turun-temurun. Mereka menjelaskan bahwa menjaga nasab ini bukan sekadar kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab moral dan agama. Namun, bagi Guru Gembul, ini terasa terlalu berat. "Kenapa kita harus terlalu sibuk dengan nasab? Bukankah yang terpenting adalah akhlak dan kontribusi kepada umat?"

Diskusi ini tak berakhir dengan kemenangan di satu sisi. Justru, keduanya mengakui bahwa ada nilai yang lebih besar dari sekadar nasab---yaitu bagaimana seseorang menjalani hidupnya dengan akhlak yang baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Dan begitulah, perdebatan ini bukan tentang siapa yang benar, tetapi tentang memahami bahwa setiap pandangan punya ruang untuk dipertimbangkan.

Guru Gembul pun pulang dengan senyum kecil di bibirnya. Rabithah Alawiyah? Mereka tetap dengan keyakinannya, namun kini dengan sedikit lebih banyak ruang untuk memahami orang-orang seperti Guru Gembul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun