Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Prince Gubee 14 (Secercah Harapan Dalam Penyesalan)

30 Agustus 2024   20:14 Diperbarui: 30 Agustus 2024   21:00 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

nce Gubee 14 (Secercah Harapan Dalam Penyesalan)

"Apa maksudmu Pak tua?" Gubee belum mengerti dengan apa yang dikatakan Laba-laba tua.

"Kaulah yang membunuh Ratumu sendiri." Laba-laba tua menghela napas panjang.

"Sepertinya banyak yang tidak kau ketahui tentang alam ini Gubee. Ketidaktahuanmu itulah yang membuat Ratumu mati hari ini." Laba-laba tua memandangi alam di sekitarnya yang mulai berangsur gelap.

"Aku pikir, kau telah belajar banyak di kolonimu sebelum kau pergi mencari nektar bunga Edelweis. Aku tidak menyangka kau pergi mengarungi hutan gunung Alpen yang luas ini dengan pengetahuan yang kosong.

"Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan Pak tua." Gubee semakin terlihat bingung.

"Harusnya kau tidak ikut mengawini Ratumu Gubee. Setelah kau meminum nektar bunga keabadian, tubuhmu tidak lagi seperti lebah jantan dari golongan pangeran. Nektar bunga Edelweis yang kau minum tidak hanya membuatmu berumur panjang, tapi juga merubah cairan pembuahan dalam tubuhmu menjadi racun. Secara tidak langsung, kau telah sama dengan lebah pekerja dan lebah penjaga yang memiliki racun dalam tubuhnya. Itulah alasan mengapa lebah pekerja dan lebah penjaga tidak bisa mengawini Ratu lebah, dan hanya lebah jantan dari golongan pangeran yang bisa membuahinya.     

Tubuh Gubee berubah lesuh mendengar pernyataan itu. Matanya yang besar tampak cemas, penuh dengan rasa bersalah yang tampak jelas. Antenanya sedikit menunduk menggambarkan penyesalan yang mendalam. Kakinya gemetar, tak sanggup menahan beban yang terasa berat di kepalanya. Hingga akhirnya ia terduduk di tepi lubang itu.

"Akulah yang membunuh Ratuku sendiri?" bisiknya dalam renungannya yang penuh dengan rasa bersalah.

"Mengapa kau meminum nektar itu Gubee!?" tanya Laba-laba tua seakan kembali menyudutkannya.  

"Aku berpikir, koloniku tidak adil. Aku mengira para lebah pekerja tidak peduli dengan kehidupan para pangeran lebah. Mereka tidak pernah memberi kami nektar bunga Edelweis, sehingga umur kami berbeda dengan lebah lainnya. Aku berpikir..," Gubee tak sanggup meneruskan kata-katanya. Bibirnya mengatup kuat menahan tangisan yang ingin meluap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun