Mohon tunggu...
Robertus Dagul
Robertus Dagul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis merupakan bentuk kontemplasi untuk menemukan kejernihan pikiran terhadap fenoemena yang terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis Adalah Proses Perenungan Menjernihkan Pikiran

26 Januari 2023   21:32 Diperbarui: 27 Januari 2023   05:27 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menulis memang bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Mencari titik terdalam dari sebuah fenomena yang membutuhkan energi dengan proses perenungan yang membutuhkan waktu. Saya menemukan begitu banyak tantangan yang saya hadapi ketika mulai menulis lagi. Kadang menganggap sesuatu mudah-mudah saja dibahasakan. Mudah tetapi memulainya sungguh amat sulit.

Bertengkar dengan pikiran yang kadang sulit untuk memproduksinya dalam ucapan yang penuh santun. Mungkin cukup gampang bagi mereka yang sudah menghasilkan ratusan bahkan ribuan karyanya dalam menulis. Ratusan buku pun sudah diterbitkan dan diedarkan di mana-mana.

Betapa karya besar mereka sungguh memberi energi yang besar terhadap perubahan sebuah bangsa. Sungguh sebuah pekerjaan mulia yang membutuhkan proses perenungan yang amat dalam. Bahkan waktu yang harus dikorbankan untuk menginternalisasikan pikiran lewat karya-karya berarti.

Saya selalu menyakini, mereka yang sudah menghasilkan karya terbaiknya memang patut untuk diberikan apresiasi. Bahwa, mereka melewati begitu banyak tantangan dan rintangan dalam menulis. Bahkan berkali-kali gagal menembus berbagai wadah kepenulisan dengan tingakat apresiasi yang sungguh amat ketat.

Saya juga yakin, mereka pernah ditolak, bahkan dikritik tulisannya oleh pembaca karena tidak memberikan sentuhan yang amat berarti dan menyenangkan batin pembaca. Tetapi itulah proses. Jalan berliku selalu pasti ada.

Saya juga yakin, mereka yang sudah diaku kepenulisannya adalah mereka yang tidak pernah lelah untuk terus melahap bacaan-bacaan memberikan sumber inspirasi. Membaca buku memang sangat penting, butuh semangat yang menyala-nyala yang tumbuh dari dalam diri. Semangat itulah yang diejahwantahkan dalam sebuah kebiasaan yang terus dirawatnya hingga akhir hayat.

Proses Perenungan

Awal saya menulis, hanya mencoba membaca buku seadanya. Berkali-kali bahkan kadang rehat dalam waktu yang lama. Saya tidak begitu serius. Karena ketidakseriusan itulah yang membuat saya hilang semangat menulis( begitu kira-kira waktu kuliah).

Selesai kuliah, niat itu muncul lagi, betapa itu sebuah kekacauan bagi saya untuk memulai lagi. Pun buku seadanya. Betapa susah menemukan jati diri untuk menjadi penulis. Sungguh amat sulit.

Tepat pada 18 Januari 2023, sebuah wadah menulis dari Kompas yaitu Kompasiana.Wadah orang-orang yang ingin menuangkan idenya untuk menulis. Bagi saya pada tanggal tersebut mungkin sebuah janji atapun komitmen yang membawa saya untuk masuk pada proses permenungan yang lebih dalam.

Sebelumnya, sewaktu kuliah memang pernah menulis di beberap blog, tetapi hanya setengah-setengah dan bukan karena kesungguhan. Karena masih berpikir, menulis hanyalah mencari popularitas.

Namun berbeda untuk kali ini, popularitas saya buang jauh-jauh. Disenangi orang, dipuja-puji hanya ambil makanya saja. Mungkin saya masih ambur adul ketika menulis lagi, narasi dan konstruksi kalimat yang kadang susah di cerna para pembaca.

Itulah saya, manusia hina-dina yang tidak luput dari kritikan pedas pembaca bahkan koreksi yang selalu saya butuhkan untuk saya terus menulis. Saya mencoba untuk mencari titik terdalam. Diinjak dengan dengan beragam koreksi membuat saya mungkin akan terus berbenah.

Saya mengutip artikel dari media ruangmenulis.id, dengan tajuk " Dari Perenungan, Menghasilkan Tulisan". Yang ditulis oleh, Aan Mardianto (Alumni KMO Basic Batch 50)

Proses perenungan itu memang bukan sesuatu pekerjaan yang mudah. Membutuhkan asupan yang bernutrisi tinggi. Mungkin saya anggap nutrisi tersebut adalah membaca. Membaca dan terus membaca. Berkali-kali membaca.  Mungkin itu suatu proses yang amat dalam. Sehingga membantu proses permenungan untuk menemukan topik yang pas untuk dituangkan.

Menjadi Abadi

Mungkin wadah kompasiana ini saya awal mendedikasikan diri untuk mulai menulis dengan komitmen dan konsisten. Dari tulisan yang mungkin dianggap remeh, kurang bermanfaat ataupun tidak berdampak bagi pembaca.

Tetapi saya akan terus menulis dengan kosisten tiap harinya. Memperbaiki kalimat perkalimat. Berusaha untuk memberikan jiwa pada setiap pikiran yang saya tuangkan dalam tulisan.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah.
 Menulis adalah bekerja untuk keabadian"-Pramoedya Ananta Toer.

Bagi saya, Pramoedya Ananta Toer, adalah sang maha guru yang menginspirasi setiap generasi. Yang tumbuh dengan komitmennya untuk terus berkarya lewat tulisan. Bahkan ia melegenda dalam setiap zaman.

Saya ingin mendidikasikan diri untuk menjadi abadi bagi bangsa dan sejarah. Agar kelak ribuan mata dan raga menjadi saksi bahwa saya pernah ada di bumi tercinta ini.

Menulis sebagai proses menjernihkan pikiran, adalah ucapan yang amat sangat berharga agar nanti, yang membaca karya-karya saya memberikan manfaat dan motivasi.

Mohon maaf, saya masih belum sempurna. Menulis dengan begitu kompleks.
Selamat Berkarya sahabat

Terima Kasih Kompasiana

Semoga saya terus menjaga komitmen ini.

Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun