Mohon tunggu...
Robigustas
Robigustas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis riang

Suka pizza. *Setiap nama yang ada di cerpen, bukanlah nama sebenarnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pernah Salah

12 Juli 2023   23:16 Diperbarui: 12 Juli 2023   23:37 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Igor tak henti-hentinya memohon ampun kepada tuhan atas perbuatannya. Menangis. Sendirian, di kamar. Seperti anak perempuan.

Ia menyesali sangat perbuatannya. Ia berharap tuhan mengampuninya.

Itu karena Igor menganggap telah melakukan dosa. Dosa yang belum pernah ia lakukan sejak dianggap balig hingga sekolah (baca: SMA).

Igor menonton film dewasa.

Menurutnya itu bahkan dosa besar. Dosa yang boleh jadi tidak diampuni tuhan, karena ia melakukannya dengan sengaja. Saat tidak ada orang lain yang mengetahuinya.

Saat temannya sedang tidur. Saat orang tua temannya sedang tidur. Igor menonton film dewasa itu, tengah malam. Sendirian, di ruang tamu.

Sebenarnya, sebelum menonton, ia ragu ketika. Takut. Tapi, ketakutan dan keraguannya gugur usai ia belagak bijak dengan mengatakan, "Ah, sesekali boleh kali, ya?"

Godaan penasaran lebih kuat daripada keraguannya.

Menonton sendiri dengan ditemani rasa was-was: jangan-jangan ada yang melihatnya. Tapi, malah Igor tak peduli. Hawa ingi menonton begitu kuat.

Rasa penasarannya mengalahkan apa saja, termasuk kekhawatirannya.

Igor tidak memikirkan dampak psikologisnya. Untuk otak tidak bagus. Kira-kira begitu kata penelitiannya, kalau ke depan menjadi sering.

Usai menonton film dewasa, bukannya lega. Ia malah merasa terus dihantui oleh perbuatannya. Ia merasa salah.

Berhari-hari ia memikirkan itu. Sampai-sampai ia sulit tidur. Ia terus memohon ampun kepada tuhannya. Kadang tengah malam, di saat banyak manusia sedang tertidur.

Ia merasa mata ini jahil. Keinginannya jahil. Lakunya jahil.

Kini, Igor merasakan sesak yang mendalam. Menyesal sejadi-jadinya. Menangis sejadi-jadinya.

Ia adukan itu ke tuhan secara berulang-ulang ketika sedang ibadah (malam). Pun dengan berlama-lama di tempat ibadah. Berdiri. Menyesali perbuatannya.

Ada hal lain yang menurut juga dosa, yakni ketika ia memegang tangan perempuan yang belum sah menjadi isterinya. Itu terjadi ketika berpacaran. Saat bergandengan tangan.

Lagi-lagi karena ia belagak bijak: "Ah, sesekali boleh kali, ya?"

Akhirnya ia menyesal.

Di zaman sekarang, sebut saja demikian, apa yang dipersoalkan Igor sebenarnya "tabu". Seperti pegangan tangan dan menonton film dewasa, hampir akrab di mata kita ketika berada di lingkungan tertentu. Bahkan sudah banyak dewasa ini.

Bukan hanya orang yang sudah dianggap dewasa, anak-anak dan remaja kadang ada yang berlaku seperti itu. Igor tahu itu. Ia mengaku khilaf.

Padahal, ketika mulai ikrar berpacaran ia "mengharamkan" itu ( berpegangan tangan). Entah apa konsep dia sampai memiliki pikiran seperti itu.

Ia ingin berpacaran tetapi tidak melanggar apa yang diyakini.

Agak lucu. Tapi begitulah Igor. Anak yang unik. Mungkin tidak ada yang seperti dia di dunia ini. Atau mungkin sebaliknya: ada.

Ia mengaku, kali pertama memegang tangan pacarnya---merasakan ada yang tidak biasa. Seluruh tubuhnya merasa gemetar. Dia sempat membisu saat ditanya sang pacar. Tapi Igor merasakan kenyaman. Lain sisi, ia juga merasa bersalah.

Igor pun memohon ampun kepada tuhan atas lakunya. Ia tobat. Berharap tuhan mengampuninya.

Dua dosa itu dilakukannya lepas tidak lama lulus dari sekolah (SMA). Sebelum-sebelum itu, ia mengaku belum pernah melakukannya. Tidak satu kali pun.

Bahkan pernah, ketika ada seorang teman yang mengajaknya untuk menonton film dewasa, ia selalu menolak. Dan wanita yang ingin memegang tangan pun pernah dia tolak.

Pun di awal, ketika ia mulai berpacaran, sering mengingatkan bahwa tidak ada yang namanya berpegangan tangan. Tapi semua itu sirna. Igor gagal ujian.

Igor melanggar keinginan kuatnya itu. Igor kurang kuat. Ia menyesal.

Namun, Igor tidak terus merasa demikian: terpuruk. Menyesali sangat apa yang pernah dilakukannya itu.

Terpenting, yang ia yakini adalah terus memperbaiki diri sambil sekuat tenaga tidak mengulanginya. Ia berjanji akan itu.

Janji itu jalan. Baru kembali memegang tangan wanita setelah menikah. Ia ceritakan ke isterinya, isterinya tertawa sekaligus kagum.

Igor beruntung mendapatkan isteri seperti itu, yang tidak terlalu menyoalkan. Isteri Igor sangat salihah. Tidak pernah sama sekali berpegangan tangan dengan laki-laki lain.

Igor pernah salah. Tapi ia tidak akan menyalahkan keadaan---siapa pun atau apa pun. Murni pengalaman itu adalah kesalahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun