Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Prince Gubee (Mencari Jalan Keabadian)

12 Agustus 2024   23:15 Diperbarui: 13 Agustus 2024   00:02 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prince Gubee/dokpri

“ayo kita cari bunga itu teman!!” Ujar Gubee pada lebah itu, semakin bersemangat.

“pergilah duluan, dan kabari aku setelah kau menemukannya!” Jawab lebah itu.

“hahaha..!” lebah lainnya tertawa mendengar penyataanya.    

“dasar lebah pemalas!” Gerutu gubee akhirnya.

 Walau tak ada satupun lebah yang mau mengikuti keinginannya, Gubee tidak mengakhiri hasrat yang terbesit dihatinya itu. Keinginan untuk hidup lebih lama dibenaknya, membuatnya semakin ingin tahu tentang Bunga Edelweis. Ia mencoba bertanya kepada beberapa lebah pekerja, namun benar saja, tak ada satupun lebah pekerja yang mau memberitahunya.

 Akhirnya Gubee memutuskan untuk mencari sendiri tentang keberadaan Bunga Edelweis itu. Diam-diam, ia tinggalkan sarang yang melekat kuat di pucuk Pohon Willow itu. Madu-madu mewah yang ditawarkan di dalam huniannya itu seperti tak menarik lagi dibandingkan cerita bunga keabadian yang didengarnya. Hari itu, ia mulai berpetualang dengan sayap mudanya yang baru berumur tujuh hari.

Di alam bebas, dikaki Gunung  Alpen, ia disambut oleh hamparan bunga-bunga yang sedang mengembang. Bunga itu bagaikan hamparan permadani warna-warni yang terbentang luas, dipenuhi dengan berbagai jenis bunga yang mekar indah. Mawar merah, tulip kuning, anyelir merah muda, dan bunga-bunga lainnya tertata rapi, menciptakan pemandangan yang mempesona. Wangi bunga yang semerbak menyelimuti udara, mengiringi getaran sayap kecil Gubee yang terbang riang diatasnya.

“inikah yang dinamakan bunga? Tidak hanya nektarnya yang manis dan berbau harum, ternyata rupanya juga sangat indah.” Gumam Gubee,  merendah mendekati kuntum bunga berwarna putih. Tangkai bunga itu yang ramping, berayun saat dihinggapi Gubee.

“bunga ini sangat indah dari bunga-bunga lainnya. Apakah ini bunga edelweis itu?” Gubee menjulurkan belalainya menghisap nektar bunga putih yang berbentuk lonceng itu.

“hemmm…sangat manis.” Gumamnya, kembali menghisap lebih banyak nektar, dan berpindah dari satu kuntum bunga ke kuntum bunga lainnya. Hingga akhirnya perut lebah kecil itu mulai terasa penuh oleh nektar bunga itu.

Namun tiba-tiba tenaganya seakan hilang begitu saja. Sayapnya tak mampu lagi untuk bergerak. Matanya mulai berkunang-kunang, nafasnya terasa berat, dan detak jantungnya mulai melambat. Perlahan, kesadarannya mulai hilang, dan akhirnya Gubee jatuh ketanah, tepat diatas ribuan koloni semut merah.

“makan siang datang!!” Ujar komandan koloni semut merah. (Bersambung…….)      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun