Mohon tunggu...
Robigustas
Robigustas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis riang

Suka pizza. *Setiap nama yang ada di cerpen, bukanlah nama sebenarnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cukur Rambut

11 Juli 2023   19:07 Diperbarui: 13 Juli 2023   20:26 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai salat subuh, Zaid sarapan. Zaid sarapan nasi uduk. Beli di dekat masjid sekitar rumahnya.

Zaid beli nasi uduk empat bungkus: untuk dirinya, anak-anaknya (makan berdua), isterinya, dan adiknya. Hampir setiap hari ia begitu. Sejak belum menikah.

Isterinya bangun. Kemudian langsung menoleh ke arah Zaid yang sedang lahap makan nasi uduk di sebelah kamar.

"Enak bener. Buat kopi, enggak?" tanya isterinya.

Zaid mengangguk. Pesan kopinya jangan manis-manis.

Ia lebih suka kopi yang rada pahit. Kalau manis-manis, bukan lagi minum kopi, katanya. Minum gula.

Selesai makan, Zaid ke atas. Lantai 2 rumahnya. Ke ruangan kerjanya. Menghidupkan komputer. Menghidupkan AC. Zaid hampir setiap hari di ruangan kerjanya.

Ia kebanyakan beraktivitas di rumah. Sesekali kelua kalaur ada rapat dan pertemuan dengan klien. Sisanya di rumah. Pekerjaannya diselesaikan di rumah.

Isteri Zaid mengantarkak kopi ke atas. Lengkap dengan cemilan berupa kacang goreng mete. Kesukannya.

"Rambut kamu udah panjang, tuh. Enggak mau cukur?" tanya isterinya.

Ia sisir-sisir dengan jari. Ia berkaca. Dilihatnya memang sudah panjang. Rambut sebelah pinggir sudah melewati telinga. Di kedua sisinya.

Bagian depan, sudah melewati keningnya. Hampir menyentuh hidungnya yang mancung. Nanti ia ke tempat cukup rambut.

Ia mulai rapihkan laporan-laporan dari tim di kantor. Ia amati per angka. Sebab ia khawatir ada kesalahan. Dan umumnya begitu. Tidak sedikit yang salah ketika membuat laporan keuangan.

Anak-anaknya sudah mulai bangun. Dimulai anak pertama yang bangun. Disuruh minum susu. Tak lama, adiknya bangun. Anak kedua Zaid.

Isterinya lagi-lagi menyuruh anak kedua itu minum susu. Keduanya setiap pagi memang minum susu.

Anak-anak Zaid masih kecil. Keduanya masuk ketegori balita. Antara anak pertama dengan kedua hanya berjarak satu setengah tahun. Keduanya sangat tampan.

Isteri Zaid sudah selesai mandi, buat sarapan---kemudian menyuruh kedua anaknya mandi. Langsung heboh. Selalu begitu jika keduanya ingin mandi.

Mainan yang keduanya tahu hidup di air, dibawanya ke kamar mandi. Katanya, "Ini kan mahluk hidup yang hidup di air," kata anak pertama Zaid sembari menunjuk mainan ikan-ikanan.

Pun dengan kedua, sama. Ikut-ikutan menunjuk ikan-ikanan dan mengopi ucapan kakaknya. Selain mandi, di kamar mandi keduanya main.

Selesai mandi dan sudah berpakaian, keduanya lalu makan. Begitu hampir setiap hari.

Usai itu, main dan nonton TV. Untuk nonton TV, Zaid membatasinya. Lebih baik main dengan mainan yang ada daripada nonton TV---karena sedikit bergerak, kata Zaid. Isterinya setuju.

Merapihkan laporan dari tim sudah selesai. Zaid turun ke bawah. Bersiap-siap ke tempat cukung cukur langganannya.

Tukang cukur itu dekat rumah. Zaid jalan kaki. Ganti celana panjang dahulu sebelum keluar rumah.

"Aku ke tukang cukur, ya?" ia pamit ke isterinya.

Isterinya memanggil Zaid. Menitip dibelikan susu untuk keduan anaknya.

Sampai di tukang cukur, Zaid tidak langsung "dieksekusi". Zaid mengantre. Ada satu pelanggan yang sedang dicukur rambutnya. Laki-laki.

Zaid melihat model yang diminta cukur laki-laki itu rada aneh. Model kekinian, sepertinya. Tebal di atas, di pinggir botak-botak. Zaid tak komentar.

Tiba giliran Zaid. Tukang cukur itu langsung menyarunkan kain hitam ke badan Zaid. Kain hitam itu untuk meminimalisir potong rambut masuk ke dalam badan---baju.

"Cukur model apa nih, bang? Tanya tukang cukur itu setiap kali Zaid ingin mencukur.

Tukang cukur itu selalu bertanya begitu. Katanya, biar professional saja menyambut pelanggan. Zaid tersenyum.

Potonga rambut Zaid biasa saja, pendek. Belah pinggir. Tidak macam-macam seperti orang sebelumnya. Tukang cukur itu sudah sangat tahu sebenarnya.

Di tengah mencukur, pencukur itu membuka obrolan terkait viralnya tukang cukur yang menerapkan tarif ratusan ribu hingga jutaan. Zaid mendengarkan. Ternyata tukang cukur ini tidak ketinggalan info di social media. Zaid salut.

Menurut dia, tukang cukur dengan biaya sebesar itu sebenarnya hanya ingin mencari perbedaan saja dalam bersaing. Susbtansinya sama saja, kata dia. Model yang diterapkannya pun sama.

Ia juga bisa menerapkan banyak model seperti tukang cukur yang banyak viral itu. Tapi dia tidak memilih itu.

Namun, kata dia, untuk semua peralatan cukur dengan biaya yang mahal-mahal, itu benar adanya. Dia tidak membantahnya. Hanya saja, kata dia, semua itu juga tergantung pemakaian.

Artinya, kata dia, bahwa sebagus apa pun peralatan cukur seperti gunting yang berharga jutaan akan juga tumpul seiring banyaknya pelanggan.

"Emang lu ada gunting yang jutaan?" tanya Zaid.

Tukang cukur itu menjawab: ada. Dia punya. Bahkan lebih dari satu.

Hal lain yang menurutnya sama saja seperti tukang cukur lainnya dengan yang viral adalah pelayanan tambahan, seperti cuci rambut, memberikan vitamin rambut, dan lain-lain, yang di tempatnya tidak ada.

Ia, yang bernama Asep, hanyalah tukang cukur biasa saja. Asli Garut.

Menjadi tukang cukur sudah belasan tahun.

Asep pernah tergabung dalam paguyuban tukang cukur yang dipimpin pencukur rambut Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono.

"Itu saja, kami tidak eksklusif seperti mereka yang viral itu, bang," kata dia, coba bersaing sehat.

Rambut Zaid selesai dicukur. Pendek dan rapih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun