Mohon tunggu...
Roby Martin
Roby Martin Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis di sini dan saat ini

Penulis Buku Sepi-Ritual, Galau Inside dan Ngerasa Paling Hijrah dan Suka Nyebelin | robymartin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan dan Tukang Kerupuk

26 Juni 2024   18:34 Diperbarui: 26 Juni 2024   18:37 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu sudut pasar yang ramai, ada sebuah warung kopi sederhana yang selalu penuh dengan obrolan seru setiap pagi. Warung itu milik Pak Surip, seorang pria setengah baya yang senyumnya selalu merekah meski hidupnya sederhana. Di sinilah berbagai cerita kehidupan bercampur dengan aroma kopi hitam pekat.

Suatu pagi, Warno, penjual kerupuk keliling, duduk di salah satu bangku kayu warung tersebut. Hatinya gundah, sebab dagangannya makin hari makin sepi pembeli. Di hadapannya, cangkir kopi yang dipesannya tak disentuh, hanya mengepulkan asap tipis.

Pak Surip, yang tengah membersihkan meja, melihat Warno termenung. "Pagi-pagi kok murung, No? Nggak biasanya," tanyanya sembari duduk di depan Warno.

Warno mengangkat wajahnya yang lelah, menghela napas panjang. "Begini, Pak. Dagangan makin sepi. Utang menumpuk. Hidup kok rasanya berat banget. Kadang, saya berpikir, Tuhan itu ngerti nggak sih, susahnya hidup ini?"

Pak Surip tersenyum, menepuk bahu Warno dengan ramah. "Kalau begitu, kenapa nggak coba ngobrol sama Tuhan? Dia pasti dengar kok, walau kita sering merasa nggak ada jawabannya."

Warno menggeleng, tertawa getir. "Ah, Pak. Tuhan itu jauh. Saya cuma penjual kerupuk yang cuma bisa berharap."

"Tuhan nggak sejauh itu, No. Dia sering mampir ke warung ini, lho," kata Pak Surip dengan nada bercanda. "Coba saja panggil Dia. Siapa tahu Dia duduk di sebelah kamu sekarang."

Warno tertawa kecil, setengah tak percaya. "Kalau begitu, saya akan coba."

Warno menutup mata, seakan hendak memanggil Tuhan. "Tuhan, kalau Engkau ada di sini, dengarkan keluhan saya. Hidup ini berat, dagangan sepi, utang makin menumpuk. Kenapa Engkau biarkan ini terjadi?"

Tak ada jawaban langsung, hanya suara hiruk pikuk pasar yang menemani. Namun, tiba-tiba, dari bangku sebelahnya, terdengar suara berat tapi lembut, "Warno, hidup memang tidak selalu mudah. Tapi setiap kesulitan itu ada maksudnya, dan setiap usaha yang kamu lakukan adalah bagian dari perjuanganmu."

Warno membuka matanya, mencari sumber suara. Di sebelahnya, seorang pria tua dengan jenggot putih tersenyum padanya. Warno terkejut, "Siapa Bapak? Apakah Bapak ini Tuhan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun