Siang hari itu keadaan ibukota kabarnya diancam oleh segerombolan pemberontak. Tidak seperti biasanya lalu lintas kota tidak begitu ramai. Sejumlah pertokoan dan beberapa ruko serta pedagang di pasar memutuskan diri tidak melakukan aktivitas ekonomi untuk mengantisipasi adanya penjarahan atau pembakaran. Gedung-gedung dan apartemen di sejumlah wilayah tertentu terjadi pemutusan hubungan listrik. Listrik mati total, sejumlah karyawan tidak tahu menahu dengan adanya kejadian tersebut.
Sebagian dari mereka merasakan ketakutan dan kekhawatiran. Ada juga yang marah-marah bahkan ada juga yang ingin menjatuhkan diri dari ketinggian gedung bertingkat itu karena trauma takut terkena ancaman bom teroris. Penduduk kota dalam ancaman bahaya. Departemen pertahanan dan keamanan negara segera menggelar rapat koordinasi lintas departemen. Alarm darurat dibunyikan. Sejumlah pimpinan dan staf berencana berembug untuk mengatur strategi agar negara pulih dari bahaya keamanan.
Setelah rapat kerja itu segenap pimpinan segera merapatkan barisan dan segera mengambil aksi. Para staf kembali ke kamp masing-masing guna mempersiapkan semua persenjataan dan perlengkapan perang, kendaraan lapis baja, pesawat tempur, helikopter pemburu, baju anti peluru, alat komunikasi , dan penyapu ranjau serta alat lain yang dianggap penting. Strategi telah dibentangkan. Peperangan pun akan dimulai. Dan hidup mati sebagai penjaga negara akan dipertaruhkan. Keluarga angkatan perang pun mendukung penuh menciptakan keamanan negara. Pemerintah menaruh kepercayaan sangat besar pada alat negara itu agar kepercayaan dan kewibawaan negara dipertaruhkan. Suasana terasa mencekam. Beberapa stasiun televisi menayangkan secara langsung dan mengadakan peliputan khusus. Suara berteriak-teriak penuh keheranan melanda ibukota. Jalanan nampak lengang sekali.
Hari itu beberapa tempat di ibukota disabotase oleh sekelompok gerombolan. Belum diketahui pasti nama gerombolan itu namun telah diprediksi gerombolan itu hendak mengancam istana negara. Sejumlah personil keamanan disiagakan penuh. Termasuk para pengawal presiden. Panglima jenderal memimpin pasukannya dalam doa agar diberi perlindungan Tuhan dalam melaksanakan misinya. Hari itu persebaran pasukan disiagakan merata di semua wilayah ibukota. Sejumlah penembak jitu ditempatkan di beberapa titik ibukota. Istana negara dikepung sejumlah tank anti peluru dan peluncur rudal. Suasana sekilas menjadi nampak begitu seram. Banyak lalu lalang orang namun semua diam membisu.
Di sisi lain nun jauh beberapa kilometer dari ibukota nampak kemah-kemah didirikan dekat sebuah bangunan besar. Dikelilingi tembok yang menjulang tinggi kemah-kemah tersebut bersembunyi tak kelihatan oleh orang. Diam-diam panglima mengirimkan tim pengintainya. Tiga jam berlalu. Dan tim penyelidikan bergegas memeriksa lokasi perkara.” Demi Tuhanku kukatakan ini. Di kemah itu kelihatan mereka memperlengkapi senjata.” ujarnya.
“Mereka diperlengkapi dengan senjata api , tank, jeep, dan pesawat tempur. Ini akan menjadi pertarungan yang sangat dashyat” gumamnya. Salah satu pengintai mencoba menghubungi kapten mereka.
Dengan menggunakan radio mereka terus saling berkomunikasi. “Kapten kami terperangkap!” pengintai melaporkan situasi yang baru saja terjadi. Namun belum sesaat komunikasi itu berlangsung tiba-tiba hubungan putus. Tut ...tut ...tut radio komunikasi tak tersambung. Seketika itu juga ada segerombolan pasukan dengan senjata lengkap mendekat. Perang tak terhindarkan. Tim pengintai berkali-kali menghubungi tetapi tidak terjawab. Beberapa tempat ternyata mengalami hambatan. Komunikasi terputus saat melakukan kontak tak ada sedikit pun tanda-tanda kehidupan. Sinyal pun mati. Sistem pertahanan angkatan perang sudah dikoyak-koyak oleh pemberontak.
Akses keluar jalurnya air di gorong-gorong juga disumbat sehingga perahu karet tak dapat beroperasi. Pasukan katak diterjunkan guna mengantisipasi serangan dari aliran sungai. Mereka menyusuri tiap-tiap gorong dan menyapu bersih segala jenis penghambat yang merintang. “Gila, edan ini kerjaan orang gak waras. Mereka betul-betul menyumbat saluran air. I
ni pasti sudah direncanakan jauh-jauh hari dengan matang. Pengamanan kita kecolongan.” ucap komandan pasukan katak itu. Mereka mencurigai secara pasti ada misi rahasia di balik sabotase yang sedang berlangsung. Kecurigaan itu berdasar karena adanya indikasi pemutusan komunikasi sistem pertahanan dan usaha penyumbatan gorong-gorong aliran sungai bahkan aliran sungai yang menuju ke istana negara. Pasukan katak mencoba mengurai satu per satu hambatan itu sementara itu pertarungan sengit masih berlangsung di area kamp persembunyian gerombolan pengacau. Pusat pengendalian dan pertahanan angkatan perang sedang mengutak - atik agar komunikasi bisa terhubung kembali. Mereka mendapat kabar dari salah satu batalyon pesawat tempur ada yang telah mengirim virus sehingga data-data komputer itu tak terkoneksi dengan radio. “Lapor komandan ada kecurigaan kita telah kemasukan tikus.
Tikus itu berhasil melewati penjagaan ketat dan masuk ke ruangan tempat berkas rahasia disimpan. Setelah tikus itu mempelajari dengan baik ia langsung membajak radar pertahanan dan mengomunikasikan ke sarang tikus” ucap batalyon udara itu. “Iya kita sedang selidiki siapa pelakunya, jangan-jangan orang dalam! Waduh bahaya kapten kalau sampai ada musuh dalam selimut. Ini lebih berbahaya daripada melawan musuh kita!” ucap komandan itu. Naluri militernya menjelajah. Prediksinya pasti ia menyamar namun komandan itu tidak cukup bukti untuk menangkap penyusup itu. Komandan itu segera mengatur strategi mengawali pencariannya terhadap mata-mata.
Diam-diam dia mulai mengamat-amati gerak-gerik setiap anggota pasukannya. Ia dan dibantu kapten udara berusaha untuk segera mengatasi penyebab tak terhubungnya alat komunikasi itu. Mereka pergi menuju ke ruang darurat bawah tanah tanpa sepengetahuan siapa pun.Mereka berusaha agar langkahnya tak diketahui siapa pun. Tempat itu adalah tempat rahasia. Ia mengajak kapten udara mengecek kode asli dan kata kunci untuk menata ulang dan mengatur kembali ruang kontrol dan segera mencolokan semacam program dan menginstallnya yang secara otomatis menghubungannya ke radio komunikasi. Hanya membutuhkan beberapa menit saja program itu telah kembali terhubung sesuai dengan kode yang diberikan komandan. Tak mau berlama-lama komandan ingin segera melacak posisi pasukan pengintai.
Lokasi pun diperolehnya. Ia dapat mengakses keberadaan pasukannya. Ternyata letaknya cukup tersembunyi dan sulit digapai jalur darat. Ia memutuskan untuk melakukan penyerangan lewat udara. Usahanya tak sampai di situ. Ia langsung mengambil remot kontrol dan mengirim bala bantuan ke lokasi kamp gerombolan. Setelah berhasil mereka pun bergegas keluar dan memantau keamanan sistem pertahanan. 3 pesawat pembom telah meluncur dan melesat ke udara untuk penyelamatan pasukan pengintai.
Sesampainya di sana ternyata 3 pesawat itu mendapatkan penghadangan. Ketiga pesawat itu dibombardir rentetan peluru tembakan senapan laras panjang oleh dua orang penjaga gerbang. Adu tembak terjadi lagi dan kali ini sang pilot mendapat perlawanan yang sengit. Dua pesawat melebar ke kanan dan satu pesawat membombardir kamp gerombolan itu. Pasukan pengintai tak mau tinggal diam. Semangatnya bangkit lagi. Pertolongan itu mampu menggugah kembali perjuangan mereka.
Namun penyerangan itu tak sepenuhnya untuk menghanguskan kamp gerombolan tujuannya hanya mengacaukan musuh dan memulangkan pasukan pengintai dan segera pergi dari lingkaran kepungan bahaya. Setelah dirasakan aman ketiga pesawat itu menghilang. Sampai pada akhirnya pasukan pengintai itu berhasil keluar dengan membawa sejumlah informasi penting.
Sebagian dari gerombolan itu pun kocar-kacir. Penjaga gerbang tewas dan palang pintu masuk hancur. Sementara itu beberapa tempat luluh lantak berkeping-keping. Sang komandan gerombolan itu kesal dan marah melampiaskan kekecewaannya. Ia berjanji akan mengadakan serangan balasan.
Dalam pada itu, ditengarai suasana geram dan penuh dengan emosi komandan gerombolan itu mengatur ulang ruang yang telah berantakan akibat serangan angkatan perang. Ia dan teman-temannya mengembalikan sistem keamanan dan komputernya agar bisa terhubung dengan satelit sehingga bisa digunakan untuk meluncurkan senjata jarah jauh. Siang malam mereka bekerja keras agar dapat melakukan balas dendam dan meluluhlantakan persenjataan angkatan perang. Mereka berdiskusi dan berencana memberi sebuah kejutan. Dengan kecanggihannya mereka bermaksud menghubungkannya ke markas agar bisa mendapat sinyal guna peluncuran rudalnya. Tim ahli berusaha keras mendapatkan akses ke satelit itu. Tak lama kemudian akses ke satelit itu telah terhubung dengan baik. Lokasi pasukan angkatan perang telah terdeteksi dengan jelas dan nampak di layar monitor. Komandan gerombolan tersenyum puas atas kerja anak buahnya. Program peluncuran rudal dimulai.
Dan hanya tinggal dalam hubungan detik saja rudal itu bisa secepat kilat melesat sesuai dengan arah yang diiginkan. Namun di balik kepuasan itu, seorang perwira pasukan pengintai angkatan perang berhasil mendeteksi kode nomor yang dimasukkan. Sudah sejak lama ia bersembunyi dan meneropong gelagat mereka tidak jauh dari lokasi. Rupanya tidak semua pasukan pengintai kembali ke kamp markas. Ia berhasil melacak dan memprogram ulang dan melaporkan kode itu ke kapten udara.
Kemudian ia mengendap-endap dan berhenti di suatu tempat yang aman tersembunyi. Ia mencoba menghindar dari pengawasan penjaga menara. Moncong pistolnya diarahkan ke penjaga menara itu. Ia berjaga-jaga agar tak terkena tembakan namun pada akhirnya ia mengeksekusinya nyaris tanpa suara. Penjaga itu terkapar tak berdaya tersandar di puncak menara. Setelah itu perwira tadi langsung memutuskan merangkak pergi. Ia berhasil menerobos kawat pagar berduri tanpa ada yang melihat. Kemudian mengayunkan langkahnya menghilang di balik rimbunan pepohonan. Pada saat komandan gerombolan itu telah mendapatkan akses ke satelit dan menemukan lokasi keberadaan angkatan perang ia meminta anak buahnya agar segera menjatuhkan bom ke lokasi itu.
Namun, laporan yang diterima perwira itu dengan sigap diresponi oleh komandan angkatan perang sebagai sebuah jalan untuk mencegah terjadinya ledakan maha dashyat. Sebelum sinyal-sinyal itu muncul ia sudah mengendalikannya dan menekan tombol keyboard dengan cara memasukkan kode itu. Akhirnya, ledakan terhindarkan ia berhasil melawan serangan dari jauh. Rudal itu tak bergerak sama sekali bahkan tiba-tiba terbakar dan meledak di tempat. Mereka terlempar beberapa meter dan seketika tewas sedangkan rumah tempat persembunyian mereka itu hancur berantakan tanpa sisa. Si jago merah melalap habis semua persenjataan dan beberapa truk yang di parkir di depan rumah. Hampir sebagian anak buahnya tewas dalam perang rudal itu tidak terkecuali sang komandan, ia pun mati tergeletak. Maha dashyat benar akibat yang ditimbulkan dari ledakan rudal itu. Hanya dalam hitungan detik semuanya luluh lantak. Komandan angkatan perang pun terkaget melihat kejadian itu.
Ia bersama-sama kapten udara ditemani satu regu pasukannya menyaksikan kejadian itu langsung dari layar paling lebar sementara layar-layar kecil lainnya berderet-deret di kanan kirinya. Rudal berhasil dijinakkan namun justru berbalik meledak di area musuh. Tidak berapa lama kemudian semua pasukan angkatan perang termasuk pasukan katak mengetahui bahwa musuh telah dilumpuhkan.
Demi mendengar berita tersebut mereka meloncat teriak gembira. Suka cita melingkupi seluruh perwira baik angkatan darat, udara, dan laut. Sementara itu, perwira polisi masih punya pekerjaan rumah menyelidiki siapa pelaku di balik sabotase itu. Seluruh jajaran kepolisian menurunkan personil-personilnya mengevaluasi setiap wilayah, daerah, dan lokasi serta tempat-tempat yang dianggap rawan kejahatan.
Mereka sepakat bersama-sama menjalin kesatuan untuk menghadapi sabotase yang mengganggu stabilitas negara. Apresiasi yang tinggi dianugerahkan kepada salah satu perwira angkatan perang yang telah dengan keberaniannya berhasil menggagalkan usaha pemboman sarana penting bahkan sakral milik negara. Panglima pun sangat berterima kasih karena perang antarrudal berhasil dicegah.
Perwira itu kemudian diangkat sebagai komandan pasukan tempur anti huru hara. Seluruh pasukan disiagakan dan diarak berbaris rapi ke lapangan guna menggelar penghargaan tertinggi perwira itu.
Dalam kesempatan itu panglima perang memintanya untuk naik ke podium menyampaikan sepatah dua patah kata dan selanjutnya menerima bintang kenaikan pangkat. “Terima kasih untuk anugerah penghargaan ini. Bagaimana pun saya bukan apa-apa tanpa kerja sama dan kesatuan pasukan.” Ucapnya. “Pekerjaan Rumah kita masih besar!” teriaknya. Semua pasukan menyambutnya dengan gemuruh sorak sorai. Setelah menyampaikan terima kasihnya ia kembali ke tempat duduk berdampingan dengan para petinggi militer. Meski bangga ia masih menyimpan tugas berat. Sabotase yang telah terjadi menjadi pengalaman berharga sekaligus peringatan bahwa dirinya dan sejumlah pasukannya siap tempur 24 jam. Teka-teki itu lambat laun pasti akan disingkap dan otak dari rentetan peristiwa itu pasti terbongkar. “
Kebenaran tertinggi hanya ada di tangan Tuhan, selama ada di pihak yang benar dan bergantung penuh pada kehendak Tuhan, tangan Tuhan akan menangkap pelaku kejahatan itu.” pikirnya.
Kedua mata perwira itu tajam menapak ke depan dan punggungnya duduk tegak. Beberapa saat kemudian barisan pasukan dari semua angkatan membubarkan diri dengan rapi. Perlahan-lahan kendaraan perang pun pulang ke masing-masing benteng pertahanan. Sebentar kemudian matahari bersembunyi. Ia digantikan rembulan menjadi penerang di malam gelap. Sang perwira pun beristirahat meski harus selalu siaga setiap saat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H