Maklum kartu vaksin boosterku belum di-download dari aplikasi peduli lindungi.
Sembari menunggu kapal yang akan tiba dari Samosir kami memilih bersantai di koridor pelabuhan tepat di atas sebuah trotoar yang dikelilingi oleh pagar baja bercat warna biru. Aku tak menyia-nyiakan momen itu. Harus diabadikan untuk kenangan di kemudian hari. Aku mengambil beberapa gambar anak-anak yang sedang mandi di danau. Beberapa kapal kecil berbaris rapi di sisi yang berlawanan dengan kami juga kupotret karena bentuknya sangat menarik.
Orang Samosir juga bang, sahutku menyapa seorang pemuda yang sedari tadi bersama-sama dengan kami di tempat itu.
Iya bang, aku dari Palipi, jawab pemuda itu dengan sopan. Kalau orang abang, asal mana? tanyanya dengan dialeg Batak yang sangat kental membalas pertanyanku.
Aku dari Flores bang, balasku.
Wahhh, dari Flores. Jauh kian bang. Ada keperluan apa ke Samosir. Tanyanya dengan nada sedikit heran dan kagum.
Ga ada bang. Cuma outing biasa. Menjelajah tempat baru. Tapi sebenarnya aku udah tujuh bulan di sini. Aku tinggalnya di Sinaksak. Jadi baru kali ini punya kesempatan untuk mengunjungi Samosir. Balasku dengan nada datar.
Ooh, kirain hari ini baru pertama kali datang ke Sumatra, timpalnya dengan sopan.
Kami melanjutkan diskusi sembari menarik sebatang rokok Acika. Aku mengajukan banyak pertanyaan perihal Pulau Samosir dan danau Toba. Tentang sejarah, budaya dan karakter. Penjelasnnya mudah dimengerti dan menjawabi eksplorasiku tentang dua wahana wisata ini. Orangnya juga sangat ramah. Ditambah penjelasan pacarnya yang duduk di samping semakin memperluas wawasanku.
Bersambung....******