Mohon tunggu...
Roby Martin
Roby Martin Mohon Tunggu... Administrasi - Kadang jadi Penulis dan lebih sering jadi Buruh Pabrik

Penulis Buku Sepi-Ritual, Galau Inside dan Ngerasa Paling Hijrah dan Suka Nyebelin | robymartin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencari Tuhan di Banyak Agama

18 Agustus 2024   18:16 Diperbarui: 18 Agustus 2024   18:17 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah malam yang sunyi, di antara aroma dupa dan suara lonceng yang menggema, Bayu duduk bersila di lantai kuil tua itu, menghadap patung Buddha yang tenang dalam keabadiannya. Matanya terpejam, bibirnya bergetar pelan mengikuti mantra yang diucapkan biksu di depannya. Namun, di balik ketenangan wajahnya, ada keresahan yang tak henti-hentinya berputar di dalam batinnya. "Apakah Tuhan benar-benar ada di sini?" pikirnya.

Bayu telah melakukan perjalanan panjang. Ia pernah merasakan ketenangan dalam heningnya gereja, meresapi khusyuknya sujud di masjid, dan kini, ia mencoba menemukan kedamaian di kuil ini. Namun, semakin banyak tempat ia datangi, semakin banyak ajaran ia dengar, semakin ia merasa Tuhan seperti bayangan yang terus menghindar.

"Jika Tuhan ada di banyak tempat," batinnya, "mengapa setiap agama mengklaim bahwa hanya merekalah yang benar?"

Bayu berdiri, meninggalkan kuil dengan langkah berat. Suara mantra yang masih bergema di telinganya seolah menambah beban yang ia bawa. Di setiap tempat yang ia kunjungi, ada sesuatu yang terasa benar, namun sekaligus ada yang terasa kurang. Di gereja, ia merasakan kasih yang mendalam, tetapi ia juga melihat eksklusivitas yang membuatnya gelisah. Di masjid, ia menemukan kesucian, namun juga merasa ada batas yang terlalu tegas antara yang benar dan yang salah.

Saat berjalan menyusuri lorong kuil yang dingin, ia merenung lebih dalam. Tuhan, yang oleh banyak orang disebut dengan nama yang berbeda, yang disembah dengan cara yang beragam, apakah Dia sebenarnya memiliki agama? Atau justru, agama-agama inilah yang mencoba merangkai pemahaman tentang sesuatu yang sebenarnya tidak pernah benar-benar kita ketahui?

Bayu teringat kata-kata seorang guru tua yang pernah ia temui di sebuah biara: "Tuhan adalah misteri terbesar. Kita hanya bisa mendekati-Nya dengan cara yang kita tahu, melalui jalan yang diberikan oleh agama kita. Tapi sejatinya, Tuhan tidak bisa dimiliki oleh satu agama. Dia adalah sesuatu yang melampaui semua itu."

Di tengah perjalanan pulangnya, Bayu mulai memahami sesuatu yang selama ini samar. Mungkin, setiap agama adalah cermin yang berbeda, yang memantulkan secercah dari cahaya Tuhan yang sejati. Tidak ada cermin yang sempurna, tidak ada tafsir yang mutlak. Yang ada hanyalah upaya manusia untuk memahami, untuk mendekatkan diri pada sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.

Tuhan tidak memiliki agama, batin Bayu. Agama-agama hanyalah jalan yang berbeda menuju puncak gunung yang sama. Setiap jalan memiliki tantangannya sendiri, keindahannya sendiri, tetapi puncaknya adalah satu. Di puncak itulah Tuhan berada, tanpa nama, tanpa wujud yang pasti, hanya keberadaan yang abadi.

Bayu melangkah lebih ringan. Ia tidak lagi merasa harus memilih satu jalan, tidak perlu merasa terikat oleh satu ajaran. Ia akan terus mencari, terus belajar, dan terus mendekat kepada Tuhan dengan cara yang ia pahami, sambil tetap menghormati jalan yang ditempuh orang lain.

Malam semakin larut, tetapi dalam hati Bayu, sebuah cahaya baru telah menyala. Tuhan adalah sesuatu yang tidak pernah kita ketahui sepenuhnya, dan mungkin itu adalah keindahan-Nya yang terbesar. Sebuah misteri yang terus memanggil kita untuk mendekat, dengan iman, dengan rasa ingin tahu, dan dengan kerendahan hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun