Sebagian besar masyarakat didesa parit baru kecamatan sungai raya kabupaten kubu raya berprofesi sebagai petani, buruh tukang, dan pekerja serabutan. Salah satu yang masalah yang dihadapi oleh para petani yaitu harga pupuk anorganik yang lumayan mahal pada musim tanam tiba. Pemakaian pupuk anorganik ini apabila berkepanjangan dapat membuat tanah menjadi tandus serta kehilangan mikroorganisme serta cacing tanah sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada di tanah.
Penggunaan pupuk anorganik dirasa sangan praktis dari cara penggunaannya pada tanaman. Hal itu dikarenakan jumlah takarannya jauh lebih sedikit dibandingkan pupuk organik. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka panjang akan mengakibatkan tanah menjadi keras karena adanya residu sulfat dan kandungan karbonat didalam pupuk yang kemudian bereaksi dengan kalsium tanah sehingga sulit untuk mengolah tanah (Sutrisno & Priyambada, 2019).
   Pupuk organik merupakan alternatif dari permasalahan tersebut. Perannya sangat penting dalam menjaga kesuburan tanah karena penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman bisa memperbaiki sifat fisik, biologis maupun kimia dari tanah. Pupuk ini memiliki kelebihan tidak adanya kandungan zat kimia yang tidak alami (Sutrisno & Priyambada, 2019). Pupuk kompos juga mudah dibuat, baik untuk skala pertanian maupun sekadar keperluan pekarangan (Nurman, et al., 2019).
Sampah merupakan sisa dari bahan yang sudah mengalami perlakuan yang bagian utamanya telah diambil, mengalami pengolahan sudah tidak bermanfaat, dan tidak ada harga jualnya lagi. Daun kering merupakan salah satu jenis sampah yang dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam. Limbah dari tumbuhan ini dapat ditingkatkan nilai tambahnya dengan menjadikan nya sebagai pupuk kompos (pupuk organik) dan bioligis dengan metode zero waste (Marlina, et al., 2021).
Pupuk dapat digunakan sebagai penyubur tanah diawal penanaman serta dapat diperjual belikan sebagai penyubur tanah di lahan terbuka (Ekawandani, 2019). Pupuk organik berasal dari makhluk hidup seperti sisa tumbuhan, kotoran hewan, limbah pertanian, limbah peternakan maupun sampah dari manusia. Pupuk organik terbagi menjadi 2 yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari hewan ternak sedangkan pupuk kompos merupakan pupuk ganik yang berasal dari tumbuhan (Hadi & Suryadi, 2021).
Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan kompos ini diantaranya adalah ukuran partikel, suhu, pH, dan teknik pengomposan. Ukuran partikel meningkatkan luas permukaan sehingga dapat meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan membuat proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. pH optimum dalam proses pengomposan berkisar antara 6,5-7,5. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. Temperatur menunjukkan aktivitas dalam pengomposan, apabila suhu meningkat maka menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat namun apabila lebih dari 600C sebagian mikroba akan mati karena temperatur yang tinggi dapat membunuh mikroba. (Latifah, et al., 2014)
   Dengan adanya penelitian ini penulis ingin membantu para petani dan warga sekitar agar dapat membuat pupuk kompos sendiri dengan bahan sampah organik berupa daun kering. Sehingga dapat membuat penggunaan pupuk anorganik lebih berkurang  serta dapat memanfaatkan sampah alam yang terdapat disekitar.
setelah survei lokasi maka diketahui bahwa terdapat banyaknya sampah organik berupa daun kering didesa tersebut. Sampah organik daun kering ini dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam sehingga dapat kami manfaatkan dalam pembuatan pupuk kompos
dari permasalah diatas kami memilih untuk menggunakan tema "pengolahan bahan alam dan zero waste" sehingga menghasilkan judul " penerapan zero waste dengan pengolahan sampah organik daun kering menjadi pupuk kompos di desa parit baru kecamatan sungai raya kabupaten kubu raya"
rancangan kegiatan menggunakan metode komposing yaitu teknik menghasilkan kompos yang dapat mempercepat pembusukan bahan organik dengan bantuan mikroba. Kegiatan di mulai dengan mengumpulkan daun kering yang kemudian dicacah menggunakan mesin pencacah. Daun kering yang telah dicacah ini kemudian dibagi menjadi 2 yaitu diberi penambahan EM-4 dan dibiarkan mengompos sendiri.
EM-4 ditambahkan dengan gula yang berfungsi sebagai pemberi energi pada pengembangbiakan jumlah EM-4 yang diaktifakan Selama Pembuatan Kompos Berlangsung. Setelah hari ke 25, Pupuk dengan menggunakan EM-4 menghasilkan warna kecoklatan, tekstur seperti tanah dan hancur sempurna. Sehingga ditehaui bahwa pupuk kompos dengan penambahan EM-4 telah jadi. Namun untuk pupuk yang tidak menggunakan EM-4 masih belum hancur sempurna pada hari ke 40. Sehingga dapat diketahui bahwa penambahan Em-4 dapat mempercepat pembuatan pupuk kompos.