Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Prince Gubee 11 (Cahaya Bawah Tanah)

27 Agustus 2024   17:46 Diperbarui: 27 Agustus 2024   18:10 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                "Kau berhasil mendapatkannya Gubee?" Raut iba Semut merah penjaga berubah drastis. Aroma nektar bunga Edelweis yang membubung ke udara, seakan menyinggahkan corak baru ke wajah Semut merah penjaga.  

                Gubee tersenyum kepada sahabatnya itu.

                "Ayo berikan pada Ratumu sebelum semuanya terlambat," ucap Gubee, membantu Semut merah penjaga yang tampak kesulitan mengangkat tabung di pangkuannya.

                Semut merah penjaga kemudian berjalan memasuki ruangan, mendekati Ratu semut merah.

"Minggir! Minggir! Beri aku jalan!!

                Ratusan Semut merah pekerja mulai memisah barisannya mendengar suara Semut merah penjaga yang melengking di ruangan itu. Mereka memberi jalan untuk Semut merah penjaga yang sedikit terseok-seok membawa beban di pangkuannya.

                "Ratu kita akan selamat!!" pekiknya lagi.

                 Dibantu oleh dua ekor semut pekerja, ia meminumkan nektar bunga Edelweis itu kepada Ratunya yang tertungkup lemah. Nektar itu sedikit demi sedikit mulai mengalir ke rongga mulut Ratu semut merah.

Prince Gubee
Prince Gubee

                Perlahan, Ratu semut merah mulai membuka matanya. Cahaya tubuhnya yang awalnya redup, berubah terang seperti mentari pagi yang baru saja menyembul dari balik puncak gunung Alpen. Tubuhnya yang di tutupi oleh lapisan yang merah mencolok, mulai bergerak dengan anggun namun penuh kekuatan. Matanya yang besar dan hitam mengamati sekeliling dengan tajam, sementara antenanya bergerak lincah, menangkap setiap getaran di udara.

                Ratu semut merah yang merupakan pusat kehidupan koloni di tempat itu, melangkah dengan keyakinan menuju singgasana yang ada di sampingnya. Singgasana yang tebuat dari gabungan tanah, serpihan daun, dan bahan organik lain itu, tampak berdiri kokoh menyambut kedatangan Ratu semut merah. Dan penjaga setia ratu, mulai mengelilingi singgasana itu.

                "Wahai anak-anak dan pengikut setiaku. Kehidupan koloni kita akan kembali berlanjut dalam beberapa dekade. Kerajaan yang kita bangun bertahun-tahun ini akan kembali berjalan seperti biasanya. Dan ini, berkat jasa seekor lebah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun