Rintik hujan kian terus menghujam rumah, seolah pertanda langit sedang berduka.
Menghela napas dan bertanya perlahan. Berusaha mencair suasana yang sedang gunda gulana.
Canggung sekali rasanya malam ini, dalam hati aku bertanya "apakah kau baik-baik saja disana?"
Beberapa tahun silam, di tempat yang berbeda ku terima balasan surat darimu. Tak ada kesedihan di sana.
Ku baca kata demi kata, kalimat demi kalimat balasan surat darimu dengan penuh bahagia hingga ku larut dalam harap dan do'a.
Angin yang tampak gelisah seolah memberi tanda bahwa ada berita yang layak untuk segera dibaca.
Langit yang kini kian semakin gelap telah menggumpal menyerupai badai. Risau? Sedikit.
Terdiam. Kembali menghela napas dengan kepala tertunduk.
Terpaan angin semakin kencang, seolah berbisik bahwa kau merindukan ku.
Aku tidak menduga, setelah cukup lama berhasil pergi tanpa ada kabarmu.
"Apakah sepotong hati itu masih untuk ku?". Tanyaku sambil menatap kosong ke arah langit.
Sekarang, biarlah aku menelan harap ini bulat-bulat sambil sempurna meluruskan niat, sembari berdo'a semoga kita segera berjumpa di waktu yang tepat hingga sampai kepada kata akad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H