Mohon tunggu...
ROBERTUS DARVINO KARNO
ROBERTUS DARVINO KARNO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lahir pada bulan November, tanggal 15, 1993. Menyukai pemikiran Herakleitos tentang Pantha Rei. Bahwa sesuatu itu mengalir dan dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelisik Eksistensi Budaya Lokal di Era Disrupsi Digital

8 April 2022   08:06 Diperbarui: 9 April 2022   08:13 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto: https://analisis.kontan.co.id

Manusia secara ontologis merupakan mahluk yang bermultidimensi. Dengan karakternya yang multidimensi manusia mampu menjalin relasi dan beradaptasi dengan entitas di luar dirinya termasuk kemampuan untuk mengembangkan dirinya sendiri. Manusia mampu bergerak dari satu fase ke fase berikutnya (dinamis). Dengan karakter religius (homo religiutsitas) manusia mampu menjalin relasi dengan Allah. Dengan karakter sosial (homo sociale) manusia mampu menjalin relasi dengan sesamanya. Demikian pun sebagai homo culturale memampukan manusia berelasi dengan alam dan sesama. Karakter dinamis manusia turut mempengaruhi kebudayaan yang dihidupinya. Kebudayaan berubah seirama dengan perubahan hidup masyarakat. Perubahan itu berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru, tekhnologi baru dan berakibat pada penyesuaian cara hidup dan kebiasaanya pada kepada situasi baru.

Terjadinya perubahan tersebut disebabkan oleh sumber kekuatan dan kemakmuran suatu masyarakat atau negara yang mengalami perpindahan pemanfaaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sikap, mental dan nilai budaya turut serta dikembangkan guna keseimbangan dan integrasi secara baru. Hal ini mengingatkan kita akan ramalan seorang teoritikus komunikasi Kanada Marshall McLuhan (1911-1980) pada tahun 1960-an yang memperkenalkan suatu ramalan globalisasi dalam ilmu sosial dengan spekulasi bahwa dunia semakin dihegemonisasi menjadi "desa global", yang di dalamnya keragaman budaya lokal diubah secara radikal (dan akhirnya dibatasi) melalui sistem komunikasi dan perjalanan yang semakin maju dan universal.

Pada sisi lain manusia ditantang untuk mempertahankan budayanya. Oleh sebab itu pertanyaan atau kecemasan umum yang sering terjadi adalah, apakah kebudayaan mampu bertahan dalam setiap dinamika kehidupan tersebut? Apakah kebudayaan mampu mempertahankan hakekat dan kodratnya dalam setiap perubahan? Nyatanya kita temukan dalam dunia dewasa ini hampir tak ada lagi budaya yang otentik dalam artian berkembang secara mandiri melainkan telah mengalami pengitegrasian dengan berbagai macam hal-hal baru terutama budaya barat.

Manusia dan Disrupsi Digital

Sebagaimana dipahami bahwa kebudayaan merupakan hal-hal yang terkait dengan aktualisasi dari daya budi (ratio et intellectus) insani, yaitu proses dan hasil dari daya yang berarti tenaga, energi dari akal budi manusia. 

Dari makna literer ini maka yang menjadi subjek dari suatu kebudayaan adalah manusia. Manusia menjadi subjek kebudayaan dalam artian manusia adalah tuan atas kebudayaan tersebut dan relasi timbal balik diantaranya adalah relasi antara subjek dengan subjek. 

Manusia menjadi pelaku suatu kebudayaan. Ia menjalankan kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang berharga baginya dan dengan demikian kemanusiaanya menjadi lebih nyata. Melalui kegiatan kebudayaan sesuatu yang sebelumnya hanya merupakan kemungkinan belaka, diwujudkan dan diciptakannya secara baru.

Dengan demikian kedudukan manusia di dalam kebudayaan menempati posisi yang sentral, bukan manusia sebagai orang melainkan sebagai pribadi. Kepadanya segala kegiatan diarahkan sebagai tujuan. Manusia menempati posisi sentral karena hanya manusialah yang memiliki budi yang menjadi dasar kesempurnaan manusia. Karena itu budi tidak sama dengan akal atau pikiran rasional. Budi (entendent, Perancis-Vernunft, Jerman) adalah pengetahuan tertinggi sang manusia  dan memuat kekayaan yang tak dapat digali seumur hidup yang dengan tak berkeputusan dapat disempurnakan lagi.

Manusia Sebagai Subjek Perubahan (Change Agent)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun