Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan 31 Maret sebagai 'Hari Visibilitas Transgender'. Hal ini jauh berbanding terbalik dengan Rusia yang memasukkan gerakan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) ke dalam daftar teroris dan ekstremis.
*Â AS Umukan 'Hari Visibilitas Transgender' saat Minggu Paskah
Pengumuman 'Hari Visibilitas Transgender' di Amerika Serikat (AS) ini menuai beragam kritikan, karena pada tahun 2024 31 maret bertepatan dengan Minggu Paskah. Dilansir dari National Review pada Minggu (31/3), Presiden AS Joe Biden menyerukan seluruh warganya untuk menyuarakan suara kaum transgender.
"Saya menyerukan kepada seluruh warga Amerika untuk bergabung dengan kami dalam mengangkat kehidupan dan suara kaum transgender di seluruh negara kita dan berupaya menghilangkan kekerasan dan diskriminasi berdasarkan identitas gender,"Â kata Biden dalam pernyataannya, Jumat (29/3).
Hal ini tentu saja tidak mengagetkan bagi banyak orang, karena sejak awal pemerintahannya Biden menjadikan gerakan LGBT sebagai landasan prioritas kebijakan. Ia bahkan mencabut larangan bagi transgender AS untuk bertugas secara terbuka di militer.
* Rusia Samakan LGBT sebagai Terorisme dan Ekstremis
Keputusan Biden menyikapi gerakan LGBT dalam pemerintahannya itu berbanding terbalik dengan Rusia. Di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, Rusia bahkan memasukkan gerakan LGBT ke dalam terorisme dan ekstremis.
Seperti dilansir dari CNN Indonesia pada Minggu (31/3), Putin meneken undang-undang yang melarang propaganda LGBTQ+ terhadap anak di bawah umur.