Reformasi
Maaf, Pak Rerofmis… sebenarnya di daratan mana perahu kita akan berlabuh?
Saat berangkat kami bersemangat karena engkau sungguh meyakinkan.
Hati kami tergetar laksana perawan yang dilamar pria pujaannya,
Hati kami terhanyut tatkala engkau menjanjikan hari depan penuh harapan.
Hari-hariku bersamamu laksana musyafir yang tersesat,
Tak tahu ujung mana yang harus dituju.
Maaf, Pak Reformis… rencana apa yang ada di benakmu?
Apa engkau sedang mengajari kami untuk bertelinga tebal,
Mana kala para tetangga menghina dan mencemooh kebodohan kita?
Apa engkau sedang mengajari kami balap lari mundur,
Mana kala semua bangsa berpacu melawan waktu,
Eh kita malah jalan mundur berpuluh langkah banyaknya.
Maaf, Pak Reformis… pelajaran apa yang sedang engkau berikan?
Mana kala kerjamu mengungkit-ungkit perbedaan pandangan,
Apakah engkau sedang mengajari kami untuk bertengkar?
Mana kala engkau koyak seloka “bhinneka Tunggal Ika”
Apakah engkau sedang mengajari kami bergelut lawan saudara?
Maaf, Pak Reformis… inikah misimu?
Membuat pertengkaran menjadi barang halal…
Caci maki antar umat adalah camilan saat nonton tv…
Kekerasan menjadi lauk pauk penguat gigi…
Agama hilang kesuciannya dan menjadi keledai tunggangan…
Pak Reformis, kembalikan Pancasilaku…
Jangan lama-lama kau simpan di balik pakaian dalammu.
Kembalikan Pancasilaku…
Kembalikan Pancasilaku…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H