Mohon tunggu...
Robin Ginting
Robin Ginting Mohon Tunggu... Lainnya - cuma orang biasa

Hanya ingin menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Makna Lagu Madu dan Racun dalam Pidato Presiden Jokowi yang "Berbisa"

7 Mei 2018   13:13 Diperbarui: 7 Mei 2018   13:22 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanyakanlah kepada setiap orang apa yang paling menakutkan dari seekor kalajengking. Pasti hampir semuanya akan menjawab yang berbahaya dari hewan berkaki delapan dari ordo scorpio ini adalah "bisa". Agak berbeda memang jika yang ditanyakan adalah hewan ular yang merupakan golongan reptilia, ada yang jawab bisa namun ada juga yang jawab belitan. Tergantung jenis ularnya memang. 

Ular seperti kobra (Ophiophagus Hannah) memang sangat berbisa. Kalau ular tak berbisa seperti phyton (Python curtus) yang berbahaya itu belitannya yang mampu melumpuhkan mangsanya. Mungkin, hampir seperti belitan spesies JMTS (janda muda tetangga sebelah) yang kenikmatannya meremukkan sampai ketulang -- tulang dalam desah napas panjang yang berkejaran sampai tidak ada lagi cairan yang tersisa.

Sepanjang -- pendek tentang bisa, tentunya para pembaca sudah hafal dengan lirik lagu "madu dan racun". Ya, memang bisa itu beracun kalau tidak beracun tentu tidak dikatakan sebagai bias dan kalau tidak bias tentu tidak dikatakan racun. Ngga hanya bias yang beracun, omongan juga beracun, seperti istilah "mulutmu beracun". Misalkan, seorang pria menggoda wanita dengan kata-katanya dengan maksud tertentu. Setelah nafsu tertentu tersebut terlampiaskan dalam gairah dan gelinjang yang membara, si wanita malah dicampakkan begitu saja. Meninggalkan sisa racun dalam tubuh si wanita.

Racun dalam bisa kalajengking membunuh beberapa orang setiap tahunnya. Tetapi, racun dalam kata -- kata mampu memberikan pengaruh buruk kepada ribuan orang setiap harinya. Seperti misalkan, pidato Pak Jokowi sewaktu Musrenbangnas di Grand Sahid Hotel Jakarta (30/04/2018) lalu. 

Di awal, sebagai gimmick, pembuka pidato, beliau cerita tentang kehebatan bias kalanjengking dalam menghasilkan uang, yang kalau kita pahami dari seluruh isi pidato, bahwabeliau menyatakan jika waktu adalah yang termahal.

Lalu, apa yang dilakukan oleh mulut-mulut berbisa itu kita bisa telusuri dari berita -- berita. Ada saja yang mengatakan kok presiden ngomongnya mengenai kalajengking? Atau yang nyinyir, butuh berapa ribu kalajengking yang untuk dapetin 1 liter bisa? Kalau dengan orang yang nyinyir dan mulut berbisa seperti ini, saya bisa pastikan kalau mereka tidak kaya dari jualan bisa. Kaya dari jualan mulut berbisa sih yes. Mereka hanya meraup keuntungan dari bisa beracun kata-kata beracun.

Secara sengaja atau tidak sengaja mereka mengaburkan inti dari pidato tersebut lalu menggiring opini public ke kepentingan mereka, yaitu Presiden tidak kompeten karena hanya membicarakan hal-hal yang tidak penting, jadi tidak pantas lagi menjadi presiden. Lihat, betapa beracunnya ucapan -- ucapan mereka.

 Efeknya bagi mereka-mereka yang malas membaca ialah tidak menerima pesan dari pidato tersebut, yaitu pentingnya waktu yang harganya mengalahkan benda-benda paling berharga dimuka bumi ini. 

Racun-racun yang dikeluarkan dari mulut pendengki-pendengki itu sejatinya adalah upaya untuk manusia Indonesia mengabaikan waktu-waktu berharga mereka, betapa tidak, karena mereka menghabiskan waktu untuk mendengki dan menyinyir tidak ada waktu lagi untuk bekerja dan berbuat baik bagi sesama. 

Bisa racun sesungguhnya yang sedang mereka sengatkan adalah pernyataan -- pernyataan negative mereka -- sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang bertujuan agar masyarakat terpengaruh oleh kata-kata mereka. 

Dan kedua, agar masyarakat terlena sehingga tidak menghargai waktu yang diberikan oleh Tuhan sang Pencipta bagi umatnya. Betapa sengatan bisa yang sangat mematikan.

Sang waktu sejatinya adalah madu sekaligus racun. Madu kalau ia digunakan sebaik-baiknya. Racun kalau ia digunakan untuk hal yang sia-sia. Dan semua orang punya waktu yang sama.

Madu di tangan kananmu,

racun di tangan kirimu

AKu tak tahu

mana yang kau berikan padaku.

Aku tak tahu

mana yang kau berikan padaku

Hanya satu hal yang pasti: di ahkirat kelak manusia akan ditanyai dan diminta pertanggungjawaban "Untuk apa kau gunakan waktumu"?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun