Sahabat itu sudah jadi bagian penting di kehidupan kita sehari-hari, bener nggak sich? Apa bener kita bisa hidup sendirian di dunia ini man ...teman? Rasanya, nggak mungkin juga kita hidup tanpa sahabat. Mereka jadi sosok yang bisa nemenin kita kemana-mana. Dengan sahabat, kita bisa berbagi semua cerita suka, duka, bercanda, dan berbagi pengalaman yang tak terlupakan, menerobos segala tantangan.Â
Bareng mereka juga, kita bisa belajar banyak soal hidup, lalu mengasuh rasa kesetiakawan kita. Curhat segala macam problema ke sahabat juga rasanya penting banget, karena selain bisa bikin  pikiran kita plong, kita juga bisa sekaligus mendapat solusi yang jitu yang belum terpikir oleh kita sebelumnya.
Tentu salah satu usaha agar persahabatan kita itu nggak putus, kita mesti rajin-rajin berkomunikasi. Setidaknya melalui komunikasi itu kita bisa sharing pengalaman dan mengetahui bagaimana kabar terbaru mereka, sambil merancang suatu kehebohan apa yang akan kita jalani bersama. Yach ...melalui komunikasi itu persahabatan kita menjadi hangat, utuh, dan bikin kangennya setengah mati. Benerrr nggak sich? Inilah mengapa perjumpaanku dengannya menjadi bagian yang sangat penting.Â
Pertama kali jumpa dia aku sudah merasa kesemsem dan gandrung kapilangu. Apalagi, ditinggal kuliah bertahun-tahun rasanya kuangen berat. Jadi, sampai saat ini sudah hampir 6 tahun meninggalkan dia. Trus nggak pernah ada komunikasi sama sekali. Cinta nggak sich, demen nggak sich, apa cuma cinta monyet doang. Pikiranku merambah ke mana-mana.Â
Padahal, akses internet sekarang mudah banget. Pulsa nggak pernah kosong. Selama kuliah jarang banget mikirin dia. Juga jarang banget menemukan masalah akademik, buktinya lancar-lancar aza tuh. Ach nggak asyik. Kalau begitu sambil ngomongin kuliahan, kami ingin menjalin hubungan yang lebih baik lagi daripada kemaren-kemaren. Ini baru ide segar.
Saat musim libur semester tiba terbersit sebuah rencana untuk mengadakan perjalanan wisata kecil-kecilan. Sekadar untuk menghilangkan kepenatan dan rutinitas dan merefresh kembali aktivitas yang sudah dilakoni. Saat itu aku berniat berkunjung ke rumahnya. Rumah seorang mahasiswi bernama Irma yang jauh berada di pinggiran kota.Â
Dari jalan raya masih harus masuk lebih jauh lagi ke dalam. Â Melewati gardu desa demi gardu desa yang terus menyusuri sawah demi sawah. Jauhnya perjalanan itu tak menyurutkan langkahku untuk menemuinya minimal aku menjadi tahu bahwa tidak mudah menjalin sebuah persahabatan.Â
Beberapa menit kemudian aku berhasil menemukan rumahnya, meskipun waktu itu pernah mengantarnya ke kampus jalan ke perkampungan ini tergolong sulit dihafal rutenya. Kemudian mobil perlahan-lahan memasuki pelataran rumah itu. Aku memarkirkannya di pinggir seberang aliran sungai. Aliran sungai itu nampak jernih dan memanjang mengelilingi halaman rumah. Ada banyak ikan warna-warni menghiasi sungai itu. Betul-betul pemandangan yang menakjubkan.Â
Tidak hanya satu atau dua ikan melainkan ratusan ikan berkerumun. Ukurannya lumayan besar. Selain di lokasi dekat rumahnya rupanya di rumah sebelahnya juga ada. Sama jumlahnya ratusan. Aku mencoba bertanya ke seorang simbah yang kebetulan sedang memberi makan ikan-ikan itu.Â
"Nyuwun sewu Mbah, sugeng siang. Bade nyuwun pirso ...iwake kathah nggih Mbah. Sampun pinten wulan menika pelihara ikannipun?" mencoba mencari tahu. "Wah ...Mbah kesupen je Nak. Kapan yo ...ora kelingan Nak. Lha Simbah ngertine ikan-ikanne do kemruyuk ning kene" tuturnya. "Hebat tenan ikanne Mbah. Lha menika namine ikan menapa Mbah?" lanjutku. "Lha ora ngerti Simbah Nak.Â
Aku ngertine jeneng putuku wae. Gelo kae bocah lanang cilik sing pit-pitan kae, kae jenenge Adnan!" jawabnya. "Oh ngaten ...nggih nggih Mbah. Maksud kulo jenis ikanne Mbah" kesabaranku mulai diuji. "Wooo ...lak yo ngono, nek takon sing pener Nak. Iku jenise ikan tawar" jawabnya lagi. "Nggih matur nuwun Mbah" kataku sambil segera menjauhi kakek itu.Â