Mohon tunggu...
Robin Wijaya
Robin Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Author and Educator

Penulis segala rupa, content writer, pengajar dan konselor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peer Pressure: Mungkinkah Anak-Anak Kita Mengalaminya di Sekolah?

28 Juni 2023   19:23 Diperbarui: 28 Juni 2023   19:27 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unsplash/ Morgan Basham

Sebagai ruang interaksi, sekolah tentu memberikan peluang untuk masuknya berbagai pengaruh, baik itu pengaruh positif maupun negatif. Salah satu pengaruh yang jamak dikenal belakangan adalah tekanan dari teman sebaya atau lebih dikenal dengan istilah peer pressure.

Peer pressure adalah pengaruh yang diberikan oleh suatu kelompok terhadap anggota individunya agar berperilaku sesuai tuntutan kelompok tersebut. Peer pressure ini biasanya akan menghasilkan perasaan di mana seseorang merasa harus melakukan hal yang sama seperti orang lain agar disukai atau dihargai, meski terkadang tindakan atau perilaku tersebut bertentangan dengan karakternya.

Tekanan yang merupakan efek dari peer pressure ini sebetulnya tidak selalu bersifat negatif. Ada kalanya, sesama siswa juga memberikan pengaruh yang positif seperti semangat kompetisi dalam prestasi di sekolah, maupun pencapaian dalam bidang non akademik. Namun, jika pengaruh negatif yang dihasilkan melalui peer pressure ini diterima terus-menerus, bisa saja menjerumuskan siswa untuk melakukan hal-hal yang merugikannya, hanya karena alasan agar tidak dikucilkan, dipandang rendah, atau ditolak.

Dilansir dari American Pyschological Association, dampak panjang dari peer pressure ini memiliki konsekuensi negatif bagi kesehatan mental dan fisik siswa. Oleh karena itu, penting bagi tenaga pendidik untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai peer pressure ini, agar tidak hanya bertindak sebagai pengawas perilaku dan sikap siswa di lingkungan sekolah, tetapi juga memberikan edukasi yang tepat kepada siswa maupun orang tua.

Fenomena peer pressure ini nyatanya telah berjalan sejak lama, bahkan menjadi lebih mudah terbentuk dengan perkembangan teknologi informasi dan media sosial seperti sekarang ini. Informasi yang masif tanpa filtrasi yang kuat sangat mudah mempengaruhi siswa dalam perubahan sikap dan pengambilan keputusan. Hal ini kemudian diteruskan lagi kepada rekan-rekannya di sekolah, sehingga menciptakan standar kelompok yang ingin dicapai oleh siswa lainnya. Tentu, bagi mereka yang tidak bisa mencapai atau mengikuti standar tersebut, akan memberikan dampak psikologis yang negatif.

Bukan sebuah hal baru mendengar paparan berita mengenai siswa yang mengalami kecemasan dan depresi di usia yang masih sangat muda atau kenakalan remaja yang semakin rentan selama beberapa tahun belakangan. Hal-hal tersebut hanyalah beberapa contoh dari dampak yang dihasilkan oleh peer pressure yang tidak ditangani dengan baik. Pada beberapa kasus, dampak negatif lainnya bisa membuat siswa menarik diri dari lingkungan karena memiliki pandangan buruk tentang dirinya sendiri, atau malah salah dalam memilih identitas diri.

Pengetahuan dan pemahaman tenaga pendidik mengenai peer pressure ini menjadi sangat penting karena perubahan arus informasi dan perkembangan mental generasi saat ini membutuhkan bimbingan dan pengawasan yang kuat. Biar bagaimanapun juga, siswa perlu mendapatkan arahan dan edukasi agar mengenal diri sendiri, sehingga mereka mampu membangun benteng perlindungan dari gelombang pengaruh negatif. Dan peran itu, sebagian dari porsinya ada di tangan sekolah sebagai penyelenggaran pendidikan dan para guru sebagai tenaga pendidik.

6 Jenis Peer Pressure dan Mengetahui Ciri-Ciri Siswa yang Mengalaminya

Dikutip dari situs Choosing Therapy, ada enam jenis peer pressure agar tenaga pendidik maupun orang tua dapat memahaminya lebih lanjut.

1. Spoken Peer Pressure

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun