Waduk Nipah , terletak di Sampang- Madura, diresmikan Presiden Jokowi, 19/3/2016. Waduk dibangun tahun 2004 dan selesai pada tahun 2008, namun karena terkendala pembebasan lahan, pengisian baru dimulai pada 10 Oktober 2015.
Pada waktu peresmian Waduk Nipah, Presiden Jokowi menyebut Waduk ini disiapkan untuk ketersediaan air untuk produksi pangan kita. Waduk ini dibangun untuk dapat berfungsi dalam umur layanan 50 tahun. Kita garis bawahi umur layanan 50 tahun.
Untuk menjaga keberlanjutan waduk ini, daerah tangkapan air Waduk Nipah dipelihara dengan memperhatikan sistem konservasi yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah perbandingan debit maksimum dan debit minimum di bawah 50, laju sedimentasi maksimum 2 mm/tahun, dan rasio ruang terbuka hijau minimal 30 persen.
Rasanya belum pernah ada Presiden kita yang berbicara sedetail ini mengenai Waduk sampai menekankan sistem konservasi dan umur sebuah Waduk.
Mengapa Presiden Jokowi merasa perlu berbicara sedetail ini?
Usia semua Waduk kita mengalami penyusutan, disini 2 contoh:
· Usia Waduk Saguling susut 20 tahun. Dalam rencana 50 tahun, sekarang diperkitakan hanya 30 tahun.
· Usia Waduk Mrica juga susut 20 tahun. Direncanakan usia sampai tahun 2043, sekarang diperkirakan hanya sampai tahun 2023.
Bagaimana Pemerintah menyikapi penyusutan ini
Pemerintah tidak pernah bersungguh-sungguh menyikapi susutnya usia Waduk di Indonesia. Pemerintah selalu abai, paling-paling seremoni: menanam 1000 pohon disertai pidato yang bergemuruh tanpa tindak lanjut. Berapa banyak pohon yang ditanam lalu tumbuh menjadi besar?
Pemerintah dalam Republik ini paling “ahli” dalam mengeluarkan pernyataan seperti ini: Itu kebijakan kami ( tidak menangani susutnya usia waduk). Sesudah kami tidak lagi menjabat Presiden/Menteri/Gubernur maka bukan tanggung jawab kami lagi. Jangan mencari Kambing Hitam( Kami hanya kambing putih).
Menakutkan sekali waktu Menteri PUPR menyatakan Waduk Saguling itu sekarat, 29/6/2015. Kalau tak diotak-atik meninggal dunia. Cuma masalahnya kita terkendala lahan untuk menaruh bekas sedimentasi/sampah. Sampahnya ini mau ditaruh di mana, karena jumlahnya banyak.
Dalam masa pemerintah Jokowi ditargetkan membangun sekita 65 waduk baru. Volume tanah/sampah yang digali dan dibuang dalam pembuatan sebuah waduk jauh melebihi sedimentasi/sampah dari sebuah waduk yang susut usia.
Membuat waduk baru suatu pekerjaan bergengsi, digemari Kemen PUPR. Membuang sedimentasi/sampah? Ogah ah. Memang benar sampah/sedimentasi warisan pemerintahan sebelum pemerintahan Jokowi.
Untuk Pemda dan Kemen LHK menanami kembali hutan di hulu adalah pekerjaan yang dihindari. Berurusan dengan orang-orang miskin diatas gunung sana, bekerja jauh dari keramaian kota siapa minat?
Waduk Saguling dinyatakan sekarat, ternyata belum apa-apa karena disusul pernyataan: yang paling parah justru Jatiluhur bukan Saguling dan Cirata. Nah lebh buruk dari sekarat itu apa istilahnya?
Presiden Jokowi sewaktu blusukan ke Waduk Gajak Mungkur( 29/11/2014), Wonogiri, Jawa Tengah disuguhkan kenyataan bahwa Waduk Gajak Mungkur mengalami pendangkalan, penuh dengan sedimentasi dan sampah, yang berakibat turunnya kapasitas tampung waduk.
Presiden Jokowi meminta revitalisasi Waduk, pembenahan di bagian hilir dibarengi penghijauan di wilayah hulu karena hulu yang sehat mengurangi sedimentasi secara signifikan. Para Menteri/Pemda terkait berjanji menyelesaikan masalah pendangkalan ini. Bagaimana status janji setelah 15 bulan berlalu?
Hanya Gubernur Ahok yang gigih, dihujat , pontang panting merevitalisasi Waduk dan DAS yang mengalir di DKI. Sayangnya Hulu di Puncak dan DAS di Bogor maupun Depok tidak dibawah wewenang Gubernur Ahok.
Kata kunci: gigih, pontang panting dan dihujat.
Status semua Waduk dan Situ/Embung di Indonesia
Minggu lalu Kabupaten Bandung menderita banir yang terparah dalam 10 tahun terakhir. Banjir oleh meluapnya Sungai Citarum. Tidak ada sedikitpun pernyataan tentang status revitalisai hulu dan Daerah Aliran Sungai(DAS) Citarum. Semua diam seribu bahasa. Bagi banyak rakyat Indonesia adalah sangat misterius kondisi Waduk, Hulu dan DAS Sungai Citarum maupun sungai lainnya diseluruh Indonesia.
Situs Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (setkab.go.id) adalah situs yang paling sesuai untuk secara berkala menampilkan perkembangan/status dari semua waduk/situ/embung yang ada di Indonesia. Apa yang sedang dikerjakan, apa yang akan dikerjakan dan sisa usia.
Air adalah kunci ketahanan bangsa ini. Saya kutip pernyataan Presiden Jokowi(19/3/2016) , pada waktu peresmian Waduk Nipah diatas: Dengan laju pertambahan penduduk dunia seperti saat ini, pada masa yang akan datang, manusia akan memperebutkan dua hal, energi dan pangan. Untuk menghindari krisis pangan di masa yang akan datang, pemerintah membangun terus waduk karena kunci dari ketahanan pangan adalah ketersediaan air. Waduk ini disiapkan untuk jangka panjang untuk produksi pangan kita.
Sebelum pemerintahan Jokowi jumlah waduk sekitar 250. Target pemerintahan Jokowi membangun sekitar 65 waduk baru. Entah berapa banyak situ dan embung yang tersebar diseluruh Indonesia. Bayangkan betapa besarnya tanggung jawab pemerintah, tanggung jawab kita semua sebagai bangsa untuk menyelamatkan sungai kita dan hulunya, waduk kita, bumi kita, menyelamatkan anak cucu kita.