“mungkin alam, ratu lebah, atau leluhur kita, tapi entahlah! Sudahlah, nikmati saja hidup yang singkat ini. walaupun tak lama, setidaknya kita beruntung dari lebah lainnya. Karena kita terlahir sebagai pangeran lebah yang akan mengawini ratu lebah.” Ucap lebah jantan itu tersenyum.
“ya! Nikmati saja! Siapkan stamina menjelang musim kawin tiba!” Seru lebah-lebah lainnya.
Gubee sepertinya tak senang dengan kenyataan itu. Ia merasakan ketidakadilan dalam jatah umur yang di dapatkannya. “untuk apa jadi pangeran kalau hanya berumur pendek? Harusnya pangeran berumur panjang seperti ratu.” Bisiknya dalam hati.
“heii..! apa kau tau seperti apa bentuk bunga edelweis itu!?” Tanya Gubee kembali kepada pada lebah yang tadi bercerita. Lebah itu terlihat tengah asyik menciumi satu persatu sarang madu yang ada di hadapannya, seperti sedang mencari sesuatu diantara madu-madu itu.
“itu pertanyaan bodoh! Kau kan tau, semenjak kita lahir kita sama-sama tak pernah keluar dari tempat ini. jadi, bagaimana mungkin aku bisa tau bentuk bunga itu? Mungkin kau bisa bertanya pada lebah pekerja, karena dari merekalah aku tau tentang cerita bunga itu. Tapi ku yakin, mereka tidak akan memberitahukanmu. Aku saja mendengar cerita itu secara diam-diam, hahaha… sudahlah, lupakan saja!” Ucap lebah itu, kemudian meneguk salah satu sarang madu dihadapannya.
“kemana kita akan menuntut ketidakadilan ini? Kepada lebah pekerja yang hanya sibuk dengan pekerjaan mereka? Kepada lebah penjaga yang sepanjang hidupnya berdiri seperti patung? Atau kepada ratu lebah yang hanya sibuk mempercantik dirinya menjelang musim kawin tiba?" Tanya lebah itu.
“kita tidak akan menuntut pada siapapun. Tetapi kita bisa mencari nektar bunga edelweis itu sendirikan? Mungkin umur kita singkat karena kita tak mau berusaha dan hanya berdiam diri disini menunggu madu dari lebah pekerja! Mana mungkin kita bisa hidup lebih lama jika kita hanya hidup dari pemberian dan belas kasihan!” Dengan suara lantang, Gubee menyatakan pendapatnya pada para lebah.
“jangan bodoh! Kita ini pangeran. Kita tidak hidup dari belas kasihan. Kita ini dilayani disini layaknya seorang pangeran.” Bantah salah seekor lebah lainnya, tidak setuju dengan pemikiran Gubee.
“pelayanan apa yang kau bicarakan? Kita tidak pernah diberi madu keabadian, sedangkan lebah lainnya mendapatkan madu dari nektar bunga itu! Gelar pangeran ini pembodohan! Kasta kitalah yang paling rendah di koloni ini, sehingga kita tidak diberi hak meminum madu keabadian!” Tegas Gubee lagi.
“ya! Kau benar. Kasta kita yang paling rendah disini!” Tukas salah satu lebah dari perkumpulan lebah jantan di Aula itu, sepertinya lebah itu mulai memahami maksud Gubee.