Begitu mendarat di bandara di Australia, langsung terasa bagaimana ketatnya pemeriksaaan atas barang yang kita bawa masuk Australia. Harus kita “declare” apa yang kita bawa. Yang paling mereka lindungi adalah petani/peternak mereka. Memasukkan hewan hidup seperti anjing dan kucing kesayangan mereka, rasanya hampir mustahil diizinkan. Mungkin melalui karantina yang membutuhkan waktu berbulan dan biaya luar biasa besar. Ukiran kayu juga mengalami pemeriksaan yang sangat ketat karena kayu berisiko mengandung kuman yang masih hidup.
Sisa makanan yang dibagikan di pesawat sebaiknya kita tinggalkan dan jangan coba bawa masuk Australia, tanpa dideklarasi. Saya pernah menyaksikan seorang ibu ditanyai petugas sampai 3 kali: anything to declare?. Si Ibu menjawab “tidak” karena mungkin tidak mengerti apa saja yang perlu di-declare. Si Ibu dibawa ke ruangan khusus. Entah apa yang terjadi, tetapi hampir dapat dipastikan: Libur terburuk bagi si Ibu.
Orang-orang Australia yang menyaksikan “insiden” di atas, memuji tindakan/sikap petugas mereka. Mereka marah kalau ada tamu yang mengunjungi Australia tetapi tidak mempedulikan kepentingan bangsa mereka. Dalam hal ini kesejahteraan petani/peternak mereka.
Habis-habisan Mempertahankan Peternakan Milik Keluarga
Di Indonesia lahan pertanian yang beralih fungsi adalah hal biasa. Petani kita membiarkan lahan mereka beralih fungi karena pertanian bukan pekerjaan yang menjanjikan. Pejabat/pemda diuntungkan setiap terjadi alih fungsi karena tanda tangan/persetujuan mereka berharga (uang).
Seorang teman (perempuan), anak seorang peternak. Mereka tiga bersaudara. Ayah meninggal dan dari 3 bersaudara, hanya si A diputuskan untuk meneruskan peternakan keluarga. Yang diwariskan adalah lahan seluas 10 ha, yang untuk 1 peternak saja tidak mencukupi( tidak ekonomis). Si Teman dan saudara laki-lakinya bekerja di luar peternakan. Mereka bekerja keras dan berhemat agar setiap tahun dapat membeli tambahan lahan untuk si A, agar mencapai luas lahan yang ekonomis. Profesi peternak dan lahan yang diwariskan kakek patut diperjuangkan, patut dipertahankan oleh keluarga si teman.
Menangani Masalah yang Dihadapi Petani/Peternak
Saya pernah membaca sebuah buku tentang manajemen peternakan. Kalimat terakhir dalam buku ini: jika peternakan kamu masih bermasalah, maka hubungilah istitut pertanian milik pemerintah terdekat (di kita barangkali Institut Pertanian Bogor) atau anggota parlemen yang mewakili daerah kamu tinggal.
Beginilah bayangan saya nasib anggota parlemen yang tidak menangani masalah si petani/peternak. Istri dan anak-anaknya yang pertama menghajar si anggota parlemen. Si istri diserang teman-teman dan tetangganya, maka si istri meneruskan serangan yang diterimanya ke suaminya, si anggota parlemen. Si anak dikucilkan di sekolahnya, maka dia ikut “menghajar” bapaknya. Setidaknya mengancam akan berhenti bersekolah. Anggota parlemen tersebut berhenti minum-minum dengan teman-temannya. Belanja tidak lagi di toserba langganan.Si anggota parlemen menjadi biang kerok aib keluarga. Biang kerok aib kampung tempat dia tinggal.
Anggota parlemen Australia dituntut bekerja keras dan membela kepentingan konstituennya (yang dimaksud dengan konstituen adalah pemilih di suatu daerah pemilihan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H