Dia tidak bekerja seorang diri. Dia diancam oleh pihak-pihak yang berpotensi diseret ke dalam jeruji penjara jika Angimembongkar misteri itu. Angi juga mengungkapkan kekesalannya yang terlena dalam permainan kotor itu hingga berujung nasib pahit: menanggung hukuman seorang diri.Â
Angi mengungkapkan "I am not Jesus, who can do it alone". Angi adalah seorang mualaf. Dia mengungkapkan kata-kata itu karena dia dibesarkan dalam lingkungan Kristen yang taat sebelum pindah agama dan meinkah dengan Alm. Aji Masaid. Ada yang mencuci tangan di atas penderitaan Angi. Membilas tangan penuh dosa dan membiarkan Angi menanggung seorang diri. Mega korupsi drama Hambalang adalah kelicikan tingkat dewa.
Ketabahan hati dan air mata seorang Angi memotivasi kaum perempuan untuk tabah dalam menghadapi cobaan. Air mata Angi juga menunjukkan bahwa wanita di republik ini sering dijebak dalam suatu permainan gelap. Banyak wanita di luar Angi yang dijebak oleh sistem yang terstrukur. Untuk semua pelaku yang telah menjebaknya Angi mengatakan "biarlah semesta yang berbiacara atas semua itu".
Apakah pemerintah berani mengusut para pemain lama yang selama ini berkeliaran bebas di negara ini? Inilah pertanyaan yang terus bergantung di pintu masuk KPK. Dengan bebasnya Angi dan mengungkpan beberapa hal yang mengejutkan seharusnya membuka tirani pemerintah bahwa masih ada aktor lain yang terlibat dalam drama Hambalang ini.Â
Rakyat menginginkan keadilan. Mega korupsi hambalang harus tuntas. Pasca bebas dari penjara KPK meminta Angi untuk menjadi rekan kerja membongkar dalang mega korupsi Hambalang (justice collabolator). Kita menanti kelanjutan drama ini di episode berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H