Mohon tunggu...
Roby Mohamad
Roby Mohamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya tidur, bermimpi, bangun, melamun, dan satu lagi: jarang mandi! :P

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pos#4: Memaknai Basmalah dengan Tiga Dimensi

18 Februari 2016   10:24 Diperbarui: 25 Februari 2016   06:24 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa dimensi ini hampir sama, ya, dengan makna hawqalah? Yap, karena itulah, Rasulallah Saw menjamin bahwa siapa saja yang membaca “Bismillahirrahmanirrahim wa laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzim”, niscaya Allah akan menyingkirkan darinya tujuh puluh pintu dari segala jenis bala`, rasa galau, sedih, dan stress. Dengan pendekatan dimensi Tauhid ini, kita akan sedikit menyibak hikmah; kenapa Rasulullah menggabungkan dua kalimat sakti Basmalah dan Hawqalah dalam hadits ini.

Jadi, dengan menghadirkan dimensi Tauhid ini dalam Basmalah, kita senantaisa merasakan wujud dan kehadiran-Nya dalam setiap lini kehidupan kita, dan mestinya meningkatkan keimanan kita kepada-Nya. Makanya, selain hadits kesaktian Basmalah-Hawqalah barusan, tidak heran Syekh Nawawi Banten ngasih amalan untuk kita: ketika Basmalah dibaca dua puluh satu (21) kali sebelum tidur, maka malam itu kita akan aman dari syaitan, rumah kita pun aman dari para pencuri, aman dari mati “dadakan” dan dari segala marabahaya lainnya. Khasiat ini tidak lain sebab siapa yang senantiasa mengingat Allah dan menghadirkan-Nya, niscaya ia dalam perlindungan Allah, bawaan hatinya pasti selalu tenang dan wajahnya meneduhkan.

Basmalah Dimensi Fiqh

Beda dimensi, beda rasa. Bagaimana Basmalah dengan dimensi fiqh? Masih ingat sasaran ilmu fiqh itu apa? Yep, betutl; segala aktivitas keseharian (‘amaly), termasuk membaca Basmalah. Karenanya, ulama membagi hukum membaca Basmalah menjadi lima:
1. Wajib, seperti membaca surat Al-Fatihah dalam Salat.
2. Sunnah untuk aktivitas-aktivitas yang bernilai positif menurut Syariat, seperti makan, minum, keluar dari rumah ke kampus, dan sebagainya. Berselancar di dunia maya pun ada baiknya membaca Basmalah, agar lebih berkah dan hati lebih kokoh menghindari hal-hal negatif, terutama yang berbau parno dan fitnah.
3. Haram untuk aktivitas yang diharamkan sebab dzatnya, seperti minum bir, menghisap narkoba, mencuri, menikmati kecantikan perempuan, dan lain-lain. Membaca Basmalah saat melakukan perkara-perkara haram semacam ini sama sekali tidak meringankan kadar dosa, tapi justru menambahnya.
4. Makruh ketika melalukan perbuatan yang makruh karena dzatnya, seperti mencabut uban. Sebelum mencabutnya, kita baca Basmalah dulu; malah kita telah melakukan duo makruh sekaligus.
5. Mubah untuk perbuatan yang mubah, seperti mindahin barang, dan lain-lainnya.
Namun, Syekh Muhammad Ba’athiyyah menyatakan hukum membaca Basmalah tidak ada yang mubah, sebab apa yang dasar hukumnya sunnah, takkan pernah tertimpa hukum mubah. Jadi, menurut pendapat ini, setiap aktivitas mubah bila dimulai dengan Basmalah akan menghasilkan pahala keberkahan. Nampaknya, pendapat ini merupakan revisi atas pembagian lima hukum Basamalah, yang beliau sendiri paparkan di Syarah Ad-Durratul Yatimah. Wallahu a’lam

Tafsir Simbolik Basmalah: Kisah Nabi Isa dan Sang Guru

Nah, setelah berjelajah tiga dimensi ini, mari kita akhiri dengan sebuah kisah yang terekam dalam beberapa kitab Tafsir seperti Ibn Katsir dan At-Thabari.

Dikisahkan, bahwa Siti Maryam pernah memasrahkan putranya, Nabi Isa ‘alaihis salam, kepada seorang guru buat belajar. Di awal pelajaran, sang guru memerintahkan Nabi Isa agar membaca Basmalah terlebih dahulu. Namun, apa respon sang Nabi yang sudah ‘alim sejak lahir ini? Beliau malah balik bertanya,

“Anda tahu apa itu Bismillahirrahmanirrahim?”

“Aku tak tahu,” jawab sang guru jujur dengan rendah hati.

Dengan kecerdasan dan kebijakannya, Sang Nabi justru mengajarkan sang guru tafsir Isyari di balik pemilahan kata per kata dalam Basmalah ini.

Ba’ disini, ujar Nabi ‘Isa, adalah Baha`ullah (Keindahan Allah), Sin-nya Sanaa`uhu (Keluhuran-Nya), Mim-nya merupakan Mulkuhu (Kerajaan-Nya), dan Allah adalah nama Tuhan Sang Raja Diraja, sedangkan Ar-Rahman berarti yang maha pengasih di dunia, sementara Ar-Rahim yang maha penyayang di Akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun