Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Disebut Alien Ternyata Penakluk Teritorial

29 Juni 2016   11:26 Diperbarui: 29 Juni 2016   11:39 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah RI menyampaikan protes resmi kepada Pemerintah Tiongkok terkait intervensi kapal penjaga pantai Tiongkok atas upaya penangkapan KM Kway Fey oleh Kapal Pengawas Hiu di Laut Tiongkok Selatan (LTS).

Kapal penjaga pantai milik Tiongkok menabrak KM Kway Fey sehingga tidak bisa ditarik oleh KP Hiu. Kapal penjaga pantai itu kemudian menarik mundur Kway Fey ke arah perairan Tiongkok.

Mari kita cermati bagaimana perjalanan Pemerintahan Jokowi menangani isu LTS, dimulai sejak debat Capres.

Sengketa LTS itu masalah Alien

Indonesia sejak 1990 memosisikan sebagai negara bukan pengklaim (non-claimant state) dalam konflik LTS. 4 negara Asean berikut Taiwan yang tergolong sebagai negara pengklaim yaitu Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina, yang berkonflik dengan RRT.

Pihak Jokowi dalam debat Capres malah menyebut LTS itu urusan Alien. Secara tidak langsung pemerintah RI mengisyaratkan bahwa Indonesia tidak perduli adanya masalah gawat yang dihadapi lima negara tersebut diatas. Yang penting Tiongkok baik-baik pada Indonesia, damai-damai.

Kekerabatan

Indonesia kemudian melangkah lebih jauh dengan menunjukkan betapa eratnya hubungan kekerabatan antara Indonesia dengan Tiongkok. Pada tahun 2015 ada 3 pertemuan Ketua MPR dengan “pemerintah” Tiongkok yaitu

  • Kunjungan Parlemen Tiongkok ke MPR RI 3/7/2015,
  • Kunjungan balasan Ketua MPR RI ke Tiongkok 18/9/2015
  • Kunjungan delegasi MPR Tiongkok ke MPR RI 27/9/2015

Salah satu dari banyak puji-pujian bagi Tiongkok adalah pernyataan berikut: Tiongkok bagi Indonesia adalah sahabat di kala susah dan senang. Hm hm.

Di sela-sela kunjungan delegasi MPR Tiongkok ke MPR RI 27/9/2015, Ketua MPR Zulkifli sempat menjadi pembicara dalam forum China Minsheng Investment Corp. Saat itu, Zulkifli menyatakan, Pemerintah Indonesia siap memberikan karpet merah kepada pengusaha China yang ingin menanamkan modalnya di Tanah Air.

World Chinese Entrepreneurs Convention ke-13 di Nusa Dua, Bali 26/9/2015

Bagaimana Indonesia benar2 mengagumi dan membutuhkan Tiongkok, dapat kita simak pada acara World Chinese Entrepreneurs Convention ke-13 di Nusa Dua, Bali 26/9/2015.

Konferensi ini bukan konferensi resmi antar Negara, Indonesia dan Tiongkok, tetapi konferensi antar pengusaha yang berasal( ras) Tiongkok. Meski hanya pertemuan antar pengusaha, pertemuan dihadiri oleh banyak teras pemerintah Indonesia, seperti Ketua MPR Zulkifli Hasan, Menko Politik Hukum dan Keamanan, dan sejumlah menteri Kabinet Kerja: Menteri Perhubungan, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara , Kepala Badan Narkotika Nasional Wakapolri dan Kabareskrim. Juga hadir presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri.

Beberapa diantara puji-pujian Ketua MPR:

• Indonesia harus lebih agresif dalam memanfaatkan potensi ekonomi dan politik yang dimiliki Tiongkok. Jika tidak, Indonesia akan terus tertinggal dengan negara-negara lain yang memiliki hubungan serta kerja sama yang baik dengan Tiongkok, seperti Malaysia dan Singapura. Komentar: Benarkah Indonesia dapat maju hanya jika bekerja sama dengan Tiongkok?

• Pada tahun 80-an, Tiongkok dan Indonesia hampir sama. Tetapi, sekarang Indonesia tertinggal jauh. Komentar: Pantaskah pernyataan diatas, diucapkan didepan Orang Asing?

• Saya baru pulang dari Tiongkok. Kemajuan Tiongkok sangat pesat. Tiongkok sudah bisa membuat kapal induk, pesawat terbang, kereta api cepat. "Mereka maju karena berpikir maju, berperilaku seperti negara maju. Komentar: Bagaiman cara berpikir bangsa Indonesia? 

Bagaimana reaksi Tiongkok atas puji-pujian bangsa Indonesia?

Tiongkok menyikapi puji-pujian bangsa Indonesia, dengan dingin bahkan terasa melecehkan:

  • Perdana Menteri Tiongkok pada pertemuan pengusaha Tionghoa di Shanghai, mengatakan agar pengusaha Tionghoa mengutamakan kepentingan Tiongkok terlebih dahulu barulah memperjuangkan kepentingan bersama, dalam upaya menciptakan citra bisnis Tiongkok yang baru.
  • Menlu Tiongkok, Yang Jiechi dalam pertemuanASEAN di Vietnam tahun 2011 mengatakan, "Tiongkok adalah negara besar,negara lain adalah negara kecil, dan ini tidak menggantikan fakta kenyataan tersebut."

Sebagai negara besar( jauh lebih besar dari Indonesia), Tiongkok merasa berhak mengambil ikan diperairan Indonesia. Ketika ditegur apalagi sampai kapal penangkap ikan mereka ditahan oleh Kapal Pengawas kita, maka Tiongkok merasa wajar jika Kapal Penjaga Pantainya menarik kapal penangkap ikan mereka untuk diselamatkan keperairan mereka. Tiongkok menyikapi Indonesia sesuai dengan budaya mereka.

Budaya Tiongkok

Budaya Tiongkok tidak mengenal persamaan derajat. Yang mereka kenal:

  • Ayah tinggi, anak rendah.
  • Pengelolaan Negara identik dengan pengelolaan keluarga
  • Tidak ada persamaan derajat dalam hubungan antar-negara. Yang ada hubungan senior- junior. Tiongkok kuat/besar, Indonesia lemah/kecil.

Presiden Jokowi diatas Kapal Perang

Tunjukkan Indonesia berdaulat, Presiden Jokowi rapat diatas Kapal Perang di Natuna.

  • Tiongkok bagi Indonesia adalah sahabat dikala susah dan senang, dengan cepat berubah drastis menjadi rapat diatas Kapal Perang.
  • Dari puji-pujian berubah drastis menjadi rapat diatas Kapal Perang.

LTS adalah masalah gawat yang dihadapi semua negara anggauta Asean. Indonesia perlu segera berhenti bersikap: Indonesia bukan negara pengklaim(non-claimant state) dalam konflik LTS . Indonesia jangan memisahkan dan mengucilkan diri sendiri dari negara anggauta Asean lainnya.

Menyikapi Tiongkok dengan mulut manis dan puji-pujian apalagi dengan merendahkan diri, hanyalah menjerumuskan Indonesia.

  • LTS kepentingan seluruh negara anggauta Asean, bahkan kepentingan dunia maka Asean perlu bersatu menyikapi sengketa di LTS.
  • Asean perlu bersatu menyikapi Tiongkok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun