Mohon tunggu...
Robigustas
Robigustas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis riang

Suka pizza. *Setiap nama yang ada di cerpen, bukanlah nama sebenarnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menumpang Hidup

22 Agustus 2023   05:40 Diperbarui: 22 Agustus 2023   05:43 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup Adi jadi lebih dari cukup. Ia sekarang sudah bekerja. Sudah menikah, dengan wanita cantik dan kaya raya. Dahulu, ia susah sekali. Pernah bekerja pengangkut barang.

Hidup Adi kini lebih baik. Berubah drastis. Tidak lagi merasa kekurangan secara materi. Semua hampir cukup.

Tidak seperti dahulu ketika ia masih kuliah, semua serasa serba susah. Ingin apa-apa, mesti banyak pikir.

Ingin membeli baju, berpikir. Ingin membeli celana, berpikir. Sampai-sampai ingin membeli makan untuk sehari-hari saja kadang ia berpikir.

Ada kekhawatiran kalau makan dengan lauk ini dan atau lauk itu, maka uangnya akan cepat habis. Maklum, Adi hidup sendiri di perantauan. Merantau di daerah Jawa Barat, tepatnya di Sukabumi. Kampung orang.

Adi "menikmati" itu selama bertahun-tahun. Sejak awal kuliah.

Jarang ada orang yang seperti dia. Mau dan mampu bertahan di keadaan seperti itu. Di kampung orang.

Itu semua demi cita-cita. Demi mengubah nasib menjadi lebih baik. Apa pun dilakukannya, termasuk pernah bekerja serabutan semasa kuliah.

*

Lulus kuliah, Adi mulai bekerja. Di Jakarta. Kembali ke tempat kelahirannya. Tinggal sementara bersama paman dan tantenya.

Adi bekerja di salah satu perusahaan cukup besar di Indonesia. Di sana, ia sebagai HRD.

Adi bekerja cukup baik. Hampir tidak pernah ada kendala. Semuanya lancar. Bahkan karirnya bagus. Dipuji banyak teman dan atasannya.

Baru satu tahun bekerja, Adi memutuskan menikah. Adi menikahi gadis mantan bosnya, pemilik agen besar di Sukabumi.

Adi telah lama menjalani hubungan dengan pemilik agen besar Sukabumi itu sudah lama, sejak kuliah. Tepatnya akhir semester ia lulus.

Orang tua sang gadis tidak tahu kalau anaknya menjalin hubungannya. Repot kalau tahu sang anak tahu sedang menjalani hubungan saat itu dengan Adi. Bisa-bisa Adi dianggap menumpah hidup dengan sang anak.

Kenyataan itu tidak sepenuhnya benar. Adi tetap mandiri. Bekerja professional tanpa adanya embel-embel apa pun. Ia menunjukkan itu.

Anak sang mantan bosnya pun baik-baik saja. Tidak pernah menyoalkan apa pun terkait Adi, khususnya materi, karena Adi kekurangan soal itu semasa kuliah.

Namun, usai tahu sang anak mantan bosnya mau menikah dan tahu kalau itu Adi, orang tua sang anak langsung setuju.

Adi senang. Bahagia, akhirnya rencana lama dia berhasil: dapat menikahi perempuan cantik dan juga kaya raya.

Segala persiapan pernikahan pun dimulai. Persiapan banyak datang dari wanita. Adi hanya bermodalkan cinta dan kepercayaan dari wanitanya dan orang tuanya selama ini. Ada juga dari Adi tetapi tidak banyak.

Keduanya tidak menganggap itu sebagai masalah.

Adi makin bersyukur. Bisa 'menumpang hidup' dengan orang tua kaya dan wanita cantik, dambaannya sejak lama. Sejak masih duduk di bangku SMA.

Sahabatnya, Andre, tahu itu.

"Bulan Januari gua mau menikah. Lu jangan sampai enggak datang, Dre," kata Adi.

Adi memang terobsesi dengan perempuan kaya. Apa pun ia akan lakukan untuk mendapatkannya. Termasuk gombalan tingkat tingginya yang kerap dikeluarkannya ketika ingin berkenalan dengan seorang wanita.

Muna, wanita yang akan dinikahinya adalah "korban" "terakhirnya". Tapi, Adi kali ini serius dengan Muna, walau cara mendapatkan Muna menggunakan strategi "jadulnya": ngegombal.

Adi berharap pernikahannya dengan Muna nanti bisa langgeng dan berkah. Hal-hal yang dahulu yang pernah ia lakukan tinggalkannya, termasuk "korban" gombalannya di beberapa daftar telepon selularnya.

Andre adalah teman lamanya Adi. Teman yang ke mana-mana ia cerita. Apa pun itu, ia ceritakan ke Andre.

Namun, uai SMA, Adi dan Andre sempat "berpisah". Hilang kontak. Adi entah pergi ke mana.

Ada yang menyebutnya ke luar Jawa, ada yang menyebutnya ke Sumatra. Tapi, Andre kala itu tidak mau tahu. Ia hanya tahu, kalau Adi sedang baik-baik saja. Itu pastinya.

Adi akan selalu baik-baik saja karena ia sebenarnya pria yang memiliki materi cukup. Ia dari keluarga terpandang. Hanya saja, kadang ia tidak menonjolkannya, termasuk kepada Andre.

Andre tahu itu, setelah ia mulai mengontaknya. Sekian tahun. lama sekali. Adi banyak cerita setelah itu.

*

Adi pernah bekerja mengangkat barang dagangan pemilik agen besar dekat dengan tempat tinggal dan kampusnya. Berjalan hampir 2 tahun lamanya menjadi pengangkat barang.

Kerjaan Adi hanya mengangkat barang jika tiba di agen besar itu. Biasanya, barang datang bisa bermobil-mobil dari berbagai produk yang dijual agen besar itu.

Selama hampir 2 tahun itu, bukannya kemauan Adi. Tapi kemauan pemilik agen besar itu, karena Adi dinilai bekerjanya sungguh-sungguh. Pemilik itu simpatik.

Pemilik agen itu kerap "memperpanjang" kerja Adi di tempatnya.

Adi dinilai pemilik agen besar itu tidak malu. Ringan tangan---tidak hanya mengangkat barang saja yang ia lakukan. Ada hal lain, kadang Adi bantu.

Adi juga dinilai pemilik agen besar itu, mudah dimintai tolong. Apa pun yang dimintai tolong pemilik agen besar itu, Adi lakukan. Misal diminta bantu menceklis barang-barang yang sudah ia angkat dan periksa. Sampai-sampai Adi pernah ditawari menjadi pengawas di agen besar itu saking melihat kinerjanya yang baik, juga karena kejujurannya.

 "Kamu bantu-bantu di sini lebih lagi aja, Di," pemilik agen besar itu menawarkan.

Namun Adi tidak mau. Alasannya karena kuliah. Ia mengutamakan itu.

Ia tidak ingin kuliahnya terganggu hanya karena pekerjaan serabutan itu.

Ia tetap memilih serabutan saja. Tidak berlama-lama di agen besar itu.

Jam kerja Adi hanya apabila ada barang datang ke agen besar itu. Seminggu, Adi lebih sering hanya 3 kali saja di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun