Mohon tunggu...
Roby Mohamad
Roby Mohamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya tidur, bermimpi, bangun, melamun, dan satu lagi: jarang mandi! :P

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Tuhan, Cinta Sesama

2 Februari 2017   13:27 Diperbarui: 2 Februari 2017   13:43 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal termudah agar kita senantiasa mengingat-Nya adalah membiasakan untuk menghubungkan segala kenikmatan dengan Tuhan Sang Pemberi nikmat. Ingatlah, segalanya yang kita miliki merupakan nikmat dari Tuhan, yang sepatutnya mengingatkan kita kepada-Nya. Untuk meningkatkan daya ingat ini, Rasulullah Saw. mengajarkan kita untuk meluapkan harapan (doa) pada setiap aktivitas: Ada doa tidur-bangun dari tidur, doa makan-setelah makan, doa masuk toilet-keluar toilet, dan seterusnya. Bila kita mengingat-Nya setiap kali nikmat “mendatangi” kita, terlebih kita amalkan doa-doa ini dengan menghayati kandungannya, pastilah ingatan kita kepada Allah Swt akan menyuburkan benih-benih cinta Ilahi di dalam sanubari.

Inilah cara termudah yang Rasulullah tunjukkan kepada kita: “Cintailah Allah karena segenap nikmat-Nya yang Ia karuniakan kepadamu…”[7].Semakin banyak mengingat-Nya, semakin tenteram jiwa kita, semakin besar cinta kita kepada-Nya, hingga tergolong sebagai Ulul Albab, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah disaat berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring… (QS. Ali Imran: 190-191), hingga menjadi Mukmin sejati: mereka yang ketika disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dilantunkan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka berserah diri (QS. Al-Anfal: 2).

C. Epilog: Cinta Tuhan Melahirkan Cinta Sesama

Selain meningkatkan kualitas-kuantitas ketaatan religi, cinta kepada Tuhan juga meniscayakan cinta sosial terhadap sesama. Sejak periode Makkah, Al-Quran telah mengkategorikan orang yang sering menghardik anak yatim dan enggan menganjurkan memberi makan kepada orang miskin sebagai orang yang mendustakan agama (QS. Al-Ma`un: 1-3). Dan memasuki episode Madinah, dalam banyak kesempatan, Al-Quran tak jarang menyerukan umat beriman untuk menunaikan zakat, yang merupakan simbol cinta sesama, setalah perintah salat, yang merupakan menifestasi cinta kepada Tuhan[8].

Cinta sesama juga selalu ditekankan oleh Rasulullah Saw, yang memang diutus untuk misi menebar cinta kasih kepada semesta alam raya (QS. Al-Anbiya`: 107). Banyak teladan dan hadits Nabi Kasih ini tentang cinta sesama. Diantaranya, yang paling berkesan bagi penulis:

1. “Siapa yang tak mengasihi manusia, takkan pernah Allah kasihi.”[9]

2. “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, hingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.[10]

3. “Orang-orang yang penuh kasih sayang pasti disayang Allah yang Maha Rahman: (Maka dari itu,) kasihilah semua makhluk di muka bumi ini, niscaya semua makhluk di langit mengasihi kalian.”[11]

Sifat cinta sesama akan selalu terpancar dari setiap hamba yang mencintai Rabb-nya. Karena memang sumber segala jenis cinta lahir dari rahim yang sama: cinta Tuhan kepada makhluk-Nya, baik disadari atau tidak. Bahkan, kepada mereka yang dzalim pun, para kekasih Tuhan akan membalasnya tidak dengan kelaliman, tapi dengan belas cinta kasih.

Salah satu dari para kekasih Tuhan yang terekam jejaknya dalam beberapa literatur tafsir Al-Quran adalah seorang tua-renta bernama Habib An-Najjâr, yang hendak mencegah kaumnya agar tidak membunuh para utusan Nabi Mulia Isa Al-Masih[12]. Meski terjangkit penyakit kusta, ia dengan tulus berjalan dari ujung kota demi menasihati kaumnya yang lalim.

Namun, apa balasannya? Mereka malah merajam-melempari orang lemah ini dengan batu demi batu. Di tengah serbuan yang mematikan itu, ia justru terus-menerus memanjatkan doa kepada Tuhan: “Duhai Tuhan, berilah petunjuk pada kaumku, sebab sungguh mereka belum tahu.”Tak ada satupun orang yang berani menahan amukan massa ini, hingga akhirnya ia pun tewas mengenaskan[13].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun