Mohon tunggu...
Robigustas
Robigustas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis riang

Suka pizza. *Setiap nama yang ada di cerpen, bukanlah nama sebenarnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Enggak Ada Basa-basi

7 Juli 2023   11:07 Diperbarui: 7 Juli 2023   11:09 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu ini adalah hari terakhir Soni bekerja. Ia memutuskan resign karena perusahaan raksasa itu dianggap tidak lagi komitmen memenuhi hak-haknya. Teman-temannya lebih dahulu resign atas perihal yang sama. Soni bersabar karena keadaan tertentu.

Kendati tiga hari lagi ia sudah tidak lagi bekerja di perusahaan itu, Soni tetap berlaku professional. Menjalankan jobdesk sebagaimana biasanya. Tanpa ada kurang atau dikurang-kurangi.

"Kamu udah yakin mau cabut?" tanya seorang pimpinan bagian lain kepada Soni.

"Yakin, kecuali komitmen hak saya dipertimbangkan olehnya (atasan)," jawab Soni.

Keputusan bulat Soni ini sudah dipikirkan matang-matang. Soni yakin, ke depan tidak akan ada penyesalan.

Atasan Soni sebetulnya menahan supaya tidak resign dari perusahaan. Atasannya bilang, "Kalau soal lain, mungkin gua bisa bantu. Tapi kalau soal yang lu ajukan, gua enggak bisa," kata Rio, nama atasan Soni.

Soni dekat dengan Rio secara emosional. Tak jarang keduanya kerap keluar bersama untuk makan siang. Tidak ada batasan antara atasannya.

Kedekatannya itu sudah hampir lima tahun lamanya. Persisnya, sejak Soni diterima kerja di perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi itu. Rio yang menerimanya bekerja di perusahaan itu.

Alasan Rio saat itu menerima Soni adalah karena ia orang yang cukup memiliki pengalaman di bidang marketing. Dibanding yang lain, Soni malah disebut memilki pemahaman di atas rata-rata, baik itu teori maupun praktik.

Soni kadang tersanjung atas pujian itu.

*

Hari terakhir, Rio, atasannya, tidak ada di ruangannya. Ia sedang keluar kota. Ke Bengkulu. Mengisi seminar di salah satu kampus di sana, soal branding. Soni ingin pamit.

Kepada yang lain, rekan-rekan maupun teman-temannya di gedung perusahaan yang bertempat di daerah Sudirman itu, beberapa ditemuinya. Pamit. Tidak sedikit mereka yang kaget, karena baru tahu hari ini adalah hari terakhir Soni bekerja.

Ada teman baiknya, beda departemen---tes hingga masuk kerja bareng, kaget sekali. Tidak tahu kalau hari ini adalah hari Soni terakhir bekerja. Soni memang sengaja tidak banyak menceritakannya ke teman-temannya, termasuk ke teman baiknya, Arif.

Adapun yang lain tahu, hanya sebatas dengar kabar bahwa ia akan resign. Tidak tahu pastinya kapan Soni akan resign.

Tidak ada perpisahan yang special di sini. Selain karena merasa kita akan tetap berteman dan akan bertemu kembali, juga karena tidak adanya waktu untuk itu. Soni dapat tawaran pekerjaan dari perusahaan lain. Harus siang itu juga menemui seseorang.

Seseorang yang pernah bekerja di perusahaan sama dengan Soni. Ia menawarkan pekerjaan dengan posisi yang dianggapnya tepat untuk Soni.

Dia adalah Husin.

Husin satu perusahaan dahulu dengan Soni. Hanya saja, beda department. Tapi, ia mengetahui track record Soni, sehingga ketika ia bekerja di tempat lain---mengajak Soni.

Siang itu, Soni bertemu dengannya. Di suatu tempat. Di tempat makan. Sederhana. Hanya berdua. Husin menceritakan tawaran pekerjaan kepada Soni. Tidak lama ia menceritakan soal tawaran dan soal perusahaan itu, Soni menerimanya.

Ia akan coba. Lusa, Soni langsung diminta datang oleh temannya itu ke perusahaan itu.

Perusahaan itu tidak masuk skala raksasa. Berbeda dari perusahaan sebelumnya. Tapi, menurut informasi dari Husin, apa yang menjadi tujuan Soni dalam dunia kerja, akan diakomodir, seiring capain positif untuk perusahaan.

Keesokan harinya, Soni mendatangi kantor perusahaan itu daerah Thamrin, Jakarta. Waktu itu hari Jumat. Pukul 8 pagi, Soni sudah tiba dekat kantor itu.

"Gua udah sampai ini dekat kantor lu," ia memberi tahu Husin.

Husin menyamperinya. Memberikan semangat kepada Soni. Ia akan menghadapi tes langsung (baca: interview) dengan user. Soni tidak lagi ikut tes-tes tertulis dan semacamnya.

Usai bertemu Husin, hampir pukul 9, Soni masuk ke dalam kantor tersebut. Soni akan diinterview pukul 9.15.

"Silakan ditunggu sebentar ya, Pak," kata resepsionis.

Soni menunggu. Sambil menunggu, ia tiba-tiba ada rasa ragu pada perusahaan ini. Bukan soal track record-nya tetapi soal lain. Soni mengirim pesan ke Husin: "Sin, perusahaan lu enggak ada yang macam-macam, kan?" tanya Soni.

Husin belum menjawab.

Soni diminta masuk ke dalam ruangan. Bertemu user. Saat ingin masuk, ternyata di sana ada tiga orang. Tidak hanya user-nya, melainkan juga ada Husin, dan HRD.

Soni kaget. Tidak tahu sebelumnya kalau ternyata ada Husin juga. Husin tidak memberi tahunya.

Mulailah user bertanya-tanya. Langsung ke inti persoalan yang dihadapi perusahaan. Sebelumnya Soni diminta memperkenalkan dirinya.

"Apa strategi Anda jika diterima di sini untuk menaikkan angka penjualan/jasa?" tanya user itu.

Soni menjawabnya. Soni menjawab detil. Sampai-sampai, user itu banyak menganggukan kepalanya. Pun dengan Husin. Mereka menganggap strategi Soni ini sangat bagus dan belum pernah dicoba di perusahaan ini.

Tidak lama masa interview itu. Soni diapresiasi.

"Silakan ditunggu, ya? Sebentar kami kabari bagaimana selanjutnya," kata user itu, yang bernama Kelvin.

Usai menunggu sekira 10 menit, Soni dipanggil kembali ke ruangan. Soni diterima, oleh user dan HRD, termasuk Husin, kemungkinan menjadi orang kepercayaan HRD.

"Sekarang Anda akan bertemu pemilik kantor dari perusahaan ini. Anda sudah siap?" tanya Kelvin.

Soni sudah sangat siap. Pekerjaan apa pun, halal, dan sesuai dengan kapabilitasnya, maka ia selalu siap sebelum orang lain mempertanyakan kesiapannya.

Soni diminta langsung ke ruangan lainnya. Di sana pemilik perusahaan sudah menunggunya. Ia masuk.

Soni disambut senyuman tipis.

Pemilik itu kira-kira berusia 60 tahunan. Rambutnya sudah banyak memutih. Berkacamata. Berkulit putih. Mengenakan satu batu akik di tangan kananya.

Soni dipersilakan duduk. Soni duduk. Diminta memperkenalkan diri dan pengalamannya dalam bekerja. Termasuk apabila nanti diterima bekerja.

Seperti yang Soni sampai di dapan user dan HRD, begitulah ia menjawab. Detil. Tidak lama.

Pemilik itu sempat diam sejenak. Kemudian menanyakan beberapa hal yang telah dilakukan di perusahaan di mana Soni pernah bekerja. Soni menjawabnya. Menjawab dengan baik.

Pemilik itu kembali melempar senyum tipis. Interview disudahi olehnya.

Soni dipersilakan meninggalkan ruangan. Belum sempurn Soni beranjak dari kursi yang berhadapan dengan meja sang pemilik, tiba-tiba pemilik itu celetuk, menyinggung penampilan, fisik Soni. Seolah-olah pemilik itu akan berkata, "Bahwa penampilan seperti Soni tidak diterima di perusahaan ini."

Benar saja. Usai Soni keluar dan bertemu Husin, didapatinya kabar bahwa ia tidak diterima di perusahaan tempat Husin bekerja.

Soni tidak kaget. Ia sebelumnya memberitahukannya kepada Husin. Husin ternyata juga tidak kaget.

Husin sebenarnya sudah punya rasa bahwa Soni tidak akan diterima dengan keadaan (penampilan) seperti itu di perusahaan tempatnya bekerja.

Memang ada orang model seperti pemilik itu di Indonesia. Bahkan boleh jadi tidak sedikit.

Padahal, penampilan Soni yang dirasa bermasalah oleh pemilik itu tidak ada hubungannya dengan aturan yang ada di perusahaannya. Soni biasa-biasa saja. Tapi, karena terlanjur menerima informasi yang tidak baik---tidak lengkap, setiap orang yang dilihat mereka berpenampilan demikian dianggapnya "masalah" dalam dunia kerja.

Soni merasa jengkel. Tapi, ia tidak bisa berbuat banyak.

Usai salat Jumat bersama Husin, Soni pamit pulang.

***

Husin naik jabatan. Selain jabatan, ia naik gaji 3 kali lipat. Ditambah lagi diberi insentif puluhan juta rupiah oleh perusahaannya. Husin mengegolkan proyek perusahaannya.

Husin mendobrak masa promosi di perusahaan itu, yang mestinya dianggap lama, kini hanya sebentar saja.

Husin makin dihargai di perusahaannya. Disegani. Dianggap orang yang sangat berjasa selama perusahaan itu berdiri. Tapi, yang  namanya Husin, tetap rendah hati. Tidak membusungkan dada karena itu.

Husin kemudian merayakan keberhasilannya itu kecil-kecilan dengan teman-temannya yang dahulu satu perusahaan, termasuk Soni.  Ada empat orang, sudah termasuk Soni.

Husin merayakannya di tempat makan yang sangat sederhana di daerah Jakarta Pusat.

Tiba pertama di tempat yang dijanjikan adalah Makbul. Kedua, Husin.

Disusul Hendri dan Soni. Terakhir tiba adalah Salman.

Di sana semuanya berkumpul. Bertemu. Mengobrol banyak hal. Mengingat-ingat kembali momen ketika kelimanya bersama-sama, walau Soni beda departemen.

Mereka juga menyinggung terkait aktivitas atau pekerjaannya saat ini. Semuanya sudah bekerja, termasuk Soni. Soni baru bekerja satu bulan usai satu bulan mencoba peruntungannya di kantor perusahaan Husin.

Cukup lama mereka bertemu.

Mereka akhirnya perlahan membubarkan diri, dengan Husin yang pertama kali meminta izin pulang terlebih dahulu. Disusul Hendri dan Salman. Sisa Soni dan Makbul.

Keduanya masih bertahan. Kira-kira setengah jam, baru keduanya pulang.

Namun, sebelum itu, Makbul menceritakan soal Husin. Menceritakan kemajuan Husin di tempat bekerja. Husin, kata Makbul, sudah banyak berubah dari segi penampilan.

Husin kini membawa mobil yang lebih bagus dari sebelumnya.

Ia juga bercerita, bahwa Husin kini telah memiliki gaji puluhan juta rupiah dengan tunjangan yang jauh dari dirinya. Husin juga naik jabatan.

Makbul bercerita, itu semua karena ia mengegolkan proyek atau tantangan yang diberi perusahaannya dalam satu bulan terakhir ini. Husin mencapainya lebih. Kontrak sana sini oleh banyak instansi atau lembaga karena projeknya itu.

Makbul menganggap Husin pintar, karena tahu ide atau strategi dalam menaikkan angka-angka. Dari dahulu Husin begitu.

"Emang dia pake strategi kayak gimana?" tanya Soni.

Makbul menjelaskan. Soni mendengarkannya dengan seksama. Tidak satu kata pun cerita Makbul terlewat. Soni senyum. Dalam hati Soni beristigfar.

Itu strateginya. Ia beberkan ketika interview di perusahaan Husin bekerja. Ia beberkan ke user, HRD, dan ke pemilik perusahaan.

Soni terdiam. Mengajak Makbul untuk kembali pulang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun