Mohon tunggu...
robi kurniawan
robi kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

https://robikurnia1.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah Cara Dokter Gigi di Jepang agar Anak Tak Takut Dicabut Giginya

18 Juni 2016   06:26 Diperbarui: 18 Juni 2016   19:56 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: yelp.com

Kemarin saya mengantar anak ke dokter gigi di dekat rumah. Beberapa hari sebelumnya dia mengeluh giginya sakit. Dokter menyarankan agar giginya dicabut. Yang menarik adalah cara pak dokter mengkomunikasikannya ke bocah.

Biasanya anak akan diterangkan dengan:

“Kayak dicubit doing kok”, atau “seperti digigit semut rasanya”

Padahal kan sakit yak.

Sambil duduk di samping si bocah. Saya mencoba memperhatikan Pak Dokter meyakinkan si bocah. Dia berdialog dengan si bocah sambil menunjukkan monitor:

“Coba lihat gigimu ini. Gigi barunya sudah tumbuh dan mendesak gigi yang lama, jadi kerasa sakit. Menurut Pak Dokter, giginya lebih baik dicabut”

Si bocah nampak ragu-ragu.

“Memang agak sakit sedikit pas nyuntik biusnya. Tapi, kalau nggak dicabut sakitnya masih lanjut. Bagaimana?.”

Si bocah akhirnya nurut.

“Ganbatte ne” imbuh Pak Dokter menyemangati.

Kemudian si bocah membuka mulutnya dan disuntik anastesi.

“subarashi!” kata pak dokter dan perawatnya sambil tepuk tangan.

Akhirnya gigi si bocah berhasil di cabut dengan lancar.

Tampaknya pendekatan ini lebih efektif daripada mengkambinghitamkan semut. Kasian kan semutnya. Anak akan cenderung mempersiapkan diri kalau akan sedikit sakit sewaktu disuntik.

Anak-anak juga suka datang ke klinik ini karena setelah selesai akan mendapatkan hadiah dari susternya. Hadiahnya milih sendiri. Penghapus aneka bentuk dimasukkan dalam bola. Jadi ada unsur surprise sewaktu si anak membuka bola.

Keywords: dialog, jujur, menyemangati, hadiah, gratis :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun