Gubee mengurungkan niatnya. Sayapnya kembali diam. Ia teringat saat ia jatuh pingsan karena kesulitan untuk bernapas.
"ya, kau benar." Keluhnya.
"lalu, bagaimana caramu bisa sampai ke puncak gunung ini dan mendapatkan nektar bunga itu kunang-kunang tua?" Tanyanya kemudian.
"aku terbang di antara bunga-bunga ini. Anggrek ini tumbuh memanjang hingga ke puncak gunung Alpen, membentuk jalan ke tempat dimana bunga Edelweis berada. Mereka mengeluarkan oksigen yang sangat berlimpah di saat mereka tertidur. Kita bisa bernapas dengan oksigen yang mereka keluarkan itu untuk sampai ke puncak gunung Alpen.
"Tapi, baru saja bunga-bunga ini telah bangun dari tidurnya. Mereka tidak mengeluarkan oksigen lagi sampai mereka tertidur kembali." Jelas Kunang-kunang tua.
      "kapan bunga Anggrek ini akan tertidur kembali?
      "di pertengahan malam nanti. Saat bulan tepat di atas puncak gunung Alpen. Mereka hanya teridur dua kali menjelang pagi, di saat matahari terbenam, dan di ketika pertengahan malam. Â
      Gubee memandangi bulan yang bercahaya remang-remang di langit malam hutan gunung Alpen. Bulan yang tampak belum bulat sempurna itu, masih berada belum jauh dari kaki langit. Gubee sadar, tak ada yang bisa dilakukannya selain menunggu waktu itu tiba.Â
      "oh, iya. Apakah kau sudah menemukan anak-anakmu kunang-kunang tua?" Setelah cukup lama diam, Gubee membuka percakapan, sembari menunggu tengah malam.
      "sudah, dan itu berkatmu lebah muda." Ucap kunang-kunang tua tersenyum.
      "panggil aku Gubee. Aku senang bisa membantumu kunang-kunang. Tapi, seinggatku, aku hanya mengantarmu sampai ke rumah itu, dan belum sampai menemukan anak-anakmu. Saat aku terjebak jaring laba-laba, aku tak ingat lagi apa yang terjadi di tempat itu.