Mohon tunggu...
Roby Irzal Maulana
Roby Irzal Maulana Mohon Tunggu... Petani - Penulis

Follow My Instagram @ Roby_Irzal_Maulana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Bursa Efek Indonesia

10 April 2023   09:51 Diperbarui: 26 April 2023   10:21 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau dulu dikenal sebagai Bursa Efek Jakarta (BEJ) adalah tempat perdagangan saham dan instrumen keuangan lainnya di Indonesia. Sejarah BEI di Indonesia dimulai pada tahun 1912 dengan dibentuknya Batavia Stock Exchange (BSE), yang pada saat itu merupakan bursa saham pertama di Asia. Namun, BSE kemudian ditutup pada tahun 1942 selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia membentuk Badan Pembinaan Pasar Efek (BPPE) pada tahun 1977 untuk mengatur dan mengawasi pasar modal di Indonesia. Namun, BPPE hanya bertindak sebagai regulator dan tidak memiliki fungsi sebagai tempat perdagangan saham.

Baru pada tanggal 13 Juli 1977, Bursa Efek Jakarta resmi dibuka dengan nama Jakarta Stock Exchange (JSE). Pada awalnya, JSE hanya memiliki 24 perusahaan yang terdaftar dan jumlah investor yang terbatas. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia, jumlah perusahaan yang terdaftar di JSE semakin bertambah.

Pada tahun 1995, JSE bergabung dengan Bursa Efek Surabaya (BES) untuk membentuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah bergabung, BEI terus mengalami perkembangan dan pembenahan dalam infrastruktur dan sistem perdagangan. Pada tahun 2007, BEI meluncurkan sistem perdagangan elektronik yang modern dan efisien, yaitu Indonesia Stock Exchange Automated Trading System (ISATS), yang memungkinkan para investor untuk melakukan perdagangan saham secara online.

Saat ini, BEI telah menjadi pasar modal yang terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 700 perusahaan yang terdaftar dan jumlah investor yang terus bertambah. Selain itu, BEI juga telah melakukan beberapa inovasi dan pengembangan produk baru, seperti obligasi syariah dan produk derivatif, untuk meningkatkan likuiditas dan menarik minat investor.

Meskipun demikian, BEI juga pernah mengalami masa-masa sulit, seperti krisis moneter pada tahun 1997 dan 2008, yang menyebabkan penurunan harga saham dan kelangsungan operasional BEI menjadi terancam. Namun, dengan pengelolaan yang baik dan dukungan dari pemerintah, BEI berhasil bangkit dan terus berkembang hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun