Mohon tunggu...
Robertus W. Yudha
Robertus W. Yudha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pembelajar | Penikmat Sepakbola | Buruh Pekerja

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Awaydays Ngawi: Dalam PSS Sleman, Kami Tetap Percaya

11 Mei 2014   20:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:37 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak kompetisi Divisi Utama PSSI resmi digulirkan musim ini, Kabupaten Ngawi adalah tempat dimana kali ketiga para pendukung PSS Sleman menghentak kota lawan. Sedari pagi, nuansa Sleman Fans sudah tampak jelas di sepanjang Jl. Ahmad Yani, tempat dimana Stadion Ketonggo Ngawi berada. Bertarung melawan sengatan matahari Ngawi sepanjang hari, tentulah tak cukup mampu membuat semangat ini kering. Karena kami masih percaya dengan impian dan harapan kami. Ya, sebuah mimpi sederhana untuk kembali menghentikan denyut kesibukan Kabupaten Sleman dengan sebuah kemacetan panjang akan selebrasi juara dari sebuah tim antah berantah bernama PSS Sleman...

[caption id="attachment_306697" align="alignnone" width="640" caption="Demi Sang Kebanggaan"][/caption]

Dan untuk ketiga kalinya pula, kurva selatan stadion lawan selalu berhasil dikuasai oleh warna hijau dan hitam khas Brigata Curva Sud. Belum lagi di sisi tribun yang lain, selalu ada pula warna hijau khas Slemania yang tampak kontras dengan pendukung tuan rumah. Hari Sabtu, 10 Mei 2014 di Kabupaten Ngawi, kerinduan untuk kemenangan itu pun sudah terlalu dalam. Rentetan kekalahan saat lawan Perseman Manokwari di Madiun dan hasil imbang melawan rival sekota PSIM Yogyakarta di Sleman, sudah meninggalkan rasa sakit bagi mereka yang selalu mendukung dengan hati. Dan di Ngawi, harapan agar perih itu segera disudahi terus saja mengalir bagai air. Namun, siapa kami. Sepakbola adalah tentang apa yang terjadi di lapangan, bukan di atas tribun. Sungguh, sebuah antiklimaks. PSS Sleman kembali takluk ditangan tuan rumah dengan skor tipis 0-1. Mimpi itu tampak mulai menjauh secara perlahan. Tapi tak apa, dalam PSS kami tetap percaya...

[caption id="attachment_306698" align="alignnone" width="640" caption="Berjuanglah Kau, PSS Sleman!"]

13997891411794478850
13997891411794478850
[/caption]

Mengenai jalannya pertandingan, rasanya sudah terlalu banyak yang mengupas secara lebih mendalam. Namun dari pertandingan yang di Ngawi kemarin entah mengapa, ada sesuatu yang hilang. Pertandingan memang berjalan normal. Dalam tempo sembilan puluh menit, kedua tim saling mencoba untuk menjaringkan bola ke gawang lawan. Tapi dari kacamata pribadi, permainan yang diperagakan oleh PSS Sleman tampak sedemikian hampa. Bukan, saya tidak sedang mempertanyakan komitmen dan dedikasi para pemain yang bertarung di tengah lapangan. Tentu saya percaya sepenuhnya, bahwa dengan sekuat hati dan tenaga mereka telah bermain semaksimal mungkin. Penuh dengan jibaku dan peluh, mereka telah bertarung habis-habisan untuk lambang yang tersemat di dada kiri mereka. Namun tetap, ada satu hal yang tampak tidak bisa disembunyikan, yaitu rasa nyaman saat berlaga di tengah lapangan. Sepintas, mereka seperti tidak menemukan kesenangan dan kebahagiaan saat bermain sepakbola. Tampak jelas rasa canggung dan kekakuan mereka dalam menjalankan pola dan strategi permainan yang tentu saja akan berimplikasi langsung pada kualitas permainan yang tersaji. Dan bagi sebuah kesebelasan yang menginginkan kemenangan, itu tentu saja bukanlah sebuah kondisi yang ideal...

[caption id="attachment_306693" align="alignnone" width="400" caption="Kami Percaya Padamu, PSS Sleman!"]

1399788100790516435
1399788100790516435
[/caption]

Menjadi sebuah ironi itu sudah pasti karena sepakbola yang indah selalu diawali dari sebuah kesenangan dan kebahagiaan dari para pemain. Tanpa dua elemen itu, para pemain di lapangan tak ubahnya para robot yang dipaksa bermain tanpa hati. Dan saya pribadi tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi di dalam tim kebanggaan saya, PSS Sleman. Bagaimanapun itu, pemain adalah pelaku dari sepakbola itu secara langsung. Merekalah yang akan berlaga di tengah lapangan demi raihan angka demi angka. Oleh karenanya, sudah selayaknya pula mereka diperlakukan secara lebih humanis. Pemain sepakbola bukanlah pion catur yang dapat dipindahkan sekehendak hati. Sangat penting untuk menjalin sebuah komunikasi diskursif yang intens antara manajemen,  tim kepelatihan dengan para pemain demi terciptanya kesepahaman. Dan untuk itu, tentu dibutuhkan suatu jalinan relasi egaliter antara keduanya dengan tanpa menanggalkan respek antar elemen di dalam tim. Ya, karena sesungguhnya ada banyak hal yang perlu mereka utarakan untuk kemudian mereka samakan. Tentang visi, misi, dan tentu saja, mimpi! Ya, mimpi untuk mengulang kembali sejarah manis menjadi juara kompetisi dan melangkah mantap ke jenjang kompetisi yang lebih tinggi.

[caption id="attachment_306694" align="alignnone" width="400" caption="Semangat Ini Untukmu"]

13997883572045280814
13997883572045280814
[/caption]

Dan sekali lagi, secara pribadi tidak ada sedikit pun keraguan pada kalian para punggawa PSS Sleman. Terima kasih kalian telah berjuang demi apa yang tersemat di dada kiri kalian dengan sepenuh hati. Terima kasih Ali Barkah, Ade Christian, Anang Hadi, Monieaga, Waluyo, Adelmund, dan seluruh punggawa Super Elang Jawa untuk perjuangan kalian sejauh ini. Mungkin saat ini belum mencapai hasil terbaik, namun percayalah bahwa di sisa musim ini kita akan kembali mengulang kejayaan yang sama. Secepatnya!

[caption id="attachment_306696" align="alignnone" width="640" caption="Menyakitkan, Tapi Tidak Berarti Kami Menyerah"]

13997885262019959466
13997885262019959466
[/caption]

Dan teruntuk manajemen dan tim kepelatihan PSS Sleman, sudah selayaknya ada evaluasi dengan langkah riil di lapangan. PSS Sleman tidak lagi membutuhkan pernyataan-pernyataan normatif melainkan sebuah perubahan. Khusus kepada tim pelatih, segeralah kalian merasa risau atas hasil ini. Segeralah bentuk karakter dan arah dari tim ke arah yang tepat. Ingat, bukan nama besar pelatih dan juga bukan nama besar pemain yang harus tampak dalam skema permainan yang dijalankan di atas lapangan, melainkan nama besar dan identitas tim ini, PSS Sleman! Dan untuk beliau di jajaran manajemen, perjalanan tandang ke Ngawi seharusnya sedikit memberi sentilan kecil bagi kalian. Dengan sebuah tim yang belum punya nama besar di kancah nasional, sejauh ini Ngawi mampu meraih hasil yang maksimal dari sisi prestasi dan bisnis. Puluhan adboard memenuhi sekeliling lapangan mereka. Tentu akan menjadi hal yang membahagiakan jika hal serupa juga terjadi di Stadion Maguwoharjo. Saat adboard dari pihak swasta mampu bersanding dengan jajaran adboard dari Sleman Fans dan saling berlomba mengisi kas PSS Sleman dengan pundi-pundi rupiah yang melimpah. Dan dari atas tribun penonton, hanya sebuah janji kecil yang mampu saya ucap. Bahwa dengan tiket resmi dari loket, semangat dan suara lantang ini hanya untukmu. Iya kamu, PSS Sleman. Kepadamu, kami percaya. Dan sebagai penutup, dengan meminjam potongan lirik dari lagu karya Neckemic, ada sebait kata yang mungkin layak kita renungkan....

“Demi satu nama kebanggaan di dada. Kan kuberi segalanya. Super Elang Jawa jadilah juara. Ku korbankan segalanya. Sampai kau bisa......”

Sleman, 11 Mei 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun