"antar aku mencari anak-anakku. Berkat cahaya tubuhmu yang terang itu, pasti takkan sulit untuk kita menemukannya.
"baiklah." Ucap Gubee tak perlu berpikir lama untuk menyanggupi keinginan si kunang-kunang tua.
Mereka berduapun keluar dari lubang itu, menyeruak kedalam kegelapan malam hutan gunung Alpen. Cahaya tubuh Gubee, menerangi setiap inci jalan yang mereka lewati. Hingga sampailah mereka di sebuah rumah tua.
Rumah itu terlihat seperti bangunan kayu yang sudah puluhan tahun tidak dihuni. Dinding kayunya sudah mulai menghitam karena usia, dengan beberapa retakan kecil yang menunjukkan tanda-tanda keausan alami. Atapnya terbuat dari sirap kayu yang sudah menua, berlumut, dan tertutup dedaunan kering. Jaring laba-laba, mengisi setiap lubang dan celah rumah itu.
"biasanya mereka bermain di sini sepanjang hari." Ucap kunang-kunang tua, perlahan-lahan terus menggiring Gubee mendekati rumah itu.
"apa mungkin mereka terjebak di dalam rumah itu?" Pikir Gubee.
"mungkin! Aku juga mengiranya begitu. Ayo kita masuk kedalam." Ajak kunang-kunang tua.
"dimana jalan masuknya? Setiap celah tempat ini penuh dengan jaring." Ujar Gubee.
"ikuti saja aku." Kata kunang-kunang tua itu kembali mengajak Gubee.
Sampailah mereka di sebuah lubang kecil di dinding rumah itu. Lubang itu tampak bersih dari jaring laba-laba. Namun lubang itu sangat kecil, hanya seukuran tubuh gubee, dan mereka tak bisa masuk bersamaan.
"bisakah kau masuk terlebih dahulu?" Pinta kunang-kunang tua pada Gubee.