Foto: https://darunnajah.com dan https://pepnews.com
Tulisan ini adalah sebuah ajakan untuk membangun persaudaraan.
******
Sabtu, 5 Maret 2022 kami mendaki bukit Holbung di pulau Samosir. Sebuah pendakian yang sangat melelahkan. Ternyata mendaki gunung itu tidak mudah. Butuh kebugaran jasmani dan stamina yang mumpuni. Setiba di puncak kami berjumpa dengan dua orang saudari beragama muslim. Salah satunya mengenakan jilbab (Kak Efa) dan yang lain tidak (Kak Mia). Mereka mendahului kami menggapi puncak bukit itu. Karena mereka mendaki sedari pagi, sebelum mentari terbit di ufuk timur. Dengan asyiknya kak Efa dan kak Mia memotret danau Toba yang menawan dan bukit-bukit yang berjejer apik mengelilingi danau tersebut untuk dijadikan konten youtub.
Dengan spontan saya berkenalan dengan keduanya. Berawal dari perkenalan hingga foto bareng lalu bertukaran nomor whats up dengan alasan untuk mentransmisikan foto-foto dan video dari kamera masing-masing. Bukan untuk basa-basi. Kemudian kami berfoto ria dengan ekpresi yang penuh sukacita. Keduanya tampak sangat ramah dan bersahabat.
Bermula dari perkenalan itu diskusi kami pada saat turun dari bukit pun berlanjut dan makin hangat. Ternyata keduanya suka menjelajah tempat wisata untuk mengksplorasi kekayaan alam dan sekaligus mengembangkan konten youtub. Kak Mia pernah bertualang hingga ke Flores Labuan Bajo. Flores adalah kampung halamanku. Sebuah pulau yang sangat cantik dan menawan. Karena penasaran kak Effa pun berniat juga untuk pergi ke Flores, khususnya ke pulau Komodo. Asyik, keren dan inspiratif mendengarkan kisah-kisah petualangan mereka. Masa muda memang perlu dinikmati.
Sehari setelah perjumpaan itu saya menulis dalam dyari saya demikian: "
Denganmu.Â
Jumpa-menjadi sebuah titik temu yang mengagumkan.Â
Aku menganggap ini sebagai transfigurasi. Di mana segala hal tentang aku dan kamu dilucuti berubah rupa menjadi kita.Â
Kita yang ingin maju dan mau menggapai banyak hal. Biarlah yang beda tentang kita tak perlu disamakan dan keberagaman tak perlu disamakan. Yang perlu hanyalah merayakan (selebrasi) dan menghargai (apresiasi).
 Tuhan-mu, Tuhan kami- Tuhan kita. Kita bertuhan pada Tuhan yang sama yakni Dia Yang Ilahi. Hanya dengan cara itu kita bisa bersatu dalam segala keberbedaan kita.Â
Karena antara Dia dan kita jaraknya sejengkal saja. Semoga kita pun ada dalam jarak yang sejengkal itu. Sebab sudah seharusnya antara kita dan Dia juga antara kita dan kita tak perlu menciptakan jarak. Dalam Dia kita satu. Semoga Tuhan kita memberkati kita.Â
Amin.
Kisah di atas sungguh nyata. Sebuah pengalaman yang menyenangkan di akhir pekan awal bulan Maret tahun 2022. Sebelum berkenalan dengan kak Efa dan kak Mia Aku sudah berkenalan dengan banyak teman-teman muslim yang berhati baik, penuh persaudaraan dan bahkan di antara kami hampir tak ada jarak sejengkal pun untuk saling menjauhkan.
Masih ingat dalam benak saya diskusi hangat dengan seorang anggota Gegana di deg empat Kapal Awu ketika menyeberang dari Kupang ke Ende tahun 2013. Dia seorang muslim yang taat. Saat berdiskusi tentang keyakinan, beliau mengatakan begini: "Sebenarnya tujuan kita itu sama, menghadap Allah yang sama. Hanya berbeda relnya saja". Kata-kata itu sungguh mengena di hati saya dan membekas hingga sekarang ini. Saya sangat kagum dengan pemikiran beliau.
Pesona keindahan ini sangat disayangkan jika dihancurkan hanya karena tujuan tertentu. Tapi nyatanya memang demikian yang terjadi. Banyak orang yang mengobok-obok kenyamanan dan romantisme persaudaraan ini. Saling sindir soal kebenaran dan kesucian kerap terjadi.
Kini kita sama-sama berada dalam masa puasa-berbarengan, walau tidak dalam waktu yang lama. Kristen (Katolik) telah memulainya lima pekan yang lalu dalam rangka menyongsong perayaan Paskah memperingati Wafatnya Yesus Kristus-Isa Almasih. Masa puasa-Pra Paskah umat Katolik dijalankan selama enam pekan (40 hari). Dalam masa puasa ini umat Katolik diminta untuk berbenah dan mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya Paskah.
Pada hari ini 3 April 2022 kaum muslim memulai masa puasa menyongsong Hari raya Idul Fitri-Lebaran. Dilansir dari CNN Indonesia.com berdasarkan kesepakatan bersama Kementerian Agama, MUI dan Ormas Islam lainnya menetapkan tanggal 3 April sebagai pembukaan masa puasa. Â Sedangkan jema'ah Muhamadyiah menetapkan tanggal 2 April 2022 sebagi hari dibukanya masa puasa. Hal itu diatur dalam maklumat Pimpinan Pusat Muahmadyiah Nomor 01/MLM/I.0/E.2022.
Menarik untuk menelisik moment yang berahmat ini. Momen lebaran selalu identik dengan kembali ke fitrah dan saling memaafkan. Makna lebaran tak hanya sekadar kembali ke fitrah. Lebaran bisa menjadi ungkapan syukur, kebersamaan, dan budaya yang tetap dijunjung.
Merayakan puasa bersama adalah hal yang unik dan penuh makna. Sama seperti ketika Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus-Isa Almasih dan Hari Raya Idul Fitri tahun 2021 lalu yang dirayakan pada hari yang sama. Waktu itu Menteri Agama Yaqut Cholil Qumas mengatakan bahwa "hari istimewa ini menjadi momen merajut kebersamaan antara umat Islam dan umat Kristen serta Katolik. "Saat umat Islam merayakan Idul Fitri, umat Kristen dan Katolik memperingati Kenaikan Isa Almasih. Ini menjadi momen penting untuk terus merajut kebersamaan, kerukunan dan saling menghargai perbedaan masing-masing serta meningkatkan persaudaraan. (https://news.detik.com/berita/d-5568945/yang-istimewa-kala-lebaran-dan-kenaikan-isa-almasih-berbarengan).
Masa puasa dalam keyakinan manapun merupakan sebuah cara untuk berbenah-bertobat-berefleksi. Upaya ini dilakukan oleh manusia untuk kebaikan hidup masa kini dan sekaligus sebagai antisipasi eskatologis-dunia akhirat yang akan dihidupinya dalam keabadian kelak.
Dalam agama monoteistik (Yahudi-Kristen dan Islam) kehidupan setelah mati merupakan keyakinan yang pokok setelah beriman kepada Tuhan. ketiga agama ini meyakini bahwa kehidupan sesudah mati merupakan doktrin setelah beriman kepada Tuhan. Sebab salah satu tujuan agama adalah mencari kerelaan Tuhan dan berusaha mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada-Nya (Ammsal Bakhtiar, Filsafat Agama, 2015, hlm. 217, 218)
Puasa hendaknya menjadi ajakan dan sekaligus mengingatkan kita bahwa dunia ini hanyalah sementara saja. Kita hanya singgah sebentar, membangun kemah lalu hidup. Kelak, bila tiba saatnya kemah itu akan dibongkar lagi karena kemah yang abadi hanyalah surga.
Akhirnya, selamat menunaikan masa puasa bagi saudara-saudari. Semoga masa puasa membawa berkah bagi keluarga dan sahabat sekalian. Selamat menunaikanIbadah Masa Puasa Ramadhan, Marhaban ya Ramadhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H